1 Penyajian data

III.1 Penyajian data

III.1.1 Deskripsi objek penelitian

a. Profil Kepala Desa Ngancar Selama dua belas tahun Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh seorang putera daerah yang bernama Mulyatmo (lihat lampiran 6). Beliau yang lahir pada 8 Juli 1959 ini kini telah berusia 52 tahun. Ayah dua orang puteri ini menghabiskan masa mudanya di Jakarta selama tujuh belas tahun sebagai kontraktor dan konsultan konstruksi sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke kampung halaman demi memberikan kontribusi yang lebih untuk kemajuan desanya sendiri.

Bapak Mulyatmo memiliki ciri khas dalam setiap tutur katanya dengan selalu menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dalam berkomunikasi. Hingga kini, Bapak Mulyatmo yang akrab dipanggil dengan nama panggilan Pak Polo ini memiliki kegemaran beternak sapi selain juga menikmati pekerjaannya dalam membangun dan memimpin Desa Ngancar. Salah satu keahliannya adalah membuat perhitungan rencana biaya dan merancang bangunan sehingga kerap diminta untuk bekerja sama dengan beberapa proyek pembangunan, baik proyek pembangunan desa maupun proyek pembangunan di tempat lain.

commit to user

Kiprah baik Kepala Desa Ngancar terlihat sejak menjabat di periode pertama yang dinilai sangat mengutamakan perkembangan dan kemajuan desa. Bahkan, beberapa tokoh masyarakat mengatakan bahwa sumbangsih Kepala Desa Ngancar kepada Desa Ngancar sudah ada sejak beliau belum menjabat sebagai kepala desa. Pada saat masih di perantauan, beliau kerap memberikan kontribusi bagi kemajuan tanah kelahirannya tersebut, mulai dari sumbangan dana, ide-ide pembangunan yang beliau sampaikan ketika pulang kampung, hingga memberikan pengarahan- pengarahan pembangunan di desa (lihat lampiran 13). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Bapak Mulyatmo sebagai seorang yang dermawan dan peduli terhadap perkembangan dan kemajuan tanah kelahirannya.

Berkaitan dengan sosoknya sebagai seorang kepala desa, beberapa pemerintah desa memberikan penilaiannya. Kepala Dusun Ngancar mengatakan bahwa Bapak Mulyatmo merupakan sosok yang memiliki empati yang tinggi terhadap perangkat dan masyarakat sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil pun dapat diterima oleh semua pihak. Bapak Mulyatmo juga rutin memberikan informasi kepada masyarakat terkait rencana-rencana pembangunan di desa dan memberikan motivasi agar masyarakat turut serta memberikan partisipasinya demi kesuksesan pembangunan tersebut. Motivasi yang disampaikan adalah dengan meyakinkan masyarakat tentang manfaat pembangunan sehingga

commit to user

Dusun Ngancar sebagai berikut: “Kepala desa biasanya menanamkan pentingnya kesadaran

berswadaya demi terwujudnya pembangunan yang manfaatnya akan dapat dinikmati oleh warga. Kepala desa juga memberikan pandangan-pandangannya mengenai pembangunan sehingga masyarakat yakin bahwa pembangunan ini untuk warga” (wawancara dengan Kepala Dusun Ngancar).

Ketua BPD Desa Ngancar mengatakan bahwa roda pemerintahan yang dijalankan oleh Bapak Mulyatmo tergolong lancar. Selain karena sikapnya yang tegas dan disiplin dalam memimpin pemerintahan, beliau merupakan orang yang mudah bergaul dengan semua lapisan masyarakat sehingga memiliki banyak relasi.

Menurut Kepala Desa Ngancar, menjalin relasi baik dengan banyak pihak merupakan hal yang penting dilakukan oleh seorang kepala desa, terutama pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan pemerintahan desa seperti camat dan bupati. Relasi dengan atasan tersebut memudahkan langkah kepala desa dalam merealisasikan program-program kerja, terutama yang berhubungan dengan pembangunan, seperti yang dikemukakan Kepala Desa Ngancar bahwa kepala desa dengan bupati itu hubungannya seperti anak dengan orang tua. Kalau kita mempunyai hubungan baik dengan orang tua, Insya Allah apa keinginan kita dipenuhi oleh orang tua.

Kepala Desa Ngancar mengatakan bahwa langkah-langkah yang ia ambil untuk menjalin relasi dengan camat dan bupati adalah dengan memulai pendekatan personal, misalnya sebelum acara-acara dinas di

commit to user

untuk sekedar berbincang membicarakan tentang keadaan desa, berkonsultasi, dan membicarakan hal-hal umum lainnya. Atau, Kepala Desa Ngancar juga cukup sering datang ke kediaman atasan untuk membahas permasalahan yang ada di Desa Ngancar dan desa-desa lain yang berkaitan dengan Desa Ngancar (lihat lampiran 7). Cara ini diakui Kepala Desa Ngancar akan membuat atasan mengenal dan dekat dengan sosok kepala desa dan akhirnya peduli terhadap perkembangan desa setempat.

Relasi yang baik tidak hanya dijalin secara top-up dengan para atasan saja tetapi juga secara top-down dengan masyarakat. Peneliti mengamati bahwa pelayanan yang dilakukan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat berjalan dengan baik. Walaupun hampir setiap hari tidak berkantor di kantor balai desa, Kepala Desa Ngancar melayani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di rumahnya (lihat lampiran 8). Para warga yang ingin membuat dan memperpanjang Kartu Tanda Penduduk (KTP), mengurus berbagai jenis surat keterangan, membuat dan memperbarui Kartu Keluarga (KK), dan administrasi publik lainnya dilayani dengan cepat dan baik. Setelah selesai pada waktu yang telah dijanjikan, mereka bisa mendatangi rumah beliau lagi untuk mengambilnya. Hal ini merupakan cara Kepala Desa Ngancar untuk menjalin kedekatan secara personal dengan para warga masyarakatnya.

commit to user

dengan memberikan pelayanan baik untuk masyarakat, tetapi juga dengan membaur dalam kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan observasi peneliti, Kepala Desa Ngancar hampir selalu memenuhi undangan- undangan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, mulai dari undangan walimahan, tasyakuran warga, takziah, hingga kegiatan organisasi sosial lain yang ada di desa (lihat lampiran 9). Selain itu, Kepala Desa Ngancar dikenal sebagai sosok yang mempunyai pondasi kuat dalam agama yang dianutnya dan rajin melakukan sholat lima waktu di masjid. Salah satu tokoh agama di Desa Ngancar mengatakan bahwa Kepala Desa Ngancar jarang melewatkan sholat lima waktu di masjid terbesar di desa setempat, yaitu masjid Nurul Huda.

Untuk membangun hubungan yang semakin baik dengan masyarakat, Kepala Desa Ngancar juga berupaya menjadi problem-solver bagi permasalahan warganya. Tak jarang, dia sengaja mengundang warga- warga yang saling memiliki permasalahan untuk berembug bersama dengan kepala dingin mencari solusi yang terbaik (lihat lampiran 14).

Relasi yang baik juga terjalin antara kepala desa dengan perangkat desa lain seperti sekretaris desa, kepala urusan, dan kepala dusun di Desa Ngancar. Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa perangkat desa lain di Desa Ngancar, mereka kerap datang ke rumah kepala desa dan membahas perkembangan desa (lihat lampiran 10). Menurut sebagian perangkat desa, pertemuan dalam suasana informal seperti itu dirasa lebih

commit to user

keadaan desa daripada mendiskusikannya di pertemuan Rapat Koordinasi Perangkat Desa.

Peneliti mengamati bahwa Kepala Desa Ngancar juga merupakan sosok pemimpin yang berempati dengan perangkat desa lain. Hal ini terlihat dari pertemuan-pertemuan tingkat RT, RW, dan pertemuan lembaga kemasyarakatan yang selalu diadakan pada malam hari. Kepala desa mengetahui bahwa selain menjadi abdi masyarakat, semua perangkat Desa Ngancar juga bekerja sebagai petani sehingga pada pagi hari hingga menjelang sore hari mereka bekerja di sawah. Oleh karena itulah, demi mendapatkan waktu yang tepat untuk semua pihak, Kepala Desa Ngancar memutuskan bahwa pertemuan-pertemuan tersebut dilaksanakan pada malam hari.

III.1.2 Pembangunan fisik di Desa Ngancar

a. Tujuan pembangunan fisik di Desa Ngancar Pada hakekatnya, program pembangunan infrastruktur pedesaan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi produktif di kawasan perdesaan dan meningkatkan permukiman untuk mewujudkan kawasan perdesaan yang layak huni. Sasaran program adalah peningkatan sarana dan prasarana perdesaan.

commit to user

yang selama ini dilakukan pada akhirnya bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara jasmani dan rohani. Sebagai contoh, pembangunan musholla yang bertujuan meningkatkan kualitas sarana ibadah untuk menunjang kegiatan keagamaan dan pembangunan gedung Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) yang bertujuan untuk menanamkan pondasi agama sejak usia dini sehingga terbentuklah generasi-generasi penerus bangsa yang bagus secara agama.

Selain yang bersifat keagamaan, sasaran pembangunan fisik juga untuk yang bersifat kepentingan sosial. Seperti pembangunan pos kamling yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan di masing- masing dusun di Desa Ngancar. Ada pula pembangunan penampungan air yang berdampak secara langsung kepada warga masyarakat Desa Ngancar bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih. Semua pembangunan fisik tersebut tentunya bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

b. Proses pembangunan fisik di Desa Ngancar Sebuah proses pembangunan dapat dilihat dari alur kegiatannya, mulai dari latar belakang kemunculan ide, sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian hasil pembangunan. Pada pembangunan musholla yang terletak di Dusun Jetis, ide pembangunan berasal dari tokoh agama setempat. Sosialisasi dan perencanaan pembangunan tersebut

commit to user

Ngancar dan seluruh warga Dusun Jetis. Pembangunan musholla dilaksanakan selama tiga bulan dan mendapat dukungan penuh swadaya

masyarakat. Kegiatan evaluasi pembangunan musholla seluas 96 m 2 ini dilakukan oleh panitia pembangunan, Kepala Desa Ngancar, dan takmir masjid.

Lain halnya dengan pembangunan musholla, perencanaan pembangunan gedung TPQ Nurul Huda yang terletak di Dusun Karangasem dilakukan dalam forum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMD). Forum RPJMD berisi pembahasan mengenai program pembangunan sebuah desa dalam jangka waktu lima tahun ke depan yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna (lihat lampiran 11). Sosialisasi pembangunan ini melalui pertemuan dusun yang dipimpin oleh kepala dusun masing-masing. Dalam pelaksanaannya, pembangunan lembaga pendidikan agama ini tidak lepas dari dukungan berbagai bentuk swadaya masyarakat, mulai dari tenaga hingga dana. Evaluasi pembangunan ini juga dilakukan dalam forum RPJMD dengan meninjau ulang proses pembangunan untuk mengetahui kendala yang ada dan menemukan solusinya.

Sementara, pada pembangunan pos kamling ide pembangunan datang dari Kepala Desa Ngancar. Perencanaan pembangunan sarana keamanan ini dilakukan pada saat forum Rapat Koordinasi Perangkat Desa

commit to user

Balai Desa Ngancar. Sosialisasi pembangunan kepada warga masyarakat dilakukan oleh kepala dusun. Karena merupakan pos kamling dusun, warga di masing-masing dusun di Desa Ngancar pun bergotong royong dalam pelaksanaannya sehingga dalam waktu kurang dari satu minggu pembangunan dapat selesai. Evaluasi pembangunan ini kembali disampaikan dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar.

Pembangunan-pembangunan fisik hasil swadaya masyarakat Desa Ngancar tersebut pada kenyataannya dapat dimanfaatkan secara optimal dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat. Sebagai contoh, pembangunan TPQ. Kondisi fisik TPQ Nurul Huda saat ini dalam keadaan baik dan dapat berfungsi optimal sebagai lembaga pendidikan agama. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan belajar Quran setiap sore hari pukul 15.00-

17.00 WIB yang berlangsung tertib dan nyaman. Selain itu, kegiatan renovasi masjid di Dusun Ngancar yang dapat memberikan manfaat bagi warga, yaitu dapat melakukan kegiatan agama dengan lebih nyaman. Ada pula pembangunan penampungan air yang dipelihara dengan baik oleh warga melalui pembentukan kelompok-kelompok masyarakat pengelola air.

Semua proses pembangunan di atas pada dasarnya bertujuan memberi kesempatan masyarakat Desa Ngancar untuk mandiri. Hal ini dapat dilihat dari adanya swadaya masyarakat dalam setiap proses pembangunan. Dengan demikian, peningkatan standar hidup tidak hanya

commit to user

perhatian masyarakat terhadap nilai-nilai pembangunan.

III.1.3 Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar

Kegiatan komunikasi yang dilakukan pertama kali oleh Kepala Desa Ngancar adalah memberikan informasi pembangunan baru kemudian memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat.

a. Kegiatan memberikan informasi pembangunan Yaitu Kepala Desa Ngancar memberikan informasi secara jelas mengenai akan diadakannya pembangunan-pembangunan di desa kepada warga masyarakat. Sebagai contoh ketika pembangunan musholla yang terletak di Dusun Jetis dan renovasi masjid di Dusun Ngancar, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan tersebut serta manfaatnya bagi masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara duduk rembuk dalam forum pertemuan dusun pada malam hari yang merupakan sebuah upaya pendekatan kepada masyarakat. Hal ini dilakukan karena menyesuaikan karakteristik masyarakat pedesaan yang beranggapan bahwa segala sesuatu untuk kepentingan bersama lebih baik dibicarakan secara bersama-sama juga sehingga semua pihak mengetahui dan memahami apa yang akan dilakukan sesuai tujuan, hasil, dan proses yang akan terjadi.

commit to user

berbeda dengan musyawarah yang diawali dengan pemberian informasi mengenai latar belakang dan manfaat pembangunan. Jika ada pihak yang kurang atau bahkan tidak setuju dengan rencana pembangunan tersebut, maka Kepala Desa Ngancar dibantu tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala dusun, dan kepala urusan pembangunan desa setempat memberikan informasi yang lebih menekankan pada nilai-nilai positif dan manfaat yang akan didapatkan dari pembangunan.

Berbeda dengan pembangunan kedua sarana ibadah di atas yang penyebaran informasi pembangunannya melalui pertemuan dusun yang rutin dilakukan satu bulan satu kali, pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda Kepala Desa Ngancar menyebarkan informasi pembangunan kepada seluruh warga desa lewat pengeras suara yang ada di masjid induk. Perencanaan pembangunan gedung TPQ sendiri dilakukan dalam forum RPJMD yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna desa.

Pada pembangunan pos kamling dusun, Kepala Desa Ngancar menggunakan peran setiap kepala dusun dalam menyebarkan informasi pembangunan kepada seluruh warga di wilayahnya masing-masing walaupun Kepala Desa Ngancar juga memberikan informasi pembangunan ini kepada warga secara langsung ketika berada di sawah, warung, di jalan, dan pertemuan-pertemuan yang bersifat santai lainnya. Perencanaan

commit to user

Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis pukul 10.00 WIB bertempat di Balai Desa Ngancar.

Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong, Kepala Desa Ngancar menggunakan peran Kepala Dusun Glonggong dan juga Kepala Urusan Pembangunan dalam menyebarkan informasi pembangunan tersebut. Hal ini karena pada perencanaannya, Kepala Desa Ngancar mengambil keputusan secara mandiri tanpa melibatkan warga dan perangkat desa sehingga Kepala Desa Ngancar berharap dengan peran kepala dusun dan Kepala Urusan Pembangunan warga masyarakat akan bisa menerima keputusan yang telah diambilnya.

b. Kegiatan memberikan motivasi swadaya Setelah dicapai kata sepakat dalam pertemuan-pertemuan yang berisi informasi pembangunan, baru kemudian Kepala Desa membujuk warga masyarakat agar bersedia berswadaya dalam pembangunan yang telah disepakati bersama. Dalam membujuk warga, Kepala Desa Ngancar menyampaikan motivasi-motivasi sehingga masyarakat terdorong untuk berswadaya (lihat lampiran 12). Secara garis besar, motivasi yang disampaikan Kepala Desa Ngancar antara lain memberikan pemahaman bahwa pembangunan apapun di desa tidak akan dapat terwujud tanpa partisipasi dari masyarakat. Terlebih, pembangunan ini merupakan

commit to user

akan mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Pada pembangunan penampungan air di Dusun Glonggong Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi secara tertulis dalam bentuk proposal kepada dengan pemerintah Kabupaten Wonogiri. Kepala Desa Ngancar mengatakan bahwa ia tidak berkoordinasi dengan masyarakat dan perangkat yang lain di Desa Ngancar sehingga ia langsung berkomunikasi dengan atasan.

Dalam melakukan kegiatan komunikasi tersebut, hampir semua kepala desa pasti memiliki pengalaman permasalahan. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa hal yang paling sulit adalah apabila ada warga masyarakat yang masih belum yakin mengenai manfaat pembangunan. Namun, Kepala Desa Ngancar mempunyai solusi untuk mengatasinya. Misalnya dalam pertemuan pembahasan pembangunan musholla, kepala desa Ngancar memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat bahwa swadaya juga merupakan ibadah. Oleh karena mayoritas masyarakat Desa Ngancar merupakan masyarakat yang taat agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan hal keagamaan hampir selalu efektif untuk memotivasi masyarakat.

Lain halnya dengan pembangunan musholla, pada pembangunan pos kamling Kepala Desa Ngancar menggunakan tokoh masyarakat dan para kepala dusun sebagai penyampai pesan bagi masyarakat yang masih kurang memahami pentingnya pos kamling. Menurut pendapat Kepala

commit to user

pentingnya pos kamling itu disampaikan bukan oleh Kepala Desa, melainkan oleh Kepala Dusun sehingga upaya tersebut perlu ditempuh.

Pada pembangunan penampungan air, Kepala Desa Ngancar memberikan pemahaman secara langsung kepada masyarakat. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Ngancar bahwa ia langsung memberikan informasi pembangunan penampungan air kepada warga dan memberikan imbauan agar masyarakat berswadaya tenaga saja karena pengerjaannya sudah dilakukan pihak ketiga. Pada akhirnya, melalui komunikasi yang baik sesuai tujuan dan rencana serta dukungan semua pihak maka kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator swadaya masyarakat dapat berjalan dengan baik, terbukti dengan terwujudnya pembangunan-pembangunan tersebut dari hasil swadaya masyarakat.

III.2 Analisis data

III.2.1 Analisis bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator

dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan musholla

Pembangunan musholla ini dilakukan di Dusun Jetis Desa Ngancar atas prakarsa para tokoh agama di dusun setempat yang melihat kurangnya jumlah sarana ibadah untuk sholat. Pada saat itu, hanya ada satu musholla dan itu pun tidak dapat menampung jamaah sholat sehingga para tokoh agama merasa perlu membangun sebuah musholla lagi.

commit to user

memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat dalam rangka pembangunan musholla. Pertama, komunikasi formal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang pelaksanaannya dilakukan melalui mekanisme rapat atau sesuai dengan struktur organisasi. Komunikasi formal dalam pembangunan ini terjadi pada saat perencanaan dimana rencana pembangunannya dilakukan di tingkat dusun melalui forum pertemuan dusun yang dihadiri oleh semua warga Jetis, takmir masjid induk Desa Ngancar, tokoh-tokoh agama, Kepala Dusun Jetis, dan Kepala Desa Ngancar. Pada pertemuan tersebut, Kepala Desa Ngancar menginformasikan pembangunan musholla dan manfaat yang didapatkan dengan pembangunan tersebut. Meski dilakukan secara formal, kegiatan komunikasi informatif ini diselingi obrolan-obrolan ringan sebagai pemanis sehingga suasana kekeluargaan dapat tercipta.

Selain itu, terjadi pula komunikasi top-down atau komunikasi dari atas ke bawah. Menurut Purwanto (2006:40) komunikasi top-down memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Komunikasi top-down yang dilakukan Kepala Desa Ngancar bersifat intsruktif dan persuasif. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar memberikan instruksi dibentuknya panitia pembangunan dan memberikan motivasi kepada warga untuk yakin bahwa pembangunan ini akan berlangsung dengan lancar.

Bentuk-bentuk komunikasi tersebut dianggap lebih tepat untuk dilakukan dalam kegiatan komunikasi karena masyarakat akan dengan sendirinya

commit to user

Walaupun agak bersifat instruktif atau memerintah, tetapi masyarakat seolah-olah diajak untuk faham bersama dan menyetujui tanpa paksaan. Pada akhirnya, masyarakat mengetahui apa yang akan mereka dapatkan dengan pemberian informasi mengenai pembangunan musholla, kelebihan, dan kenyamanan yang akan didapat.

Kendala Kepala Desa Ngancar dalam memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan musholla ini adalah ada sebagian kecil masyarakat dusun setempat yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya swadaya. Solusi yang diambil oleh Kepala Desa Ngancar atas kendala ini adalah memberikan pemahaman dan motivasi kepada masyarakat bahwa swadaya juga merupakan ibadah. Kepala Desa Ngancar juga dibantu oleh tokoh agama dusun setempat untuk menyampaikan motivasi dan pemahaman pembangunan kepada warga melalui informal. Oleh karena mayoritas masyarakat Desa Ngancar merupakan masyarakat yang taat agama, nasehat-nasehat yang berkaitan dengan hal keagamaan hampir selalu mengena di hati masyarakat.

Motivasi tersebut bertujuan untuk menanamkan kesadaran masyarakat akan makna pembangunan desa yang tidak bisa lepas dari keterlibatan semua lapisan masyarakat desa. Berkat motivasi tersebut swadaya dapat terkumpul dalam bentuk swadaya tenaga, swadaya material pembangunan dan swadaya uang tunai.

Kepala Desa Ngancar tidak menggunakan media cetak dan media elektronik dalam penyampaian motivasi. Memang, pada dasarnya motivasi positif

commit to user

menuntut motivator untuk mengenali dan memahami sasarannya terlebih dahulu sehingga kemungkinan kesalahan penafsiran pesan motivasi lebih kecil daripada motivasi yang disampaikan secara tidak langsung.

Sementara, pertemuan-pertemuan koordinasi kerap dilaksanakan pada malam hari. Hal ini karena mayoritas panitia pembangunan bekerja pada siang hari di sawah sehingga malam hari dirasa merupakan waktu yang tepat untuk melakukan koordinasi. Ini merupakan upaya Kepala Desa Ngancar agar komunikasi yang dilakukannya dapat diterima oleh semua masyarakat.

Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla Jetis, yaitu sebagai berikut:

Bagan 4 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla Jetis

Face to face Informatif dan persuasif

Kepala Desa Ngancar

Tokoh agama

Kepala Dusun Jetis

Warga masyarakat Dusun Jetis

Motivasi informal

Top-down instruktif

motivasi

Feedback (kesediaan

berswadaya)

commit to user

dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan gedung TPQ Nurul Huda

Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) merupakan salah satu lembaga pendidikan agama yang bertujuan untuk menanamkan pondasi agama sejak kecil di masyarakat. TPQ Nurul Huda dibangun untuk memenuhi kebutuhan ruangan belajar para santriwan santriwati karena selama ini para santri melakukan kegiatan belajar di dalam Masjid Nurul Huda yang terletak di Dusun Karangasem.

Ide pembangunan TPQ Nurul Huda disampaikan oleh para tokoh agama di Desa Ngancar kepada Kepala Desa Ngancar seusai sholat berjamaah di masjid induk. Kegiatan komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam merespon ide tersebut berbentuk komunikasi informal karena dilakukan bukan dalam mekanisme rapat atau struktur organisasi, melainkan melalui pertemuan yang bersifat kekerabatan dan berlangsung dengan santai di beranda masjid induk Desa Ngancar.

Selanjutnya, pada kegiatan perencanaan pembangunan TPQ Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dalam bentuk komunikasi formal yang bersifat informatif dan persuasif karena perencanaan pembangunan dimusyawarahkan dalam forum RPJMDes yang dihadiri oleh Kepala Desa Ngancar, perangkat desa, ketua BPD dan anggota, LPM, ketua RT RW, lintas tokoh, dan karang taruna.

Dikatakan bersifat informatif karena dalam forum tersebut, Kepala Desa Ngancar menjelaskan latar belakang pembangunan TPQ yang merupakan keinginan dan kepentingan bersama. Komunikasi yang bersifat persuasif dapat dilihat pada saat Kepala Desa Ngancar meyakinkan dan membentuk pemahaman

commit to user

tujuan dan manfaat pembangunan TPQ. Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi yang bersifat informatif tetapi cenderung instruktif pada saat melakukan pembahasan mengenai jadwal pelaksanaan pembangunan dan biaya pembangunannya

Sementara, komunikasi top-down antara Kepala Desa Ngancar dengan warga masyarakat dilakukan dengan menggunakan media elektronik tradisional yaitu pengeras suara yang terdapat di masjid induk. Dengan bantuan media ini, Kepala Desa Ngancar menginformasikan pembangunan TPQ sehingga informasi dapat tersebar kepada hampir seluruh warga masyarakat Desa Ngancar. Selain bersifat informatif, komunikasi top-down Kepala Desa Ngancar ini juga bersifat persuasif yaitu mengajak masyarakat untuk bersama-sama gotong royong membangun TPQ.

Seperti halnya pada pembangunan musholla di Dusun Jetis, motivasi yang diberikan oleh Kepala Desa Ngancar agar masyarakat mau berswadaya adalah dengan nasehat keagamaan. Motivasi ini disampaikan dengan komunikasi secara langsung oleh Kepala Desa Ngancar kepada warga masyarakatnya. Selain itu, pada pertemuan koordinasi antara ketua panitia, Kepala Desa Ngancar, dan takmir masjid, Kepala Desa Ngancar kerap mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk berperan dalam menghimpun dan mengakomodasi swadaya dari masyarakat. Selanjutnya, para tokoh agama dan tokoh masyarakat tersebut memberikan motivasi kepada warga masyarakat melalui pertemuan-pertemuan

commit to user

masyarakat lainnya secara langsung (face to face). Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan gedung TPQ Nurul Huda, yaitu sebagai berikut:

Bagan 5 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda

III.2.3 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka renovasi masjid

Ide kegiatan renovasi masjid ini berasal dari salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat Dusun Ngancar. Alasannya adalah bangunan awal musholla tersebut sudah tidak layak karena merupakan bangunan kuno dan rencananya

Persuasif Informatif

Kepala Desa Ngancar

Tokoh agama Tokoh masyarakat

Pengeras suara (media elektronik)

Warga masyarakat Desa Ngancar

Motivasi dan Informasi

Face to face informal

Top-down

motivasi

Feedback (kesediaan

berswadaya)

commit to user

di Dusun Karangasem. Dalam merespon ide pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi antar personal yang bersifat instruktif dengan pencetus ide. Kepala Desa Ngancar menginstruksikan agar dilakukan musyawarah dulu dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat lain, kemudian dilakukan pembentukan panitia pembangunan.

