9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Teori Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 merupakan perhatian dan perlindungan yang diberikan perusahaan kepada seluruh karyawannya. Menurut
Mathis dan Jackson 2006:412, Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari
gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan
sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja.
Menurut Husni 2005:139, bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 melindungi pekerjaburuh guna mewujudkan kinerja yang optimal. Upaya tersebut
dilakukan dengan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan gizi
dan juga bagaimana mempertinggi efisiensi dan produktivitas manusia sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik dengan tidak meninggalkan
masalah. Kemudian perlindungan terhadap masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan agar terbebas dari polusi dan limbah produksi.
Universitas Sumatera Utara
10 Menurut Sculler dan Jackson Yuli, 2005:214, apabila perusahaan dapat
melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik maka perusahaan akan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang. 2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi. 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah
karena menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi
dan ras kepemilikan. 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan. 7. Dan kemudian perusahaan juga dapat meningkatkan keuntungannya secara
substansial. Perwujudan program K3 yang ditujukan sebagai program perlindungan
khusus bagi tenaga kerja adalah Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK, yaitu suatu program perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa
uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia.
Universitas Sumatera Utara
11 Program Jamsostek lahir dan dilegitimasi dalam Undang-undang No.3 Tahun
1992 yang meliputi : 1. Jaminan Kecelakaan Kerja
2. Jaminan Kematian 3. Jaminan Hari Tua
4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Jamsostek merupakan instrumen atau alat untuk mencegah dan
mengurangi risiko yang mungkin terjadi pada karyawan. Program Jamsostek harus diimplementasikan perusahaan karena memiliki konsekuensi hukum apabila
dilanggar. Menurut Husni 2005 : 131 dalam pasal 86 ayat 1 Undang-undang No.13
Tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pekerja buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai- nilai agama.
Berdasarkan upaya yuridis formil yang dijabarkan dalam Husni 2005 : 131 melalui ayat 1 Undang-undang No.13 Tahun 2003, dapat disimpulkan bahwa
aturan penyelenggaraan K3 pada hakikatnya adalah pengadaan syarat-syarat
Universitas Sumatera Utara
12 keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan peralatan dalam bekerja serta pengaturan dalam penyimpanan bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan sehingga potensi bahaya dapat diminimalisir. Ditinjau dari segi
keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja K3 harus diterapkan dan dilaksanakan di setiap tempat kerja perusahaan.
Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 tiga unsur, yaitu : 1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomi maupun usaha
sosial. 2. Adanya sumber bahaya.
3. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik secara terus-menerus maupun hanya sewaktu-waktu.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi tersendiri, karena didalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-
undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik Husni 2005 : 131. Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
masalah yang mengandung banyak aspek, misalnya ; hukum, ekonomi maupun sosial. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan
secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga
Universitas Sumatera Utara
13 kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas
keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Yang dimaksud petugas keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang
mempunyai pengetahuan atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen
Tenaga Kerja. Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja ini
menurut Husni 2005:133 adalah : 1. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
2.1.1.2 Keselamatan Kerja
Menurut Husni 2005:136, keselamatan kerja bertalian dengan kecelakaan kerja yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan istilah
kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan : “suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan
proses yang telah diatur dari suatu aktivitas”. Ada 4 empat faktor penyebabnya yaitu :
Universitas Sumatera Utara
14 a. Faktor manusianya.
b. Faktor materialbahanperalatan. c. Faktor bahayasumber bahaya.
d. Faktor yang dihadapi pemeliharaanperawatan mesin-mesin. Menurut Husni 2005:137 bahwa disamping ada sebabnya maka suatu
kejadian juga akan membawa akibat. Akibat dari kecelakaan industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Kerugian yang bersifat ekonomis, antara lain : 1. Kerusakankehancuran mesin, peralatan, bahan dan bangunan
2. Biaya pengobatan dan perawatan korban 3. Tunjangan kecelakaan
4. Hilangnya waktu kerja 5. Menurunnya jumlah maupun mutu produksi
b. Kerugian yang bersifat non ekonomis Pada umumnya berupa penderitaan manusia yaitu tenaga kerja yang bersangkutan, baik itu merupakan kematian,
lukacidera berat maupun luka ringan. Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat
dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja Mangkunegara, 2000:161. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko
Universitas Sumatera Utara
15 bahayanya adalah penerapan tehnologi maju dan mutakhir dan secara terperinci,
sasaran keselamatan kerja tersebut adalah : 1. Mencegah Terjadinya kecelakaan.
2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan. 3. Mencegahmengurangi kematian.
4. Mencegahmengurangi cacat tetap. 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alat-
alat kerja, mesin, instalasi dan lain-lain. 6. Meningkatakan produktivitas tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumber-sumber
produksi lainnya sewaktu kerja. 7. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat
menimbulkan kegembiraan semangat kerja. 8. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industry serta
pembangunan.
2.1.1.3 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko
kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
Universitas Sumatera Utara
16 periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi
atau gangguan fisik Mangkunegara, 2000:161. Kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pekerja
terhadap pemerasan eksploitasi tenaga kerja oleh majikan misalnya untuk mendapatkan tenaga yang murah. Kesehatan kerja merupakan penjagaan agar
buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditunjuk terhadap pihak majikan yang hendak melakukan pemerasan tenaga
pekerja, tetapi juga ditujukan terhadap pekerja itu sendiri, dimana dan bilamana pekerja misalnya hendak memboroskan tenaganya dengan tidak mengindahkan
kekuatan jasmani dan rohaninya. Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya
program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan
yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama Mangkunegara, 2000:161.
Pada suatu perusahan biasanya kesehatan kerja berjalan seiring dengan hygiene
perusahaan. Dalam hal ini hakikatnya adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya dan dimaksudkan untuk
kesejahteraan pekerja dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas pekerja.
Menurut Husni 2005:140, kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang
Universitas Sumatera Utara
17 sempurna baik fisik, mental, maupun sosial sehingga memungkinkan dapat
bekerja secara optimal. Tujuan kesehatan kerja menurut Husni 2005: 140-142 adalah :
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.
b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.
c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja.
d. Meningkatkan produktivitas kerja. Sumber-sumber bahaya bagi Kesehatan Tenaga Kerja adalah :
a. Faktor fisik, yang dapat berupa : suara yang terlalu bising, suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, penerangan yang kurang memadai, ventilasi yang
kurang memadai, radiasi, getaran mekanis, tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah, bau-bauan di tempat kerja, kelembaban udara.
b. Faktor kimia, yang dapat berupa : gasuap, cairan, debu-debuan, butiran kristal dan bentuk-bentuk lain, bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat racun.
c. Faktor biologis, yang dapat berupa : Bakteri virus, jamur, cacing dan serangga, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain yang hiduptimbul dalam lingkungan kerja.
Universitas Sumatera Utara
18 d. Faktor faal, yang dapat berupa : sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja,
peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok dengan tenaga kerja, gerak yang senantiasa berdiri atau duduk, proses, sikap dan cara kerja yang monoton,
beban kerja yang melampaui batas kemampuan. e. Faktor psikologis, yang dapat berupa : kerja yang terpaksa dipaksakan yang
tidak sesuai dengan kemampuan, suasana kerja yang tidak menyenangkan, pikiran yang senantiasa tertekan terutama karena sikap atasan atau teman kerja
yang tidak sesuai, pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.
2.1.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3
Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap
karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Husni 2005:120 menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah :
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya baik fisik, mental, maupun social
b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja
c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja d. Meningkatkan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
19 Dengan demikian maksud dan tujuan tersebut adalah bagaimana
melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit dan kecelakaan akibat kerja, bagaimana upaya pemeliharaan serta peningkatan
kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
Hasibuan 2000, Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan
yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan. Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak
yang menderita, absensi meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Ini semua akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun
perusahaan bersangkutan, karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan perusahaan kehilangan karyawannya.
Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat mejalankan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, Husni 2005:120 yaitu : 1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang. 2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. 3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
Universitas Sumatera Utara
20 4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena
menurunnya pengajuan klaim. 5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki, 6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra
perusahaan
2.1.1.5 Istilah Kecelakaan Kerja Pada PT Coca-Cola Amatil Indonesia
Sumber istilah kecelekaan kerja yang diambil dari penelitian di PT Coca- Cola Amatil Indonesia CCAI yang beralamat di Jalan Medan Belawan Km 14
Martubung, Medan. Ada beberapa istilah yaitu :
Days Lost
Total hari yang hilang, setelah hari kejadian kecelakaan atau cidera terjadi yang menyebabkan karyawan tersebut tidak mampu melakukan kerjaan rutin mereka.
Lost Time Injury LTI
Setiap lukakecelakaan kerja yang terjadi pada karyawan, apakah kompensasi dipermasalahkan atau tidak, yang menyebabkan kematian atau ketidakmampuan
bekerja untuk setidaknya satu hari kerja penuh yang terjadwal one full rostered
working day atau shift penuh full shift kapanpun setelah lukakecelakaan kerja
terjadi. Shift sebagian tidak dapat dikalkulasikan menjadi full shift.
Universitas Sumatera Utara
21
LTIFR Lost Time Injury Frequncy Rate
Seberapa sering terjadinya cidera dan berapa banyak waktu hilang yang terjadi.
MTI Medically Treatment Injury
Cidera yang terkait dengan pekerjaan yang mendapatkan perawatan dari pegawai medis. Tidak termasuk perawatan P3K.
Near miss
Suatu kejadian atau kondisi yang jika sedikit saja berbeda, bisa menyebabkan luka pada manusia, kerusakan pada properti dan gangguan proses.
TRIFR Total Recordable Injury Frequency Rate
TRIFR mengukur berapa banyak cidera yang dicatat yaitu jumlah kematian, LTI Lost Time Injury, MTI Medical Treatment Indury, RWI Restricted Work
Injuries .
RWI Restricted Work Injury
Cidera yang terkait dengan pekerjaan,dimana setelah dilakukan pengobatan dari pegawai medis menyatakan bahwa untuk sementara orang tersebut tidak
dapatmelakukan tugas yang dilakukan sebelumnya
Workplace Fatality
Kematian karyawan, kontrakor atau pihak ketiga yang terjadi pada lingkungan perusahaan atau karyawan pada saat menjalankan tugas pekerjaan
2.1.2 Teori Tentang Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja the work environment adalah sumber daya dan situasi yang dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan. Tempat atau lingkungan kerja
Universitas Sumatera Utara
22 dalam perusahaan akan mempengaruhi terhadap pekerjaan karyawan. Lingkungan
kerja yang buruk akan menyebabkan karyawan merasa terganggu dalam pekerjaannya dan akan menyebabkan turunnya kinerja pegawai.
Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melaksanakan proses
produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut.
Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan
kinerja. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman.
Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang kurang baik dapat
menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Nitisemito 2005:183
mendefinisikan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan. Sedangkan Sedarmayanti 2001:1 mendefinisikan lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Universitas Sumatera Utara
23 Menurut Nitisemito 2000:183 “lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya”. Lingkungan kerja sangat
berpengaruh besar dalam pelaksanaan penyelesaian tugas. Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada
di sekitar katyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya
saat bekerja.
2.1.2.1 Jenis Lingkungan Kerja
Sedarmayanti 2001:21 menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi 2 yakni: 1 lingkungan kerja fisik, dan 2 lingkungan
kerja non fisik. 1. Lingkungan Kerja Fisik
Adalah lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat keija yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :
1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan seperti
: pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
24 2.
Lingkungan perantara atau lingkungan urnum dapat juga disebut lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya:
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan, maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik
dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
2. Lingkungan Kerja Non Fisik Sedarmayanti 2001:31 bahwa lingkungan kerja non fisik adalah semua
keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan
bawahan. Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang tidak bisa diabaikan.
Sedangkan Nitisemito 2000:171 perusahaan hendaknya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,
bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,
dan pengendalian diri. Sentoso 2005:19 yang mengutip pernyataan Prof. Myon Woo Lee sang pencetus teori W dalam ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia,
bahwa pihak manajemen perusahaan hendaknya membangun suatu iklim dan suasana kerja yang bisa membangkitkan rasa kekeluargaan untuk mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
25 bersama Pihak manajemen perusahaan juga hendaknya mampu mendorong
inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan.
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi
lingkungan yang sesuai Sentoso 2005:19. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal,
sehat, aman, dan nyaman. Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama. Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan
yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien. Banyak faktor
yang mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
2.1.2.2 Faktor Lingkungan Kerja
Kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan dapat tercipta dengan adanya penyusunan organisasi secara baik dan benar sebagaimana yang
dikatakan oleh Sarwoto 1991:131 bahwa suasana kerja yang baik dihasilkan terutama dalam organisasi yang tersusun secara baik, sedangkan suasana kerja
yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun dengan baik pula.
Universitas Sumatera Utara
26 Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti 2001:21 yang
dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1. Penerangan atau Cahaya di Tempat Kerja Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna
mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang
kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan,
sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. Pada dasarnya, cahaya dapat dibedakan menjadi empat yaitu :
a. Cahaya langsung b. Cahaya setengah langsung
c. Cahaya tidak langsung d. Cahaya setengah tidak langsung
2. Temperatur di Tempat Kerja Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperatur berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempuma sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
27 kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya. yaitu bahwa tubuh
manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur iuar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20 untuk kondisi panas dan
35 untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda.
Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan
dapat hidup. 3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
28 4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar
dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan
cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis aldbat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan
membeiikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah
bekerja. 5. Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Ada tiga aspek yang menentukan
Universitas Sumatera Utara
29 kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia,
yaitu : a. Lamanya kebisingan
b. Intensitas kebisingan c. Frekuensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang
sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh
terdapat apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
kosentrasi bekerja, datangnya kelelahan, timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap : mata, syaraf, peredaran darah, otot,
tulang, dan lain-lain. 7. Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang
terjadi terus menerus dapat mempengarubi kepekaan penciuman. Pemakaian air
Universitas Sumatera Utara
30 condition
yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8. Tata Warna di Tempat Kerja Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan
sebaik-baiknya. Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi, Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh
besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain karena warna dapat merangsang perasaan
manusia. 9. Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang saja tetapi berkaitan juga
dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja.
10. Musik di Tempat Kerja Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana,
waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk
dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan menganggu konsentrasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
31 11. Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keberadaanya. Salah satu upaya untuk
menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan.
Indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti 2001:46 adalah: penerangan, suhu udara, suara bising, penggunaan warna, ruang gerak yang
diperlukan, keamanan kerja, hubungan karyawan.
2.1.3 Teori Tentang Kinerja
Menurut Rivai 2004:309 bahwa kinerja adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-
Bantam English Dictionary , terbitan Amerika Serikat dan Canada, berasal dari
akar kata ”to perform” dengan beberapa ”entries” yaitu : 1.
Melakukan, menjalankan, melaksanakan to do or carry out, execute 2.
Memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar to discharge of fulfill, as vow
3. Melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab to execute or
complete an understanding
Universitas Sumatera Utara
32 4.
Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin to do what is expected of a person machine
. Kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan
kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang
mengendalakan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat. Menurut Mathis dan
Jackson 2002:78 bahwa ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja terhadap kontribusi nya ke organisasiperusahaan,
yaitu : kemampuan mereka, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, hubungan mereka dengan organisasi.
