Sanksi dalam Persekongkolan Tender
B. Sanksi dalam Persekongkolan Tender
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 hanya memberikan kewenangan kepada KPPU untuk menerapkan sanksi administratif terhadap pihak-pihak yang melanggar ketentuan undang-undang tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan perkara-perkara mengenai persekongkolan tender, maka unsur pelaku usaha dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni pihak ”terlapor”, yang merupakan peserta tender, dan ”pihak lain”, yang bukan peserta tender tetapi mendukung terjadinya persekongkolan tersebut. Dengan demikian ”pihak lain” selain meliputi pelaku usaha (selain peserta tender), termasuk pula panitia tender.
Pada perkara persekongkolan tender Proyek Multi Years di Riau dan tender Pengadaan Bakalan Sapi Impor di Jawa Timur, KPPU menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha selaku peserta tender. KPPU tidak memiliki kewenangan menjatuhkan sanksi kepada ”pihak lain” yakni Panitia tender, karena di kedua perkara tersebut, panitia adalah Pemerintah Daerah setempat. Kewenangan KPPU hanya sebatas memberikan rekomendasi kepada atasan pejabat (panitia) yang bersangkutan untuk menjatuhkan sanksi administratif kepada mereka. Putusan KPPU yang memberikan rekomendasi pada atasan pejabat tersebut di atas hanya mengikat tetapi tidak memiliki kekuatan hukum eksekusi apapun. Hal ini karena sifat putusan adalah declaratoir. Rekomendasi pemeriksaan dan penjatuhan sanksi administratif terhadap ketua panitia tender merupakan langkah inisiatif KPPU untuk mengantisipasi tidak adanya (berwenangnya) penjatuhan putusan condemnatoir.
Berkaitan dengan tiadanya kewenangan KPPU untuk menjatuhkan putusan atau sanksi yang bersifat condemnatoir, terdapat gagasan baru untuk mempertimbangkan agar putusan dimaksud dapat dikenakan terhadap panitia tender yang notabene adalah pejabat pemerintah, selaku ”pihak lain” dalam tender. Hal ini mengingat, bahwa hampir semua pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah dilakukan dan atau dibawah pengawasan langsung pejabat bersangkutan. Oleh karena itu, setiap pejabat pemerintah yang sekaligus merupakan Panitia tender seharusnya dianggap bertanggung jawab atas terselenggaranya tender dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip
persaingan usaha yang sehat. 43
Dalam putusan perkara persekongkolan tender Pengadaan Tinta Sidik Jari Pemilu Legislatif 2004, KPPU merekomendasikan agar pengguna barang diperiksa dan dijatuhi sanksi administratif. Namun dalam putusan declaratoirnya, KPPU tidak menyatakan bahwa pengguna barang yang bersangkutan melakukan pelanggaran atas Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999. Rekomendasi ini berbeda dengan dua putusan perkara persekongkolan tender lainnya, di mana rekomendasi diberikan atas dasar pelanggaran terhadap Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999. Rekomendasi tanpa adanya pernyataan pelanggaran merupakan cacat hukum.
Sedangkan dalam perkara persekongkolan tender Lelang Gula ilegal dan tender Pengadaan Tinta Pemilu Legislatif Tahun 2004, KPPU menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha peserta tender serta ”pihak lain”. Dalam Lelang Gula Ilegal, Sukamto Effendy yang merupakan wakil PT Bina
43 Wawancara dengan Susanti Adi, Hakim Agung, Jakarta, 12 September 2007
Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha
Dr. Anna Maria Tri Anggraini, S.H., L.LM.
Muda Perkasa secara sengaja mengundurkan diri untuk memfasilitasi Angels Products agar memenangkan tender.
Dalam tender pengadaan Tinta Sidik Jari Pemilu Legislatif Tahun 2004 dilakukan dengan cara pertemuan antara para anggota beberapa konsorsium guna meminta dukungan pasokan tinta dan melakukan pengaturan harga. Para anggota konsorsium juga saling mempertukarkan informasi mengenai harga dan membagi pekerjaan di antara mereka, bahkan mengikut sertakan pihak lain, yakni Melina Alaydroes sampai selesainya pekerjaan. Dalam hal ini, PT Mustika Indra Mas dianggap sebagai pelaku usaha yang berkedudukan sebagai peserta tender, dan ketujuh konsorsium terkait dengan tender merupakan ”pihak lain”. Demikian pula PT Multi Mega Service, PT Senorotan Perkasa, PT Nugraha Karya, PT Tricipta Adimandiri, PT Yanaprima Hastapersada, PT Nugraha Karya Oshinda, PT Fulcomas Jaya, PT Wahgo International Corporation, dan PT Lina Permai Sakti sebagai para pelaku usaha peserta tender. Sedangkan para anggota konsorsium merupakan ”pihak lain” yang bukan sebagai peserta tender.
Sanksi administratif yang dijatuhkan terhadap pelaku usaha tersebut (baik ”peserta tender” maupun ”pihak lain”) di atas adalah memerintahkan untuk menghentikan kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari persekongkolan tender, yakni dengan memerintahkan pemenang tender untuk menghentikan kegiatan pembangunan jalan selambat-lambatnya 30 hari sejak diterimanya petikan Putusan KPPU, memerintahkan pelaku usaha untuk membayar ganti rugi, memerintahkan pelaku usaha untuk membayar denda satu milyar rupiah, dan atau melarang pelaku usaha mengikuti atau terlibat dalam tender sejenis selama jangka waktu tertentu.
Putusan KPPU yang berisi sanksi administratif disebut dengan condemnatoir atau putusan yang bersifat menghukum. Sedangkan putusan yang isinya menyatakan bahwa pelaku usaha tertentu secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 disebut putusan declaratoir atau bersifat menerangkan.
Dalam hal putusan KPPU berupa denda dan atau ganti rugi, maka para pihak yang dijatuhi putusan tersebut wajib membayar ke Kas Negara. Namun dalam hal putusan KPPU memerintahkan untuk menghentikan kegiatan, atau melarang pelaku usaha mengikuti atau terlibat dalam tender sejenis selama jangka waktu tertentu, maka menimbulkan masalah dalam memintakan eksekusi ke Pengadilan Negeri. Hal ini mengingat bahwa putusan yang dapat dimintakan eksekusi adalah putusan yang berujud pembebanan denda dan atau ganti rugi.
Putusan-putusan tersebut mengikat dan harus dilaksanakan oleh pelaku usaha terkait dengan perkara setelah berkekuatan hukum tetap. Apabila dalam jangka waktu 30 hari setelah putusan berkekuatan hukum tetap, namun pelaku usaha tidak melaksanakannya, maka KPPU melakukan permohonan penetapan eksekusi ke Pengadilan Negeri. Jika kemudian para pelaku usaha tidak juga melakukan putusan tersebut, maka KPPU akan menyerahkan putusan penetapan eksekusi tersebut kepada Polri (penyidik), guna melakukan penyidikan atas ketidak-patuhan para pelaku usaha tersebut.
Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha
Sanksi Dalam Perkara Persekongkolan Tender Berdasarkan UU nO.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat