Pola Sinkronisasi Kurikulum (Silabi) antara SMKN 2 Surkarta dengan PT. King‟s Surakarta

4. Pola Sinkronisasi Kurikulum (Silabi) antara SMKN 2 Surkarta dengan PT. King‟s Surakarta

Pelaksanaan sinkronisasi program pendidikan dan pelatihan PSG di SMKN 2 Surakarta adalah dimulai dari pemetaan kemampuan, selanjutnya dilakukan pemetaan jenis pekerjaan di industri, dari kedua pemetaan itu dilakukan sinkronisasi. Setelah sinkron antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri selanjurnya dipilah, mana materi praktek yang dapat Pelaksanaan sinkronisasi program pendidikan dan pelatihan PSG di SMKN 2 Surakarta adalah dimulai dari pemetaan kemampuan, selanjutnya dilakukan pemetaan jenis pekerjaan di industri, dari kedua pemetaan itu dilakukan sinkronisasi. Setelah sinkron antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri selanjurnya dipilah, mana materi praktek yang dapat

dari direktorat”. Pemetaan kemampuan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan bahan

kajian komponen pendidikan, khususnya keterkaitan antara kemampuan pokok atau sub kemampuan dengan mata pelajaran baik pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Pemetaan kemampuan ini dirujuk dari Buku II GBPP SMK Kurikulum 1994, tentang profil kemampuan tamatan. Profil kemampuan tamatan Program Studi Listrik Kemampuan adalah : (1) menggunakan alat-alat pertukangan listrik; (2) menggunakan alat-alaat ukur listrik; (3) melakukan pengujian dan pengoperasian mesin listrik; (4) menangani operasi pembangkit tenaga listrik; (5) melakukan pemasangan dan pemeliharaan pengendalian industri; (6) menggunakan komponen elektronika untuk pengendali motor listrik; (7) melakukan perawatan dan perbaikan peralatan listrik. Profil kemampuan tamatan program studi mesin produksi adalah : (1) mengoperasikan mesin perkakas konvensional dan mesin perkakas komputer numericak kontrol (CNC); (2) mengerjakan pemotongan penyambungan dan pembentukan logam; (3) melaksankan pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin perkakas; (4) mengerjakan perlakuan panas dan finising logam; (5) melaksanakan pengendali mutu, bahan dan hasil produksi; (6) merancang dan menggambar benda-benda produksi dan; (7) menerapkan tata laksana bengkel dan keselamatan kerja.

jenis ketrampilankerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di industri. Disamping itu disertakan pula persyaratan yang diperlukan dalam pengurusan ketrampilan yang diidentifikasi. Di Smkn 2 Surakarta pemetaan jenis pekerjaan dilakukan di

King‟s dan industri pasangan lainnya. Pekerjaan di PT. King‟s berhubungan dengan program studi las dan fabrikasi logam, ia bergerak dibidang usaha “Enginering and Construction”.

Sebelum melakukan pemetaan jenis pekerjaan di industri Bapak Tatuk dan Bapak Arinto, berkunjung ke PT. King‟s Surakarta. Tujuannya adalah mengadakan wawancara dengan Bapak Slamet tentang jenis jabatan yang ada di PT. King‟s dilanjutkan dengan observasi di lapangan pekerjaan. Berikutnya berdasarkan masukan dari industri dan hasil pengamatan di lapangan disusun rancangan pemetaan jeni- jenis pekerjaan di PT.King‟s. Rancangan yang telah disusun dikonsultasikan dengan industri kembali, barangkali masih ada yang belum dimasukkan. Rancangan ditarik dan diperbaiki kembali, selanjutnya dikonsultasikan lagi. Proses sinkronisasi silabi antara Smkn 2 Surakarta dengan PT. King‟s seperti tersaji pada gambar di bawah ini.

