Permintaan Kelembagaan
A. Permintaan Kelembagaan
Permintaan terhadap sebuah kelembagaan bisa disebabkan faktor internal atau pun eksternal. Secara internal, sebuah kelembagaan bisa diminta publik
Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha
Environmental Scanning Kelembagaan KPPU
untuk diadakan karena adanya goncangan krisis yang besar yang terjadi pada lingkup Negara yang bersangkutan. Atau pun, sebuah lembaga diminta dibentuk karena ada konflik internal. Secara eksternal, sebuah kelembagaan bisa diminta untuk dibentuk karena ada permintaan untuk lakukan ‘struktural adjusment’ di lingkungan pemerintahan. Misalnya, karena ingin mendapatkan pembiayaan luar negeri, maka pihak luar negeri memerlukan diterbitkannya sebuah undang-undang untuk mengatur sektor tertentu, dan untuk mengatur sektor tersebut, undang-undang yang bersangkutan memerintahkan untuk dibentuknya sebuah kelembagaan tertentu.
KPPU merupakan lembaga yang dikehendaki oleh publik melalui UU No.5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang muncul karena inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat. UU No.5 tahun 1999 dan kelembagaan KPPU merupakan produk dari gerakan reformasi yang menuntut perbaikan-perbaikan di sektor ekonomi. Ketika sebelumnya pemerintahan dikembangkan secara sentralistik dan kekuatan-kekuatan ekonomi hanya bertumpu pada kelompok-kelompok tertentu, UU No.5 tahun 1999 menghendaki agar Bangsa Indonesia kembali kepada asas demokrasi ekonomi (yang memberi kesempatan yang sama kepada seluruh warga negara untuk melakukan aktifitas ekonomi) dan mengembangkan sistem mekanisme pasar yang wajar ( dimana dengan itu persaingan usaha berkembang secara sehat dan terhindar dari penyalahgunaan para pelaku yang memiliki posisi dominan).
Secara internal, sebelum terbitnya UU No.5 tahun 1999, gagasan perlunya lembaga pengawas persaingan pernah juga dimunculkan oleh para pengagasnya. Namun, gagasan ini belum bisa direalisasikan sampai kemudian dimunculkan lewat momentum perumusan Undang-undang di atas.
Secara eksternal, perlu diakui bahwa kemunculan kelembagaan KPPU didorong oleh IMF (International Monetory Fund) yang pada saat itu sangat berkehendak untuk menuntut adanya berbagai ‘structural adjusment’ yang bernuansa keinginan untuk membuka pasar, sehingga memudahkan bagi masuknya investasi-investasi asing.
Hasil pengamatan lingkungan (environtmental scanning) atas faktor internal ini menunjukan bahwa semangat publik untuk melakukan gerakan reformasi dalam rangka penegakan demokrasi ekonomi ini sangat melemah. Bahkan, saat ini, hampir keseluruhan masyarakat tidak mengerti apa yang telah mereka tuntut selama ini. Berbeda dengan tuntutan penghapusan KKN, yang kemudian diwadahi dengan pemunculan KPK, semangat untuk penghapusan KKN oleh publik masih terus bergelora. Hal itu, nampak diwakili oleh berbagai gerakan yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat, media massa maupun dukungan oleh pemerintahan (meskipun untuk yang terakhir ini intensitas dukungannya masing-masing berbeda).
Tuntutan eksternal oleh IMF sendiri nampaknya juga mulai surut seiring dengan kebijakan penghentian hubungan dengan IMF (karena dirasa berbagai kebijakan yang dirumuskan IMF tidak memberi dampak positif bagi perekonomian dan dirasakan berbagai kebijakannya justru merendahkan martabat bangsa).
Permintaan atas kelembagaan KPPU yang ada saat ini, secara internal, umumnya tinggal disebabkan oleh konflik-konflik kecil akibat kerugian berbagai pihak dalam pelaksanaan tender-tender pemerintah. Selama ini
Untaian Pemikiran Sewindu Hukum Persaingan Usaha
Didik Akhmadi, Ak., M.Com
permintaan dalam wujud aduan persengkolan tender ini yang dominan mewarnai KPPU, dan inilah yang kemudian mempengaruhi bentuk pelayanan KPPU kepada publik.
Ke depan, bila KPPU menginginkan mewujud dalam performa yang optimal, KPPU perlu menjelaskan kepada publik bahwa KPPU dapat menjaga kepentingan umum dalam bentuk perlindungan kepada konsumen, perlindungan terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah, dan mampu membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat, membantu menciptakan iklim persaingan usaha yang sehat, dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan pelaku usaha yang punya posisi dominan di pasar.