Korporasi Insitusi Madrasah dan Pesantren NU
2. Korporasi Insitusi Madrasah dan Pesantren NU
Tanggungjawab madrasah dan pondok pesantren NU terhadap persiapan masa depan para khalifah tersebut tidak boleh main-main. Manajemen madrasah dan pesantren NU sebaiknya di kelola secara professional dan bertanggungjawab, karena secara fakta banyak madrasah
Arah Baru Madrasah dan Pesantren NU di Era New Millinium dan pondok pesantren NU yang terbengkelai dan memprihatinkan karena
manajemen yang dikembangkan tidak dilandaskan pada pengelolaan yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan madrasah dan pesantren secara berkelanjutan (sustainable advantages) atau amal jariyah yang selalu mengalir nilai-nilai manfaat yang bermuara pada keberlanjutan kehidupan madrasah dan pesantren NU itu sendiri. Maka, madrasah dan pesantren NU perlu memperbaiki manajemen lembaga madrasah dan pesantren yang berorientasi pada mutu kepuasan para pelanggan, ramah lingkungan sebagaimana Nabi Muhammmad SAW mengajarkan tentang pentingnya kebersihan, inovasi tiada henti (continuous improvement), memperhatikan kebutuhan para siswa/santri dan ustadz secara utuh meliputi; mind, heart, body, and spirit. Apabila kebijakan manajemen madrasah dan pesantren berorientasi pada kesehatan lembaga berorientasi masa depan, maka nilai- nilai inti mandrasah dan pesantren dapat bermanfaat secara berkelanjutan (sustainable advantages). Untuk membangun hal tersebut diperlukan beberapa strategi yang jitu diantaranya:
Pertama, strategi korporasi (corporate strategy) yang tertuju pada penguatan institusi madrasah dan pesantren yang mengarah pada positioning dan diferentiation. Pimpinan madrasah dan pesantren NU harus cerdas membaca perubahan yang terjadi di internal lembaga dan di luar yang lebih luas. Tuntutan terus mengalami perubahan yang menuntut para pemangku kebijakan tidak boleh tinggal diam, tetapi selalu cermat mengamati apa yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan bahkan apa yang juga seharusnya ditinggalkan, contohnya hidup boros, budaya hidup kurang bersih, dan berikir kurang sistematis, bahkan madrasah dan pesantren NU harus berani memotong mata rantai hal-hal yang kurang memberi manfaat.
Kedua; Analisis strategis yaitu penentuan kompas madrasah dan pesantren NU harus terus dilakukan peninjauan dan dikembangkan yang lebih terarah, tentunya juga tidak lupa mengarahkan seluruh sumberdaya yang ada dimaksimalkan menuju satu arah yang telah dirumuskan bersama. Kemampuan mengembangkan visi dan misi serta penentuan target harus selalu diasah, supaya terjadi reoreintasi visi dan misi menuju yang lebih sustainability; yaitu budaya membangun keberlanjutan kehidupan sebuah institusi madrasah dan pesantren NU yang tumbuh secara sehat.
Ketiga, Kebijakan Strategis. Pengambilan keputusan manajemen madrasah dan pesantren NU sebaiknya dilakukan oleh seorang pemimpin yang piawai membaca keadaan. Keberanian membuat surat keputusan
Membaca dan Menggagas NU ke Depan: yang terkait dengan realisasi program-program yang telah direncanakan
dalam kebijakan lembaga madrasah dan pesantren NU suatu keniscayaan yang harus dilakukan. Ketepatan memilih orang-orang yang terlampir dalam surat keputusan sangat diperlukan supaya tugas benar-benar dapat dijalankan dengan baik dan sempurna. Dalam hal ini, pimpinan madrasah dan pesantren NU harus membekali dan memberi semangat kepada pelaksana tugas lapangan.