Silabi

Sekolah

PSG

Industri

Silabi Silabi

di PT. King‟s seperti tersaji pada tabel dibawah ini. Tabel 4.10 Pemetaan Profil kemampuan berdasarkan kurikulum/silabi program

studi mesin produksi rumpun TPL Profil Kemampuan/

Sub. Kemampuan

Komponen Materi

Mata

A Pelajaran TK PDP PKP

1. Mengoperasikan mesin perkakas konvensional mengoperasikan mesin bubut untuk memproduksi benda kerja menoperasikan mesin frais untuk memproduksi benda kerja mengoperasikan mesin skraf untuk memproduksi benda kerja mengoperasikan mesin bor untuk memproduksi benda kerja menggunakan mesin gergaji untuk memproduksi benda kerja

2. mengerjakan pemotongan, penyambungan dan pembentukan logam memotong dan menyambung logam dengan berbagai cara

3. Melaksanakan

Kerja mesin

Kerja mesin

Kerja mesin

Kerja bangku/ Kerja mesin

Kerja bangku

Kerja las Kerja las

4. menerapkan tatalaksana bengkel dan keselamatan kerja mengelola bengkel mesin meliputi peralatan lingkungan serta personalnya menerapkan keselamatan kerja dalam pekerjaan- pekerjaan yang dilakukan di bengkel maupun di luar bengkel

M&R

Keselamatan kerja

Keterangan :

A : Adaptif

TK : Teori Kejuruan PDP : Praktik Dasar Profesi PKP : Praktik Keahlian Profesi

Pemetaan profil kemampuan, yakni hubungan antara profil kemampuan tamatan dengan mata pelajaran dibuat dalam format tersendiri. Pokja PSG di SMK N 2 Surakarta melakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Edy bahwa “secara administrasi di SMK N 2 Surakarta sudah lengkap dan sudah di jalani sesuaidengan petunjukDirektorat”.

Adapun hasil pemetaan jenis pekerjaan program pelatihan ketrampilan melalui kerja langsung di industri seperti tersaji pada tabel di bawah ini.

kerja langsung di PT King‟s yang bergerak dalam usaha rekayasa dan konstruksi

Bidang pekerjaan Pekerjaan

Keterampilan

Kerja

Prasyarat Kemampuan

1. Mesin bubut

2. Mesin frais

3. Mesin skraf

4. Mesin bor

5. Mesin gerinda

6. Mesin gergaji

membubut rata membubut tirus membubut tungkat membubut luar membubut rata dalam membubut rata

segitiga membubut segi 4

2.1 memfrais rata

2.2 memfrais alur

2.3 memfrais tingkat

2.4 memfrais roda gigi

2.5 memfrais rack roda gigi

2.6 memfrais roda gigi helix

2.7 memfrais begionarn

3.1 menyekraf rata

3.2 menyekraf alur

3.3 menyekraf tingkat

3.4 menyekraf rack gigi

4.1 mengebor tembus

4.2 mengebor buntu mengebor tingkat

5.1 menggerinda rata

5.2 menggerinda tirus

5.3 menggerinda

menyudut

6.1 menggergaji rata

6.2 menggergaji

menyudut

Mampu mengoperasikan mesin bubut dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu mengoperasikan mesin frais dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu mengoperasikan mesin skraf dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu mengoperasikan mesin bor dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu mengoperasikan mesin gerinda dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu mengoperasikan mesin gergaji dan dapat menghasilkan benda kerja

7. Mesin las

8. Maintenance dan repair

7.1 las asetelin dan karbit dan ditambah pemotongan dan penyambungan

8.1 membongkar dan

Mampu mengoperasikan mesin las dan dapat menghasilkan benda kerja

Mampu memelihara dan memperbaiki mesin-mesin yang digunakan

Setelah dilakukan pemetaan jenis pekerjaan program pelatihan ketrampilan melalui langsung diindustri, kemudian dilakukan sinkronisasi, silabi atau kurikulum. Sinkronisasi antara silabi di sekolah yang telah disekolah dengan profil kemampuan tamatan dengan pemetaan jenis ketrampilan di industri adalah seperti tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.12 Sinkronisasi antara silabi di sekolah ddengan pemetaan jenis ketrampilan di industri

1. Mampu mengoperasikan mesin v 1. Mampu mengoperasikan mesin v

2. Mampu mengoperasikan mesin frais untuk memproduksi benda kerja

3. Mampu mengoperasikan mesin skraf untuk memproduksi benda kerja

4. Mampu mengoperasikan mesin bor untuk memproduksi benda kerja

5. Mampu mengoperasikan mesin gerinda untuk memproduksi benda kerja

6. Mampu mengoperasikan mesin gergaji

untuk memproduksi

benda kerja

7. Mengerjakan pemotongan dan penyambungan

serta

pembentukan logam

8. Memotong dan menyambung logam dengan berbagai cara

9. Melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan perkakas

10. Melaksanakan perbaikan mesin perkakas

Setelah sinkron antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri selanjutnya dipilah, mana materi praktik yang dapat dilaksanakan di industri, kemudian materi praktik mana yang dapat dilakukan di sekolah. Di bawah ini disajikan materi yang disajikan di sekolah, dalam bentuk program pengajaran di sekolah dalam satu catur wulan. Tabel 4.13 Bentuk program pengajaran di sekolah setelah malaui proses

sinkronisasi antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri .

Pokok Bahasan/ Sub pokok bahasan

Waktu

Minggu ke- 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 1. mengoperasikan mesin perkakas konvensional

mengoperasikan mesin- mesin bubut untuk

memproduksi benda kerja Mengoperasikan mesin frais untuk memproduksi benda kerja

Pengenalan dan pengoperasian mesin frais 2. Fungsi keselamatan kerja dan prinsi peberapannya

Sebab-sebab kecelakaan Alat-alat keselamatan

kerja Sikap kerja yang aman 3. Ketetapan penyayatan dan putaran mesin

Kecepatan potong Putaran mesin perkakas

3x4x45‟

4x4x45‟

2x4x45‟

1x4x45‟

3x4x45‟

5. Pola Penyelengaran Magang (Praktik Industri) SMKN 2 Surakarta dan Industri Pasangannya Terutama PT. King‟s dan PT. Tritama Aji Elekom

industri dengan menawarkan beberapa ketrampilan yang ada pada mata pelajaran, terutama adalah praktik produktif. Pada kurikulum 1994 SMK ada pengelompokan mata pelajaranmulai dari normatif adaptif, teori, kejuruan, praktik dasar kejuruan dan praktik produktif. Komponen normatif terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehaan serta Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Komponen adaptif adalah Maematika, Bahasa inggris, Pengelolaan Usaha, Fisika dan Kimia. Komponen mata pelajaran teori dan dasar kejuruan adalah gambar teknik, pengetahuan bahan, dan pokok bahasan yang sesuai dengan program studi masing-masing rumpun. Komponen praktik dasar profesi menyangkut ketrampilan dasar kejuruan (kerja bengkel). Komponen praktek keahlian profesi (produktif) adalah ketrampilan produtif dalam bidang speliasisasi yang relevan dengan bidang studi. Setelah menyampaikan atau melakukan penjajagan dengan industri, disusun beberapa ketrampilan, keudian industri memilih yang mana yang dapat dilakukan industri. Setelah industri memilih kemudian diprogramkan. Selama siswa melaksanakan praktik industri tugasnya udah jelas, lengkap dengan waktu yang dibutuhkan.

Secara ringkas mekanisme penyelenggaran praktik industri adalah (1) sekolah melakukan pemetaan profil kemampuan; (2) sekolah melakukan pemetaan jenis pekerjaan di idustri; (3) Sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri; (4) penyusunan rencana program pengajaran. Langkah sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri, menimbulkan GBPP alternatif. GBPP inilah yang dijadikan landasan untuk pelaksanaan praktek industri.

