Tantangan Masalah

A. Tantangan Masalah

Fenomena awal perkembangan perwakafan di lingkungan NU sebagaimana gambaran di atas masih menguat hingga sekarang. Walaupun sudah mulai berkembang beberapa nazhir atau lembaga pengelola wakaf yang ada, tetapi perkembangan wakaf saat ini terasa tidak sebanding dan sangat kurang dengan harapan dan misi utama wakaf sendiri. Harapan itu adalah dapat berkontribusi untuk pengembangan dan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat nahdliyyin. Minimal ada 3 masalah yang dihadapi dalam pengembangan perwakafan di lingkungan NU saat ini, antara lain adalah tentang pemahaman nahdliyyin tentang hukum wakaf, pengelolaan dan manajemen wakaf, serta keberadaan benda yang diwakafkan dan kelembagaan nazhir (Hasanah: 2009).

Problem wakaf pertama adalah pemahaman nahdliyyin tentang hukum wakaf. Pada umumnya, nahdliyyin masih memahami hukum wakaf lebih bersifat tradisional, baik dari segi rukun dan syarat wakaf, maupun maksud disyariatkannya wakaf. Memahami rukun wakaf bagi masyarakat

Mencipta Kemandirian Jam’iyyah Nahdlatul Ulama Melalui Pengembangan .... sangat penting karena dengan memahami rukun wakaf, masyarakat bisa

mengetahui siapa yang boleh berwakaf, apa saja yang boleh diwakafkan, untuk apa dan siapa wakaf diperuntukkan, bagaimana cara berwakaf, dan siapa saja yang boleh menjadi nazhir, dan lain-lain. Pada saat ini, cukup banyak masyarakat yang memahami bahwa benda yang dapat diwakafkan hanyalah benda tidak bergerak seperti tanah, bangunan, dan lain-lainnya. Dengan demikian, peruntukannya sangat terbatas, seperti untuk masjid, mushalla, rumah yatim piatu, madrasah, sekolah, dan sejenisnya. Masyarakat mewakafkan tanah mereka mayoritas untuk pembangunan masjid karena masjid dianggap sebagai simbol untuk beribadah. Walaupun wakaf untuk masjid penting, namun akan lebih bermanfaat jika wakif mewakafkan hartanya untuk hal-hal yang lebih produktif sehingga dapat dipergunakan untuk memberdayakan ekonomi umat. Dengan demikian, wakaf yang ada hanya terfokus untuk memenuhi kebutuhan peribadatan dan sangat sedikit wakaf yang berorientasi untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan umat. Jika dilihat dari sejarah wakaf pada masa lampau, baik yang dilakukan Nabi Muhammad Saw maupun para sahabat, selain masjid, tempat belajar, cukup banyak harta wakaf berupa kebun yang produktif, yang hasilnya diperuntukkan bagi mereka yang memerlukan.

Problem kedua wakaf adalah tentang tatakelola wakaf. Kelola wakaf yang belum maksimal dan salah urus berdampak pada adanya harta wakaf yang terlantar, bahkan ada harta wakaf yang hilang. Dampak tersebut disebabkan antara lain wakaf tidak dikelola secara profesional dan produktif. Umat Islam (wakif) pada umumnya hanya mewakafkan tanah atau bangunan sekolah saja, sehingga kurang memikirkan biaya operasional aset wakaf tersebut bahkan upaya untuk menciptakan keuntungan dari kelola aset wakaf tersebut. Oleh karena itu, kajian mengenai manajemen pengelolaan wakaf ini sangat penting dalam upaya untuk memberdayakan sosial ekonomi umat.

Problem wakaf yang ketiga adalah tentang eksistensi nazhir. Nazhir adalah salah satu unsur penting dalam perwakafan. Berfungsi atau tidaknya intitusi wakaf sangat tergantung pada kemampuan nazhir. Di beberapa negara yang telah mengembangkan wakaf dengan profesional, wakaf dikelola oleh nazhir yang profesional. Di Indonesia, pengelolaan wakaf masih dalam proses pengembangan dan pada umumnya wakaf dikelola belum maksimal. Akibatnya, dalam berbagai kasus ada sebagian nazhir yang kurang memegang amanah, sehingga mereka melakukan penyimpangan

Membaca dan Menggagas NU ke Depan: dalam pengelolaan, kurang melindungi harta wakaf, muncul sengketa wakaf

antara beberapa pihak dan kecurangan-kecurangan lainnya. Paparan dan penjelasan di atas dimaksudkan bahwa fenomena pengembangan dan pengelolaan perwakafan di lingkungan NU masih banyak mengalami kendala mulai dari pemahaman tentang hukum wakaf, kelembagaan nazhir, manajemen dan sebagainya. Persoalan-persoalan penting dalam gambaran pengelolaan wakaf di atas tentu membutuhkan perhatian dan penanganan serius. Selama penanganan problem wakaf belum diatasi dengan baik, maka institusi wakaf tidak mampu memberikan kemanfaatan bagi mauqu}>f ‘alaih sebagaimana misi utamanya. Bahkan hal itu akan memberikan kesulitan sendiri bagi nazhir sebagai pengelola wakaf.