Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa

A. Mekanisme Pengadaan Barang dan Jasa

Sistem pengadaan barang dan jasa pada umumnya menggunakan mekanisme penawaran yang terbuka, sesuai dengan prinsip persaingan sehat. Penawaran tender yang mengesampingkan prinsip tersebut akan mengakibatkan inefisiensi, tidak efektif, non akuntabilitas serta tidak tepat sasaran yang dituju. Oleh karena itu, dalam proses tender harus mengedepankan prinsip keterbukaan, sehingga pelaku usaha memperoleh akses tanpa diskriminasi atas pelaku usaha tertentu dalam menjalankan sistem perekonomian. Salah satu aktivitas yang dilarang dalam penawaran tender adalah persekongkolan penawaran tender.

Larangan persekongkolan penawaran tender diatur dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. Ketentuan tersebut mencakup penawaran pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan swasta. Penjelasan Pasal 22 menyatakan, bahwa tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan dan/atau untuk pengadaan barang- barang atau penyediaan jasa. Tender ditawarkan oleh pengguna barang dan jasa kepada pelaku usaha yang memiliki kredibilitas dan kapabilitas berdasarkan alasan efektivitas dan efisiensi. Adapun alasan-alasan lain pengadaan barang dan jasa adalah, pertama, memperoleh penawaran terbaik untuk harga dan kualitas. Kedua, memberi kesempatan yang sama bagi semua pelaku usaha yang memenuhi persyaratan untuk menawarkan barang dan jasanya. Ketiga, menjamin transparansi dan akuntabilitas pengguna barang dan jasa kepada publik, khususnya pengadaan barang/jasa di lembaga atau instansi pemerintah. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran

mengajukan harga untuk: 23

1. memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan;

2. mengadakan barang dan jasa;

3. membeli suatu barang dan jasa

4. menjual suatu barang dan jasa. Pengertian tender secara umum adalah aktivitas mengajukan tawaran

harga untuk memborong suatu pekerjaan barang/jasa dengan mengumpulkan terlebih dahulu peminatnya yang diinformasikan melalui pengumuman resmi, media cetak, dan bila memungkinkan melalui media elektronik. Penawaran diajukan secara tertulis dengan perincian harga yang dilampirkan di dalamnya, dan dilengkapi dengan persyaratan lainnya untuk memenuhi kelengkapan prakualifikasi. Adapun yang dimaksud dengan tender penjualan adalah penawaran harga oleh peserta tender untuk suatu pekerjaan, barang dan atau jasa yang akan dijual. Sedangkan tender pembelian adalah penawaran harga oleh

23. Pedoman Pasal 22 tentang Larangan Persekongkolan Tender, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta, 2005.

Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha

Dr. Anna Maria Tri Anggraini, S.H., L.LM.

peserta tender untuk suatu pekerjaan, barang dan atau jasa yang akan dibeli. 24 Berdasarkan definisi tersebut, maka cakupan dasar penerapan Pasal 22 UU

Nomor 5 Tahun 1999 adalah tender atau tawaran mengajukan harga yang dapat dilakukan melalui:

a. tender terbuka

b. tender terbatas

c. pelelangan umum

d. pelelangan terbatas Dalam pelaksanaan tender, peserta tender harus menempuh beberapa

tahapan, yakni tahap prakualifikasi pascakualifikasi. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang dan/atau jasa sebelum

memasukkan penawaran. 25 Pascakualifikasi adalah proses untuk melakukan kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu dan lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan penawaran.

Adapun metode penyampaian penawaran penyediaan barang dan jasa dapat memilih salah satu dari tiga metode penyampaian, dan metode penyampaian dokumen tersebut harus dicantumkan dalam dokumen lelang yang meliputi metode satu sampul, metode dua sampul, dan metode dua tahap.

Tender yang bertujuan untuk memperoleh pemenang dalam iklim yang kompetitif harus terdiri dari dua atau lebih pelaku usaha, sehingga ide dasar pelaksanaan tender berupa perolehan harga terendah dengan kualitas terbaik dapat tercapai. Di sisi lain, persekongkolan dalam kegiatan tender dapat mengakibatkan terbentuknya tender kolusif yang bertujuan untuk meniadakan persaingan dan menaikkan harga.

Mekanisme yang diberikan oleh UU Nomor 5 Tahun 1999 terhadap Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 80 Tahun 2003 merupakan ketentuan normatif yang melarang pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain guna mengatur dan atau menentukan pemenang tender yang dapat mengakibatkan persaingan usaha

tidak sehat. 26 Larangan tersebut mencakup proses pelaksanaan tender secara

keseluruhan yang diawali dari prosedur perencanaan, pembukaan penawaran, sampai dengan penetapan pemenang tender. Mekanisme tersebut merupakan ”payung hukum” UU Nomor 5 Tahun 1999 terhadap Keppres Nomor 80 Tahun 2003, meskipun Keppres tersebut tidak menempatkan UU Nomor 5 Tahun 1999

sebagai salah satu landasan hukumnya. 27