Di SMKN 2 Surakarta, siswa melaksanakan praktik industri merupakan wujud dari persetujuan bersama yang telah disepakati melalui sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri pada tahap awalnya. Setelah itu diperoleh GBPP alternatif, yakni GBPP yang isinya menyangkut pembelajaran di industri dan di sekolah. Pembelajaran di sekolah di laksanakan oleh guru, jauh sebelum Di SMKN 2 Surakarta, siswa melaksanakan praktik industri merupakan wujud dari persetujuan bersama yang telah disepakati melalui sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri pada tahap awalnya. Setelah itu diperoleh GBPP alternatif, yakni GBPP yang isinya menyangkut pembelajaran di industri dan di sekolah. Pembelajaran di sekolah di laksanakan oleh guru, jauh sebelum

Kegitan raktitk industri sesuai dengan kesepakatan bersama, yakni apa yang telah disusun bersama tentang proses pembelajaran di industri. Pembelajatran itu berisi tentang keahlian-keahlian yang diperoleh lewat praktik produksi langsung, untuk SMKN 2 surakarta praktik industri dilaksanakan pada sem 2. Pada sem itu siswa secara khusus melaksanakan semua profil keahlian yang diperoleh dari industri. Menurut program pelaksanaan praktik industri adalah 3 bulan, tetapi sejauh ini tidak bnyak industri yang mampu menampung siswa selama itu. Rata- rata industri hanya mampu melaksanakan praktik untuk siswa selama 1 sampai dengan 1 ½ bulan. Untuk mengatasi permasalahan ini, sekolah mengalihkan siswa dari industri yang satu ke industri yang lain, khususnya industri yang telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan STM Negeri I Surakarta.

Kata Bapak Darminto “yang dapat menerima siswa praktik selama 3 bulan adalah PT. King‟s”. PT. King‟s adalah mitra kerja ASTRA motor. Kata Bapak Darminto “disana siswa dipekerjakan langsung membuat dongkrak motor, mulai dari ersiapan, perakitan dan pengecatan”. Selanjutnya dikatakan oleh Bapak darminto” Bahkan PT. King‟s memina siswa lagidari sekolah, setelah siswa

sebelumnya ditarik, tetapi kami belum dapat memenuhi sebab perlu menyesuaikan program sekolah”. Kendala yang sering dialami oleh siswa peserta praktik industri

adalah : sementara ketrampilan yang diperoleh dari industri belum tuntas, sudah harus ditarik kembali ke sekolah untuk mengikuti tes catur wulan. Disisi lain hanya sedikit industri yang bersedia menerima siswa selama 3 bulan. Namun SMKN 2 Surakarta berkeputusan untuk menerjunkan lagi ke PT. King‟s untuk beberpa siswa yang waktunya pun selama masa libur catur wulan.

Sebenarnya tes semester bagi siswa yang sedang praktik industri dapat dilaksanakan di industri. Pada waktu tes guru mendatangi siswa di industri, kemudian siswa diminta untuk ujian, yang mengawasi adalah guru. Namun oleh Sebenarnya tes semester bagi siswa yang sedang praktik industri dapat dilaksanakan di industri. Pada waktu tes guru mendatangi siswa di industri, kemudian siswa diminta untuk ujian, yang mengawasi adalah guru. Namun oleh

melaksanakan tes disana otomatis disanapun akan terkurangi waktunya sehingga industri merasa rugi, dengan demikian lebih baik diserahkan ke sekolah”.