Keempat, pemimpin dan pelaku pelaksana program-program madrasah dan pesantren sebaiknya membuat berbagai keputusan dan kebijakan untuk mengembangkan program-program madrasah dan pesantren NU diantaranya; mengembangkan pembelajaran, restrukturisasi madrasah dan pesantren, pemetaan dan peningkatan sumberdaya manusia, menjajakan (marketing) prestasi akademik dan nilai-nilai madrasah dan pesantren, membedah kebekuan melalui ICT, membangun jejaring social (social networking), bekerjasama dengan berbagai pihak (Memorandum of Understanding) dengan berbagai institusi. Sejalan apa yang disarankan oleh Fogg (1999:16-26) menegaskan ada 18 kunci untuk mengimplementasikan strategi, yaitu (i) mengembangkan akuntabilitas, (ii) mengubah isu-isu strategis ke perencanaan yang dapat dilakukan dan diukur, (iii) menambah departemen perencanaan, (iv) negoisasi akuntabilitas individu, (v) mengubah struktur organisasi secara cepat, (vi) mengubah personal secara cepat, (vii) menggunakan kepemimpinan kreatif dan menyentuh mental, (viii) menghilangkan resistensi, (ix) menggunakan tim yang sesuai, (x) mereduksi budaya masa depan, (xi) mengalokasikan sumber daya secara efektif, (xii) menyelaraskan kerja organisasi dengan perencanaan mulai dari atas sampai bawah, (xiii) memberdayakan pelaksana eksekusi, (xiv) memilih, melatih, dan mengembangkan ke depan, (xv) memastikan tercapainya proses inti, (xvi) mengkomunikasikan ke seluruh orang di sepanjang waktu, (xvii) meninjau ulang performansi, dan (xviii) memberi reward prestasi strategi.
Kelima; Strategi berbasis pengetahuan. Untuk merespon perubahan, diperlukan peran sumberdaya manusia yang kompeten yaitu SDM yang memiliki pengetahuan (knowledge based worker) dan memiliki multi keterampilan (multi skills-worker) sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu mengawal dan mampu menguasai perkembangan teknologi sebagai pendorong perubahan (driving force). Madrasah dan pesantren NU harus mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, karena dengan ilmu pengetahuan tersebut dapat membaca sunnatullah
Arah Baru Madrasah dan Pesantren NU di Era New Millinium yang berlangsung di alam semesta ini. Para santri/siswa serta ustadz
harus bertumpu pada pengembangan pengetahuan tiada henti melalui proses interaksi dengan lingkungannya sebagaimana Miller dan Seller menyampaikan bahwa proses pengetahuan diantaranya melalui transaksional dan transformasional.
Keenam; Strategi berbasis kekayaan intelektual. Strategi ini dapat menciptakan kompetitif dan nilai madrasah dan pesantren NU pada setiap perubahan (change) ruang, waktu, dan konteks. Dengan demikian strategi kekayaan intelektual menjadi inti strategi (core-strategy) yang dapat membuat strategi lainnya lebih bernilai secara keberlanjutan. Jadi, strategi ini bisa memberikan keuntungan kompetitif keberlanjutan (sustainable competitive advantages) madrasah dan pesantren NU dalam rangka mencapai kecakapan hidup maksimal yang berkelanjutan pula (ultimate sustainable lifeskills). Para santri dan ustadz madrasah dan pesantren NU harus menjalankan tugas-tugas pokok khalifah yaitu menjaga keseimbangan sunatullah di alam jagat raya ini berbasis kekuatan intelektual secara proposional. Dalam mengawal pengetahuan, Intelektual sebagai inti perubahan dan juga merupakan kekayaan (property) yang dianugerahkan Allah SWT khusus kepada manusia, dan kekayaan intelektual tersebut hampir tak terbatas dan tak ternilai harganya, maka selayaknya kekayaan Intelektual dijadikan strategi inti (core strategy) yang dapat menjalankan strategi-strategi yang lain menjadi lebih produktif melahirkan diversiikasi strategi baru. Strategi kekayaan intelektual dalam rangka menjalankan tugas khalifah tersebut memerlukan dukungan kebijakan pimpinan madrasah dan pesantren NU bahkan Pimpinan Cabang NU yang dapat mendukung kinerja produktivitas para santri/siswa, guru dan ustadz untuk memperkaya makna institusi madrasah dan pesantren NU lebih jauh.