Hambatan Pada Persaingan Dalam Sektor Jasa

C. Hambatan Pada Persaingan Dalam Sektor Jasa

Pelaku usaha sektor jasa berada dalam lingkungan persaingan yang menantang. Tantangan tersebut antara lain:

a) Secara relatif hambatan pelaku usaha jasa lain memasuki pasar persaingan usaha jasa tidak begitu sulit.

Inovasi jasa tidak dapat dipatenkan dan dalam sebagian besar kasus, sektor jasa

Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha

Tinjauan atas Persaingan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Usaha Pada Sektor Jasa di Indonesia

bukan merupakan padat modal. Dengan demikian inovasi dapat secara mudah ditiru oleh para pesaing. Namun dalam kasus lain juga dapat ditemukan adanya hambatan yang signifikan, misalnya lokasi strategis hotel Hilton di Senayan Jakarta.

b) Peluang meraih skala ekonomi yang minimum.

Salah satu sifat jasa yaitu Simultaneosly dimana produksi dan konsumsinya dilakukan secara simultan, konsumen harus mendatangi penyedia fasilitas jasa atau sebaliknya penyedia fasilitas jasa mendatangi konsumen. Kebutuhan sarana fisik akan membatasi cakupan pasar dan alternatifnya dilakukan dengan menyebarkan outlet skala kecil. Perusahaan waralaba (franchising) dapat merealisasikan beberapa skala ekonomi usahanya dengan bagi hasil pembelian atau biaya iklan, contoh komunikasi elektronik dapat menjadi substitusi sarana fisik.

c) Penjualan yang sangat berfluktuasi.

Permintaan jasa bervariasi berdasarkan jam dari hari ke hari dan dari minggu ke minggu (musiman) dengan tingkat kedatangan yang bersifat acak.

d) Tidak memiliki keunggulan dalam menghadapi pembeli atau pemasok.

Banyak perusahaan jasa skala kecil berada pada kondisi lemah ketika melakukan tawar-menawar dengan pembeli dan pemasok besar dan kuat. Sektor usaha jasa memiliki keterkaitan personal yang sangat erat dengan konsumennya, oleh karena itu pelaku usaha jasa dituntut untuk mempunyai kemampuan pendekatan interpersonal yang baik dalam menghadapi pembeli/ konsumen maupun pemasok.

e) Substitusi produk.

Inovasi produk dapat menggantikan jasa, contoh , untuk mengetahu kehamilan sekarang tidak perlu ke Dokter kandungan atau Bidan lagi karena peralatan pengujian kehamilan sudah dapat digunakan sendiri dirumah. Dengan demikian seharusnya pelaku usaha jasa tidak hanya jadi penonton terhadap pesaing usahanya, namun juga melakukan upaya melakukan antisipasi terhadap inovasi produk yang memungkinkan usaha jasanya menjadi usang.

f) Kesetiaan konsumen.

Pelaku usaha jasa yang mempergunakan pendekatan secara individu dapat menciptakan konsumen yang setia atau loyal dan menjadi hambatan untuk memasuki pasarnya. Contoh, perusahaan pemasok rumah sakit menempatkan terminal komputernya dirumah sakit, sehingga pesanan-pesanan kebutuhan baru rumah sakit akan dapat diakses oleh pemasok tersebut.

g) Hambatan keluar pasar.

Pelaku usaha jasa kemungkinan terus menerus beroperasi dipasar walaupun profitnya kecil atau tidak ada. Contoh, pelaku usaha yang tenaga kerjanya adalah saudaranya atau mungkin usaha jasanya sebagai hobi.

h) Hambatan yang berkenaan dengan masalah hukum dan peraturan.

Monopoli yang disebabkan oleh peraturan pemerintah atau keistimewaan tertentu yang diberikan oleh pemerintah seperti hak Merek dan hak Cipta merupakan salah satu hambatan dan tantangan tersendiri dalam sektor usaha jasa. Selain itu pemerintah menerapkan peraturan yang menunjuk pihak tertentu untuk menjadi satu-satunya pelaku usaha dalam suatu pasar atau tata niaga. Melakukan kolusi, korupsi, nepotisme dan atau persekongkolan dengan oknum pemerintah, swasta dan koperasi menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pelaku usaha yang paling menentukan dan paling mempengaruhi pasar.

Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha

Ir. Dedie S. Martadisastra, SE., MM.

Selain itu, hambatan dalam sektor usaha jasa juga dapat disebabkan oleh karakteristik jasa yang bersifat intangibility, simultaneously/ inseparability, perishability dan heterogeneity.

1. Intangibility : karena jasa cenderung tidak berwujud, tidak dapat dilihat/ disentuh, maka pihak-pihak yang terkait dalam usaha ini memiliki persepsi masing-masing mengenai apa yang termasuk jasa atau tidak, dan bagaimana cara mengevaluasi jasa tersebut. Selain itu, penentuan harga dalam sektor usaha jasa akan lebih bersifat subyektif karena alokasi dana pada masing-masing unit usaha berbeda- beda, sehingga akan sulit menentukan keseragaman harga.

2. Simultaneously/ inseparability: pada sektor usaha jasa, hubungan emosional antara penyedia jasa dan konsumen sangatlah berperan penting. Untuk itu diperlukan suatu keahlian interpersonal yang baik agar dapat membangun hubungan kepercayaan dengan konsumen. Perilaku konsumen pada usaha jasa juga dapat berpengaruh terhadap konsumen yang lainnya. Misalnya pada usaha jasa salon kecantikan yang konsumennya didominasi oleh kaum Hawa, ketika konsumen salon tersebut merasa puas dengan pelayanan jasa mereka, kecenderungannya mereka akan menceritakan hal tersebut kepada teman, rekan, maupun keluarga lainnya yang juga membutuhkan jasa tersebut.

3. Perishability: jasa tidak dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama. Contohnya: ketika pesawat terbang komersil take off dengan bangku yang kosong penumpang, maka pendapatan akan hilang untuk selamanya. Potensi pendapatan juga akan hilang ketika permintaan melebihi kemampuan perusahaan untuk melayani konsumen. Karena sifatnya yang tidak tahan lama, bisnis jasa juga tidak memiliki penyangga untuk menjaga keseimbangan antara kapasitas (supply) dan permintaan (demand).

4. Heterogeneity : jasa bersifat heterogen, tidak ada dua unit output jasa yang sama persis. Jasa bervariasi antar kompetitor, unit atau store , dan tenaga kerja. Variasi yang dihasilkan dalam output jasa berkaitan erat dengan variasi input jasa seperti karakteristik konsumen yang terdiri dari : skill, sumber daya, kebutuhan, harapan dan watak yang berbeda-beda antara konsumen yang satu dengan yang lainnya.