DEFINISI KONSEPTUAL
1.3. Kesetaraan Gender
Berdasarkan perspektif gender, perbedaan peran antara laki- laki dan perempuan berakar pada ideologi gender (Gailey, 1987). Saptiani (1991) menjelaskan bahwa ideologi gender adalah segala aturan, stereotipe yang mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan yang paling awal melalui pembentukan identitas
maskulin dan feminim. 20 Diyakini bahwa secara biologis laki-laki dan perempuan itu berbeda maka peran mereka juga harus berbeda. Ideologi gender menyebebkan adanya pemilahan jenis pekerjaan,
19 Konsep Dasar Gender (http://www.file.upi.edu) 20 R. Saptiani, Menuju Kemandirian Perempuan : Persoalan Buruh Perempuan Industri dalam 19 Konsep Dasar Gender (http://www.file.upi.edu) 20 R. Saptiani, Menuju Kemandirian Perempuan : Persoalan Buruh Perempuan Industri dalam
Kesetaraan dan keadilan gender adalah suatu kondisi dimana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Kondisi ini dapat terwujud apabila terdapat perlakuan adil antara perempuan dan laki-laki. Wujud Kesetaraan dan Keadilan Gender adalah:
a. Akses, yaitu kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki
pada sumber daya pembangunan.
b. Partisipasi, perempuan dan laki-laki berpartisipasi yang sama
dalam proses pengambilan keputusan.
c. Kontrol, perempuan dan laki-laki mempunyai kekuasaan yang
sama pada sumber daya pembangunan.
d. Manfaat, pembangunan harus mempunyai manfaat yang sama
bagi perempuan dan laki-laki.
21 T.N. Effendi, Peran Perempuan dalam Pembangunan Ekonomi, dalam Nursyahbani Katjasungkana dkk, Potret Perempuan : Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde
kesetaraan atau keadilan sosial antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan sosial ini meliputi perlakuan yang sama antara laki-laki dan perempuan dengan menentang subordinasi perempuan terhadap laki-laki di lingkungan rumah tangga mereka, melawan pemerasan dalam keluarga, menentang status yang terus menerus rendah di tempat kerja, dalam masyarakat, serta dalam agama di negerinya dan menentang beban ganda yang mereka tanggung dalam produksi dan reproduksi.
Pemaknaan kesetaraan gender dalam pengertian yang umum tersebut berarti penerimaan martabat kedua jenis kelamin dalam ukuran yang setara. Orang harus mengakui bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak-hak yang setara dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Keduanya memiliki hak yang setara dalam tanggung jawab sebagaimana dalam hal kebebasan. Dengan demikian, kesetaraan gender merupakan penilaian yang sama yang diberikan masyarakat atas kesamaan dan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, dan atas berbagai peran yang mereka lakukan.
Konsep kesetaraan gender ini memenag merupakan suatu konsep yang sangat rumit dan mengundang kontroversi. Hingga saat ini belum ada konsensus mengenai pengertian dari kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ada yang mengatakan bahwa kesetaraan Konsep kesetaraan gender ini memenag merupakan suatu konsep yang sangat rumit dan mengundang kontroversi. Hingga saat ini belum ada konsensus mengenai pengertian dari kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ada yang mengatakan bahwa kesetaraan
masing. 22
2. Pembagian Kerja
Menurut Emille Durkheim yang menganalisa sebab akibat dari pembagian kerja adalah disebabkan oleh perusahaan-perusahaan, demografik serta akibatnya pada frekuensi interaksi antara manusia dan pada perjuangan kompetitif untuk mempertahankan hidup, karena penduduk bertambah perjuangan untuk hidup juga bertambah. Akibatnya, individu secara bertahap meningkatkan spesialisasinya karena mencari suatu jalan untuk tetap hidup. Selanjutnya karena individu berspesialisasi maka menjadi efisien, yang memungkinkan penduduk yang lebih besar itu dapat bertahan. 23
Dalam The Division of Labour, Durkheim mengatakan bahwa perkembangan bentuk modern dari masyarakat berasosiasi dengan perluasan individualisme. Ini adalah suatu gejala yang jelas berkaitan dengan munculnya pembagian kerja, yang menghasilkan spesialisasi
22 Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia, hal. 27.
bakat-bakat spesifik, kemampuan-kemampuan dan pendirian-pendirian yang tidak dimiliki setiap orang dalam masyarakat, tetapi yang hanya dimiliki oleh kelompok-kelompok tertentu. Dikatakan Durkheim bahwa tidak sukar untuk memperlihatkan adanya aliran-aliran kuat mengenai ideal-ideal moral dalam abad sekarang ini, yang mengungkapkan pendirian-pendirian bahwa kepribadian masing-masing orang sebaiknya dikembangkan sesuai dengan sifat-sifat spesifik yang dimiliki orang itu dan oleh karena itu tidak setiap orang harus menerima pendidikan yang seragam. Kemudian Durkheim menambahkan bahwa pembagian kerja tidak seluruhnya merupakan suatu gejala modern, hanya saja dalam jenis- jenis masyarakat yang lebih tradisional, pembagian kerja belum sempurna dan biasanya dibatasi atas dasar suatu pembagian jenis kelamin. Suatu tingkatan atas spesialisasi didalam pembagian kerja, terutama di bidang produksi industri modern merupakan akibat biasa. 24
Mengenai pembagian kerja, Abdul Syani mendefinisikan sebagai berikut : “Pembagian kerja adalah suatu pemecahan tugas dengan
sedemikian rupa sehingga setiap orang atau karyawan dalam organisasi bertanggung jawab dan melaksanakan aktivitas tertentu saja”. 25
24 Anthony Giddens (1895), hal. 91.
kemampuan dan keahlian dengan jenis pekerjaan yang akan ditangani, disamping itu harus disertai pada prosedur dan disiplin kerja yang mudah dipahami dan dilaksanakan.
3. Pegawai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pegawai berarti orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan, dsb). Pegawai juga dapat berarti karyawan atau anggota personalia (kantor : pekerja resmi baik negara ataupun pemerintah). 26
4. Taman Kanak-Kanak
Tap MPR RI No. 11/MPR/1993 tentang GBHN dijelaskan bahwa, pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan sedini mungkin dan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Salah satu bentuk pendidikan yang dilakukan sejak dini adalah dengan adanya Taman Kanak-Kanak (TK), karena TK merupakan salah satu bentuk pendidikan yang disediakan bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar.
satu dari jenis sekolah-sekolah yang ada. TK adalah jenjang pendidikan prasekolah untuk anak-anak. TK sebagai lembaga pendidikan yang berada di jalur pendidikan sekolah mempunyai peran yang penting sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam GBHN. Tujuan TK sebagai bagian dari pendidikan prasekolah secara khusus diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0489/U/1992 yang berisi tujuan pendidikan TK.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 025/O/1995, yang dimaksud dengan Taman Kanak-Kanak adalah satu bentuk satuan pendidikan prasekolah pada jalur pendidikan sekolah yang menyediakan pelayanan pendidikan secara dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar
dengan lama pendidikan 1 (satu) atau 2 (dua) tahun. 27
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0489/U/1992 dan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1990 Bab II pasal 3 menyatakan bahwa “pendidikan TK bertujuan untuk membantu anak meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk
27 Depdikbud, Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (Jakarta, 1996), hal. 5.
usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga menuju pendidikan sekolah. 28