Sebenaranya waktu yang cocok untuk melaksanakan praktik industri adalah pada semester 1 kelas 12. Pada semester itu , siswa masih duduk di kelas II, dalam struktur progam kurikulum teori kejuruan yang menunjang praktik produktif belum cukup. Dengan demikian pada semester 2 le;as 11 sebenarnya secara material siswa belum siap, sehingga secara mental pun sebenarnya mereka juga belum siap. Pada umumnya industri mengeluh, jika harus membimbing sejak dari dasar, waktunya tidak ada. Pada semester 1 kelas 12 siswa sudah cukup siap, secara mental mereka lebih dewasa, bekal maerial mata pelajaran juga sudah cukup. Siswa yang diterjunkan praktik industri pada semester 1 kelas 12, lebih mudah dibimbing, pembimbing tinggal mengarahkan dan mengembangkan ketrampilannya saja. Hal ini selaras dengan saran dari Direktorat PMK, bahwa komponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan harus betul-betul diperkuat, terutama pada tahun ke-1 dan ke-2, agar pada tahun le-3 siswa benar-benar dalam keadaan siap untuk memasuki kegiatan produksi (Pakpahan, 1994:12)

Di SMKN 2 Surakarta siswa yang praktik industri adalah kelas III dengan pertimbangan mereka sudah sesuai dengan pemintaan industri, jika dilihat dari ketrampilannya, demikian dikatakan oleh Bapak Darminto. Pokja PSG yang diketuai oleh Bapak Tatuk juga menerjunkan siswa pada saat hari libur, sebab tidak mengganggu persiapan siswa dalam menghadapi Ebtanas. Biasanya diadakan pada waktu libur panjang semester 2 kelas 11

Di SMKN 2 Surakarta siswa sejak awal sudah dikenalkan dengan industri, yakni sejak kelas I, mereka diajak berkunjung ke industri. Pada kelas II, dan awal kelas III siswa melaksanakan praktik industri. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat menambah tingkat keahlian yaang pernah diperoleh di industri pada Di SMKN 2 Surakarta siswa sejak awal sudah dikenalkan dengan industri, yakni sejak kelas I, mereka diajak berkunjung ke industri. Pada kelas II, dan awal kelas III siswa melaksanakan praktik industri. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat menambah tingkat keahlian yaang pernah diperoleh di industri pada

Tujuan kunjungan industri kata Bapak Darminto “agar siswa dapat mengetahui kondisi industri itu seperti apa? Perkembangan yang ada di industri itu

seperti apa? Perbedaannya dengan disekolah itu seperti apa? Dengan demikian siswa akan mempunyai motivasi dan pengertian bahwa apa yang diperoleh di sekolah itu elum banyak dibandingkan kenyataan yang ada di industri. Dengan demikian keadaan ini akan merangsang siswa untuk menekuni ketrampilan khususnya kejuruan.

Sebelum siswa diterjunkan ke indusri, sekolah memberikan pembekalan terlebih dahulu. Biasanya tim pembekalan diberikan oleh Pokja PSG ditambah pembimbing dari lapangan. Tidak semua pembimbing yang akan ditempati praktik industri diundang, tetapi hanya beberapa saja yang diperkirakan dapat mewakili senua jurusan. Materi pembekalan menyangkut etika kerja industri, kondisi industri, dan mental kedewasaan yang dibutuhkan oleh siswa.

Di PT. Tritama Aji Elekom jumah siswa STM Negeri I Surakarta yang melaksanakan praktik industri ada 5 orang. Siswa sebanyak itu dibagi ke dalam 2 divisi yakni penelitian dan teknik. Divisi teknik menyangkut produksi, yakni pembuatan telepon umum. Divisi penelitian tuasnya adalah memodifikasi komponen asli yang tidak trssedia di lapangan menjadi komponen baru yang mempunyai fungsi yang sama. 5 siswa itu tidak diputar tugasnya, artinya selam 3

bulan itu mereka tetap pada kdudukannya, menurut Bapak Wardiyo “kita harus mengajari dan membimbing dari awal lagi, sementara perusahan dikerjar taget”.

Siswa masuk kantor pada puul 8.00 dan selesai pukul 16.00, diantara itu ada waktu istirahat selama 30 menit. Pada waktu isirahat siswa dierikan makan siang oleh perusahaan. Siswa dikondisikan sperti lazimnya karyawan, artinya biasanya di sekolah mereka pukul 7.00 di perusahaan pukul 8.00, sedangkan pulang pukul 13.00 diperusahaan pukul 16.00.

Order kerja, tugas selalu berkait dengan PT Telkom, kadang-kadang order itu banyak sekali, dan terkadang kosong (hari off), jika dalam keadaan kosong mereka tidak langsung bekerja, tetapi hanya memperb aiki peralatan „sound system”. Sistem praktik sering terlibat dalam perbaikan dan penataan alat sound system. Kata Ibu Wiwik “jika hari-hari off, mereka bekerja apa ya? “coro-corone apa adanya‟ mungkin hanya diminta untuk menyoder”. Selanjutnya dikatakan o leh Ibu Wiwik “jika hari-hari „full‟ mereka langsung bekerja seperti lazimnya karyawan.

Proses perbaikan telepon umum yang dilakukan PT. Tritama Aji Elekom adalah, perusahaan mengambil telepon umum yang rusak ke PT. Telkom. Telepon umum yang rusak di jalan diambil oleh PT. Telkom, kemudian dikumpulkan, selanjutnya PT Tritama yang mengambil di kantor PT. Telkom. PT Tritama Aji Elekom mengadakan kotrak kerja terlebih dahulu sebelum memperbaiki telepon umum yang rusak itu, umpamanya 15 hari selesai, biasanya dari PT. Telkom sudah dicatat, box ini rusak disini, box itu rusak disitu. Termasuk menguraikan sampai ke komponen yang rusak, selanjutnya perusahaan membuat daftar kerusakan, kemudian diperbaiki dan dikembalikan lagi. Siswa tidak dilibatkan mengambil telepon umum ke Telkom, sebab PT Tritama tidak pernah memperbaiki telepon yang rusak di lapangan, tetapi di semua kantor.

Siswa SMK N 2 Surakarta melaksankan praktik industri di PT. Tritama Aji Elekom baru 3 kali. Angkatan ke- 1 kata Ibu Wiwik “agak bagus, atinya mudah menanggapi terhadap tugas yang diberrikan”. Angkatan ke-2 tidak dapat

memberikan nilai apapun terrhadap perusahaan, demikian dikatakan oleh Ibu Wiwik. Angkatan ke-3 bagus lagi, diberikan pembimbingan yang sedikit saja, mereka sudah mampu, demikian kata Ibu Wiwik.

Lazimnya sebuah produk, PT Tritama Aji Elekom juga mempunyai hal yang dirahasiakan. Hal itu misalnya rumus dan skem-skema elektronik. Tim yang ada dikelompokkan ini ada 4 orang, dibawah divisi penelitian. Siswa Lazimnya sebuah produk, PT Tritama Aji Elekom juga mempunyai hal yang dirahasiakan. Hal itu misalnya rumus dan skem-skema elektronik. Tim yang ada dikelompokkan ini ada 4 orang, dibawah divisi penelitian. Siswa

divisi penelitian siswa terlibat diperakitan saja, tidak sampai ke percobaan hingga menemukan satu skema baru (modifikasi). Menurut Ibu Wiwik “misalnya kita

dalam hal ini merancang suatu meja, bagaimana supaya meja itu dapat berdiri kokoh? Setelah jadi meja, polanya baru, baru siswa dipersilakan untuk

mengerjakan”. Siswa yang melaksanakan praktik industri ini, antara lain yang mengadakan pola skema yang telah ditemukan itu. Kata Ibu Wiwik berikutnya

“bukan dalam arti merancang, memikirkan, karena ini wilayah PT. Tritama Aji Elekom “.

Siswa praktik tidak kesulitan dalam merakit, tetapi pada waktu tes fungsi rangkaian, terkadang banyak mengalami kegagalan; sebab rakitannya ternyata tidak berfungsi. Pesawat telepon umum itu banyak ke arah „mikroprosesor‟, saya kira siswa tidak secara cepat menyerap”. Kata Ibu Wiwik “dalam arti mata pelajaran itu di sekolah belum pernah di peroleh”. Kata Bapak Wadiyo ”di SMK

baru dasar-dasarnya saja, dari kita pun belajarnya lama, waktu 3 bulan jika diberikan materi ‟mikroposesor‟, percuma, mereka tidak dapat menguasai”.

Di divisi penelitian siswa dapat merakit rangkaian elektronik, bisanya bekerja dengan gambar. Misalkan siswa memperbaiki bagian tertentu dari suatu kerusakan, mereka diberikan diagram blok yang sesuai. Kata Bapak Wardiyo

„misalkan memperbaiki sensor coin, kita juga menggunakan skema yang khusus itu saja”.

Panilaian yang dilakukan oleh Bapak Wardiyo terhadap siswa praktik adalah ketelitian dan kerapian. Siswa yang terlibat di penelitian tidak perlu terburu-buru untuk segera selesai, tetapi yang terpenting adalah ketelitian, mereka teliti dalam mengerjakan karena apa? Sedikit mereka keliru, maka sasaran tidak akan tecapai. Kerajinan juga penting, sebab kalau malas siswa akan kebingungan dalam menganalisisnya, sudah sampai di mana pekerjaan kemarin,

Sumber Daya Manusia (divisi SDM), biasanya mengangkut kehadiran. Termasuk dalam penelitian itu adalah ijin keluar, dan istirahat. Kata Bapak Wardiyo ”di

divisi penelitian mereka tidak perlu „ngoyo‟, dalam arti harus bekerja terus tanpa berhenti. Penilaian yang menyangkut hasil, kata Bapak Wardiyo “kalau saya sesuai dengan tingkat keberhasilan, mereka dapat mengerjakan ini berapa prosen?”.

Menurut Much (1983) ada dua model dalam penyelenggaran pendidikan sistem ganda (PSG), yakni penhgajaran sistem blok (block teaching) dan pengaaran sistem paruh (part time teaching). Pada sistem blok pendidikan berlangsung dalam satu bulan atau catur wulan disekolah, dan selama satu semester atau satu tahun di industri tidak ada selakan untuk belajar di sekolah, sehingga pelajaran di industri berjalan secara penuh. Pada sistem paruh, satu hari belajar di sekolah dalam 6 hari kerja dan sisanya dilakukan di industri untuk belajar sambil bekerja. Jika digambarkan, maka pola penyelenggaraan PSG adalah seperti tersaji pada gambar di bawah ini.

Sistem blok Sistem paruh

Kelas II

III

123456 12345 6 Pola penyelenggaraan PSG menurut Munch (1983)

Industri s

Industri k

Industri l Industri l

siswa yang praktik di industri, pada hari Sabtu ditarik ke sekolah untuk memperoleh mata pelajaran program umum, mupun teori kejuruan.

Pola pelaksanaan yang disarankan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah (1) pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan muali tahun ketiga, sedang kemampuan dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah; (2) pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan melalui tahun ketiga, tetapi industri sudah terlibat sejak tahun kedua untuk menangani kemampuan dasar kejuruan; dan (3) keterlibatan industri dimulai sejak tahun pertama, yaitu untuk menangani kemampuan dasar kejuruan, sedang kemampuan produktif sepenuhnya diberikan pada tahun ketiga di industri. Jelas bahwa pola yang dilaksanakan oleh SMKN 2 Surakarta ini jauh dari yang disarankan oleh Direktorat PMK. Di Surakarta pola yang disarankan itu, sulit dilaksanakan, sebab industri yang ada tidak mempunyai Dikat, sedangkan pola yang disarankan oleh Direktorat PMK yaitu pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan mulai tahun ketiga, yang pada dasarnya paling sederhana, belum dapat dilakukan oleh pihak sekolah.

Pada pelaksanan praktik industri, tidak ada pembimbing yang berasal dari sekolah terlibat di industri. Pembimbing di industri diserahkan kepada pihak industri. Biasanya diserahkan pada supervisor lapangan. Pembimbing dari sekolah hanya memoitoring pelaksanaan saja, tidak membantu mengarahkan terhadap pelaksanaan, masih ada rasa segan terhadap industri, takut dikira memberikan komentar atau kritik terhadap mutu pelaksanaan.

Ruang lingkup tugas guru dan pembimbing/instruktur baik pada waktu siswa melaksanakan praktik dasar kujuruan, maupun melaksanakan praktik keahlian pada lini produksi di industri antara lain : (1) mengadakan seleksi bagi calon siswa peserta praktik industri; (2) mengkondisikan siswa peserta praktik

penjelasan yang diberikan kepada siswa antar lain tentang sifat dan oetos kerja sebagai pekrja dan tata tertib dan eraturan yang berlaku, spesifikasi kerja yang akan dialkukan, benda-benda produksi yang telah dihasilkan, dan peralatan serta media yang digunakan; (3) melaksanakan pelatihan dan bimbingan bagi siswa secara sistematis erdasarakan progrm dan jadwal yang telah disepakati, baik pada pelaksanaan program praktik dasar kejuruan maupun program praktik keahlian pada lini produksi di industri; (4) mengadakan seleksi siswa sebelum melaksanakan raktik keahlian pada lini produksi di industri; (5) melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa, baik yang menyangkut aspek kerja pada waktu melaksanakan praktik dasar kejuruan dan praktik keahlian pada lini produksi di industri, serta mengkonversikan nilai perolehan siswa sesuai dengan keperluannya ke dalam mata pelajaran yang relevan dengan raport atau STTB; (6) melakukan uji kompetensi setelah siswa selesai melaksanakan praktik keahlian di lini produksi; (7) memberikan dorongan kepada siswa peserta praktik industri agar selalu tekun serta antusias dalam mengikuti kegiatan praktik keahlian pada lini produksi; dan (8) memberikan peringatan atau hukuman kepada siswa peserta praktikan industri sesuai dengan sifat pelanggaran yang dilakukan.

Tidak semua tugas dan fungsi pembimbing di lapangan dapat dilakssanakan oleh pembimbing lapangan dari PT. Tritama Aji Elekom. Melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa, baik aspek kerja maupun berkaitan dengan sikap kerja, ini sulit dilaksanakan, sebab perusahaan dikejar target pekerjaan, biasanya mereka hanya menilai satu kali, hasil itulah yang dikumpulkan ke sekolah. Nilai akhir itu merupakan kesan yang kumulatif, artinya pembimbing sebenarnya telah melakukan pengamatan sejak siswa mengikuti praktik industri, tetapi secara administrasi mereka tidak melakukan secara kontinyu. Ujian kompetensi juga belum dilakukan oleh pihak perusahaan, sebab SMKN 2 Surakarta juga baru memuat konsep ujian kompetensi. Di samping itu pelaksanaan PSG di Jawa Tengah belum ada 3 tahun, sehingga sebenarnya kelas Tidak semua tugas dan fungsi pembimbing di lapangan dapat dilakssanakan oleh pembimbing lapangan dari PT. Tritama Aji Elekom. Melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa, baik aspek kerja maupun berkaitan dengan sikap kerja, ini sulit dilaksanakan, sebab perusahaan dikejar target pekerjaan, biasanya mereka hanya menilai satu kali, hasil itulah yang dikumpulkan ke sekolah. Nilai akhir itu merupakan kesan yang kumulatif, artinya pembimbing sebenarnya telah melakukan pengamatan sejak siswa mengikuti praktik industri, tetapi secara administrasi mereka tidak melakukan secara kontinyu. Ujian kompetensi juga belum dilakukan oleh pihak perusahaan, sebab SMKN 2 Surakarta juga baru memuat konsep ujian kompetensi. Di samping itu pelaksanaan PSG di Jawa Tengah belum ada 3 tahun, sehingga sebenarnya kelas