Menurut Noe at all 2006:330-333 bahwa evaluasi kinerja performance evaluation
, yang dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja performance appraisal
, performance rating, performance assessment, employee evaluation, merit, efficiency rating, service rating
, pada dasarnya merupakan proses yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance. Performance
evaluation berkaitan dengan kinerja dan pertanggungjawaban karyawan pada
perusahaan. Menurut Rivai 2005:20-21 menyatakan bahwa agar penilaian kinerja
tidak bias dan dapat mencapai sasaran sesuai yang dikehendaki oleh perusahaan, maka perlu ditetapkan, disepakati, dan diketahui faktor-faktor yang akan
Universitas Sumatera Utara
33 dinilaidievaluasi sebelumnya sehingga setiap karyawan yang ada dalam
perusahaan telah mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang akan dinilai. Ukuran-ukuran keberhasilan dalam pekerjaan dapat ditentukan dengan
tepat dan lengkap, dan diuraikan dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur secara cermat dan tepat. Ukuran-ukuran keberhasilan yang sering
digunakan dalam pekerjaan ialah ciri kepribadian dalam bentuk sifat prakarsa, kemampuan dalam bekerja sama, dan hasilprestasi kerja. Menurut Schuler and
Jackson 2001:40-42 bahwa hal-hal yang perlu dilakukan dalam mengukur kinerja adalah sebagai berikut :
a. Penetapan indikator kinerja, dengan memperhatikan : 1. Karakteristik indikator kinerja yang baik, yaitu :
a. Terikat pada tujuan program dan menggambarkan pencapaian hasil.
b. Terbatas pada hal-hal yang perlu mendapat prioritas.
c. Terpusat pada hal-hal yang vital dan penting bagi pengambilan keputusan.
d. Terkait dengan sistem pertanggungjawaban yang memperlihatkan hasil.
2. Pertimbangan utama penetapannya bahwa indikator kinerja harus : a.
Menggambarkan hasil atau usaha pencapaian hasil. b.
Merupakan indikator di dalam wewenangnya uncontrollable. c.
Mempunyai dampak negatif yang rendah. d.
Digunakan untuk menghilangkan insentif yang sudah ada. e.
Ada pengganti atau manfaat yang lebih besar jika menghilangkan insentif.
Universitas Sumatera Utara
34 b. Cara Pengukuran Kinerja
Keberhasilan ataupun kegagalan manajemen dapat diukur dengan melakukan : 1.
Perbandingan antara kinerja nyata dengan kinerja yang direncanakan. 2.
Perbandingan antara kinerja nyata dengan hasil sasaran yang diharapkan. 3.
Perbandingan antara kinerja nyata tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya.
4. Perbandingan kinerja suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang
unggul di bidangnya benchmarkingpatok duga. 5.
Perbandingan capaian tahun berjalan dengan rencana dalam dua, tiga, empat atau lima tahun tren pencapaian.
Menurut Rivai 2005:52, hasil penilaian kinerja penting digunakan untuk : a. Meninjau ulang kinerja masa lalu.
b. Memperoleh data yang pasti, sistematis dan faktual dalam penentuan ”nilai” suatu pekerjaan.
c. Memeriksa kemampuan perusahaan. d. Memeriksa kemampuan individu karyawan.
e. Menyusun target masa depan. f. Melihat prestasi seseorang secara realistis.
g. Memperoleh keadilan dalam sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
35 h. Memperoleh data dalam penentuan struktur upah dan gaji yang sepadan dengan
apa yang berlaku secara umum. i. Memungkinkan manajemen mengukur dan mengawasi biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan secara lebih akurat. j. Memungkinkan manajemen melakukan negosiasi yang objektif dan rasional
dengan serikat pekerja apabila ada atau langsung dengan karyawan. k. Memberikan kerangka berpikir dalam melakukan peninjauan secara berkala
terhadap sistem pengupahan dan penggajian yang berlaku dalam perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu