LANDASAN TEORI

G. LANDASAN TEORI

Dalam penelitian untuk mengkaji permasalahan mengenai kesetaraan gender dalam pembagian kerja pegawai di TK Islam Teladan Tarbiyatul Banin II, peneliti menggunakan pendekatan teori sosiologi sebagai landasannya. Oleh karenanya perlu untuk terlebih dahulu mengetahui definisi Sosiologi itu sendiri. Menurut Pitirin A Sorokin sosiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang :

a. Hubungan antara pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dll).

b. Hubungan dan pengaruh timbale balik antara gejala sosial dengan non- sosial.

c. Ciri-ciri umum dari semua gejala sosial. 29

28 Depdikbud, Garis-Garis Besar Pedoman Pengajaran di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hal. 1.

yang objeknya adalah masyarakat. Bentuk umum dari proses sosial tersebut adalah terjadinya aktivitas-aktivitas sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok manusia maupun antar orang perorangan dan kelompok manusia. 30

Dalam mengkaji permasalahan ini dilakukan pendekatan sosiologis dengan menggunakan teori struktural fungsional. Adapun didalam analisis gender sendiri terdapat berbagai macam teori yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu masalah. Untuk menganalisis permasalahan yang terjadi pada pembagian kerja pegawai di TK Islam Teladan Tarbiyatul Banin II ini penulis menggunakan Kerangka Kerja Harvard (Harvard Framework).

1. Teori Struktural Fungsional

Penelitian ini menggunakan teori Fungsionalis yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcot Parsons. Didalam teori ini terdapat pendapat bahwa pembagian kerja secara seksual merupakan kebutuhan masyarakat dan diciptakan untuk keuntungan seluruh masyarakat itu sebagai keseluruhan. 31

Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi

30 Ibid , hal. 67.

terhadap yang lain. Sebaliknya, kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya. Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dan karena itu mengabaikan kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat beroperasi menentang fungsi-fungsi yang lainnya dalam suatu sistem sosial. 32

Dalam kaitannya dengan kesetaraan gender, dapat diartikan bahwa dalam struktur masyarakat telah terjadi suatu kesalahan fungsi atau penyimpangan struktur kehidupan masyarakat, sehingga ada gejolak. Gejolak itu adalah suatu gejala adanya kesalahan fungsi dan atau struktur kehidupan, dan gejolak itu sendiri merupakan cara untuk mencapai keseimbangan dan harmoni. 33

Teori Struktural Fungsional memiliki penekanan terhadap konsep keteraturan didalam masyarakat. Keteraturan yang dimaksud adalah bahwa setiap masyarakat yang akan mencapai kondisi keseimbangan haruslah melalui suatu proses keteraturan sosial, dimana tidak ada konflik yang terjdai dalam kehidupan masyarakat. Keteraturan dalam unsur-unsur yang membentuk masyarakat menjadi sebuah sistem sangat dibutuhkan oleh masyarakat menurut teori ini. Oleh karena itu, Struktural Fungsional mengabaikan konflik dan perubahan, karena akan terjadinya

32 George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 21. 33 Ace Suryadi dan Ecep Idris, Kesetaraan Gender Dalam Bidang Pendidikan (Bandung: PT.

keseimbangan sosial dan kestabilan sosial yang sudah tercipta dalam masyarakat.

Laki-laki dan perempuan sebagai bagian dari struktur nilai dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat merupakan suatu sistem yang saling terkait, masing-masing bagian akan terus mencari keseimbangan dan harmoni. Adanya gejolak merupakan indikator dari adanya kesalahan fungsi dari salah satu bagian struktur nilai di masyarakat. Selama tidak ada gejolak dalam masyarakat, berarti pemilahan peran sosial menurut jenis kelamin perlu dipertahankan. Namun demikian, apabila terjadi gejolak atau pertentangan dalam memandang pemilahan peran sosial laki-laki dan perempuan, berarti diperlukan pemecahan untuk mencapai keseimbangan gejolak tersebut sebagai akibat dari adanya kesalahan fungsi dalam struktur atau tatanan kehidupan di masyarakat yang harus segera diselesaikan. Adanya gejolak menurut “kesetaraan gender”, berarti struktur dan fungsi sosial lama yang berlaku di masyarakat perlu diperbaiki, karena dianggap tidak sesuai atau terjadi penyimpangan. 34

2.1. Pengertian

Teknik ini sering disebut sebagai Gender Framework Analysis (GFA), yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu : profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol.

Dalam profil aktivitas perlu dilihat interaksi antara perempuan dan proyek-proyek pembangunan, untuk mengetahui apa yang dikerjakan perempuan. Beberapa kategori kegiatan yang perlu diperhatikan adalah : produksi barang dan jasa, serta reproduksi dan perawatan sumber daya manusia. Profil akses dan kontrol didekati dengan mengidentifikasi kegiatan spesifik gender dalam produksi, reproduksi dan perawatan. Arus sumber daya dan keuntungan (manfaat) adalah konsep dasar yang perlu dikaji untuk memahami bagaimana proyek dapat mengakses dan diakses oleh perempuan, dan sejauh mana memberikan manfaat.

Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas, akses dan kontrol perempuan atas proyek pembangunan adalah : kondisi ekonomi secara umum (misalnya kemiskinan, inflasi, distribusi pendapatan), struktur kelembagaan (birokrasi, teknologi, Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas, akses dan kontrol perempuan atas proyek pembangunan adalah : kondisi ekonomi secara umum (misalnya kemiskinan, inflasi, distribusi pendapatan), struktur kelembagaan (birokrasi, teknologi,

2.2. Kegunaan

Teknik analisis ini dirancang sebagai landasan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial. Kerangka ini sangatlah luwes (mudah diadaptasikan) dan tersusun atas tiga elemen pokok yaitu :

a. Profil aktivitas berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa mengerjakan apa, di dalam rumah tangga dan masya-rakat), yang memuat daftar tugas perempuan dan laki-laki (laki-laki melakukan apa?, perempuan melakukan apa?, sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengelompokkan menurut umur, etnis, kelas sosial tertentu, dimana dan kapan tugas-tugas tersebut dilakukan). Aktivitas dikelompokkan menjadi tiga, yaitu produktif, reproduktif/rumah tangga, dan sosial-politik- keagamaan.

b. Profil akses (siapa yang mempunyai akses terhadap sumber daya produktif termasuk sumberdaya alam seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, kapital/kredit, pendidikan atau pelatihan), yang memuat daftar pertanyaan perempuan mempunyai atau bisa

35 Trisakti Handayani, Konsep dan Teknik Penelitian Gender (Malang: UPT Penerbitan

Perempuan menikmati apa? Lelaki menikmati apa?.

c. Profil kontrol (perempuan mengambil keputusan atau mengontrol penggunaan sumberdaya apa? Lelaki penentu sumberdaya apa? Sumberdaya di sini adalah sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Manfaat apa yang diperoleh dari melakukan aktivitas. Sumberdaya dapat berupa : materi (bernilai ekonomis, politis, sosial dan waktu), akses terhadap sumberdaya dan manfaat, kontrol atas sumberdaya dan manfaat dikelompokkan menurut gender, faktor-faktor yang berpengaruh menyangkut hal-hal yang mengakibatkan pada adanya pembagian kerja, adanya profil akses dan kontrol suatu masyarakat tersebut.

Elemen-elemen khusus dari kerangka ini yang cukup bermanfaat adalah :

a. Adanya perbedaan akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat dalam kaitannya dengan tanggungjawab laki-laki dan perempuan.

b. Perbedaan antara akses terhadap sumberdaya dan manfaat dengan

kontrol atas sumberdaya dan manfaat.

c. Adanya pandangan yang lebih luas tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya yaitu tidak hanya sumberdaya yang bersifat material tetapi juga yang susah diperhitungkan atau dinilai secara c. Adanya pandangan yang lebih luas tentang apa yang dimaksud dengan sumberdaya yaitu tidak hanya sumberdaya yang bersifat material tetapi juga yang susah diperhitungkan atau dinilai secara

dan manfaat yang berupa waktu. 36