Selanjutnya, pada perencanaan pembangunan ini Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dalam bentuk formal dengan teknik informatif dan persuasif. Komunikasi formal karena perencanaan pembangunan ini dilakukan dalam kegiatan trip dusun yang rutin diadakan satu bulan satu kali. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh kepala dusun, ketua RT, dan para tokoh masyarakat ini, Kepala Desa Ngancar menyampaikan informasi pembangunan mengenai latar belakang dan manfaatnya untuk warga.

Kepala Desa Ngancar juga berupaya meyakinkan warga agar tercipta pemahaman bersama sehingga kegiatan renovasi masjid ini dapat terwujud. Pesan persuasif Kepala Desa Ngancar tersebut disampaikan dengan memberikan pemahaman kepada warga bahwa yang namanya mendukung pembangunan itu tidak hanya diwujudkan dengan sumbangan uang, tetapi juga sumbangan tenaga, ide, dan apapun sesuai dengan kemampuan masyarakat.

Komunikasi persuasif ini menghasilkan efek positif karena warga masyarakat menyampaikan keinginannya untuk berswadaya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kepala Desa Ngancar berhasil dalam berkomunikasi top-

commit to user

Ngancar sebagai komunikator yang memiliki keterpercayaan (source credibility) dan daya tarik (source attractiviness). Dua unsur kredibilitas komunikator ini membuat kepemimpinan Kepala Desa Ngancar diterima oleh masyarakat sehingga pemahaman dan motivasi-motivasi swadaya yang diberikan juga akan mudah diterima walaupun motivasi yang diberikan Kepala Desa Ngancar sebenarnya sebatas memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap pembangunan di desa adalah untuk kepentingan masyarakat sehingga Kepala Desa Ngancar berharap masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam pembangunan.

Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi top-down dengan teknik instruktif yaitu dengan memberikan perintah kepada Kepala Dusun Ngancar dan Ketua RT masing-masing untuk menghimpun dan mengakomodasi segala bentuk swadaya yang diberikan warga melalui pertemuan dusun. Dari semua bentuk komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam kegiatan renovasi masjid ini, semuanya berbentuk komunikasi verbal yang disampaikan secara lisan (oral communication).

Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid di Dusun Ngancar, yaitu sebagai berikut:

commit to user

Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid

III.2.4 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan pos kamling dusun

Pengadaan pos kamling di sebuah wilayah merupakan upaya masyarakat demi menjaga keamanan lingkungan bersama di wilayah tersebut. Ide pembangunan pos kamling di Desa Ngancar datang dari Kepala Desa Ngancar. Walaupun tidak ada peraturan yang mewajibkan adanya pos kamling di sebuah desa, Kepala Desa Ngancar berkeinginan menjaga dan meningkatkan keamanan dan ketertiban lingkungan di Desa Ngancar.

Kepala Desa Ngancar menyampaikan ide pembangunan ini secara formal dalam Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilaksanakan setiap

Instruktif Formal

Kepala Desa Ngancar

Kepala Dusun

Ngancar

Ketua RT

Warga masyarakat Dusun Ngancar

Motivasi

Formal Face to face

Top-down

motivasi

Feedback (kesediaan

berswadaya)

commit to user

Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi dengan teknik informatif, persuasif, dan instruktif sekaligus. Teknik informatif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pos kamling di sebuah dusun atau desa sebagai sarana menjaga keamanan desa.

Teknik persuasif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar berupaya meyakinkan perangkat desa yang lain untuk menyetujui pembangunan pos kamling dengan memberikan gambaran kemudahan pelaksanaan pembangunan, terutama dalam hal biaya. Kepala Desa Ngancar memberikan pertimbangannya mengenai pendanaan pembangunan pos kamling ini, diantaranya bisa berasal dari iuran warga, kas dusun, dan swadaya warga.

Teknik instruktif, yaitu pada saat Kepala Desa Ngancar menginstruksikan kepada semua kepala dusun untuk membuat satu pos kamling di dusun masing- masing, tentunya setelah dicapai kata sepakat dari semua yang hadir dalam rapat tersebut. Kepala Desa Ngancar juga mengajak para kepala dusun untuk menghimpun swadaya dari warga. Pada akhirnya, kepala dusun menginformasikan informasi pembangunan ini pada pertemuan dusun sekaligus menghimpun swadaya. Semua bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam pembangunan pos kamling merupakan komunikasi top-down, yaitu komunikasi Kepala Desa Ngancar kepada para perangkat desa yang lain.

Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun, yaitu sebagai berikut:

commit to user

Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun

III.2.5 Bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan penampungan air

Kabupaten Wonogiri dikenal sebagai kabupaten yang kekurangan air. Walaupun tidak semua wilayahnya mengalami kekeringan, beberapa desa dan kecamatan yang mempunyai predikat desa kering dan tandus membuat desa-desa lain di Kabupaten Wonogiri dianggap memiliki predikat yang sama. Di Desa Ngancar sendiri, kesulitan air sempat dialami oleh para warga di tiga dusun yang letaknya dekat dengan perbatasan Pacitan, yaitu Dusun Tapan, Dusun Glonggong, dan Dusun Petir. Ketiga dusun ini sebenarnya memiliki sumber air tetapi jumlah airnya bergantung kepada musim.

Instruktif Formal

Kepala Desa

Ngancar

Kepala Dusun

Warga masyarakat Desa Ngancar

Motivasi

Formal Face to face

Top-down

motivasi

Feedback (Kesediaan berswadaya)

commit to user

merupakan keinginan pribadi Kepala Desa Ngancar. Tujuannya adalah agar permasalahan kesulitan air tidak lagi memberatkan para murid Sekolah Dasar yang sebelumnya masih harus mengisi jerigen air sebelum berangkat sekolah.

Pada pembangunan ini, Kepala Desa Ngancar melakukan bentuk komunikasi yang berbeda dengan bentuk komunikasi pada pembangunan- pembangunan sebelumnya karena tidak adanya koordinasi dengan masyarakat dan perangkat desa yang ada di Desa Ngancar. Oleh karena itulah, Kepala Desa Ngancar berkomunikasi dengan PU Kabupaten Wonogiri secara tatap muka langsung. Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi bottom-up secara verbal tertulis (verbal-written communication) dengan PU Kabupaten Wonogiri dalam bentuk proposal bantuan pipanisasi gravitasi.

Setelah disetujui oleh PU Wonogiri, melalui perangkat desa lain Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi top-down yang bersifat informatif, yaitu menyampaikan informasi pembangunan pipanisasi gravitasi ini kepada masyarakat, terutama warga di ketiga dusun tersebut. Kepala Desa Ngancar juga melakukan komunikasi persuasif dengan mengimbau masyarakat agar berswadaya tenaga saja memasangkan pipa-pipa dari sumber ke rumah-rumah warga.

Beberapa bulan setelah pembangunan selesai, ternyata kebutuhan air di ketiga dusun tersebut masih dirasakan kurang oleh warga karena delapan dusun dari luar Jawa Tengah memanfaatkan sumber air tersebut tanpa ijin warga. Lagi, Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi verbal secara tertulis dalam bentuk proposal yang kali ini diajukan ke Departemen Geologi Bandung.

commit to user

menyampaikan informasi pembangunan ini kepada masyarakat melalui peran perangkat desa lain, seperti kepala dusun dan kepala urusan pembangunan, di pertemuan rutin Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar setiap hari Kamis. Dengan demikian, dalam hal ini terlihat bahwa Kepala Desa Ngancar melakukan komunikasi top-down secara formal dengan teknik informatif dan instruktif. Selanjutnya, kepala dusun dan kepala urusan pembangunan memberikan informasi pembangunan ini kepada warga melalui pertemuan dusun dan pertemuan-pertemuan informal secara face to face.

Pemeliharaan hasil pembangunan tersebut dilakukan warga dengan membentuk beberapa kelompok. Kelompok-kelompok pengelola air ini mengadakan pertemuan yang bersifat konsultatif dengan kepala desa jika ada bagian dari bangunan yang memerlukan perbaikan.

Dari uraian di atas, dapat digambarkan alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air, yaitu sebagai berikut:

commit to user

Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air

III.2.6 Proses komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar

Proses komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan kepada penerima untuk dipahami dan dimengerti maknanya. Atau dengan kata lain, proses komunikasi menjelaskan bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Informatif Formal

Kepala Desa

Ngancar

Kepala Dusun

Glonggong

Kepala Urusan

Pembangunan

Warga masyarakat Dusun Glonggong

Motivasi

Formal Informal Face to face

Top-down

motivasi

Feedback (kesediaan

berswadaya)

commit to user

sesuai uraian Purwanto (2003:12) adalah:

a) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan Sebagai contoh dalam pembangunan penampungan air, setelah mengetahui secara langsung bagaimana keadaan warganya di Dusun Petir, Dusun Tapan, dan Dusun Glonggong yang kesulitan air, Kepala Desa Ngancar memiliki sebuah ide pembangunan yaitu penampungan air untuk masyarakat di ketiga dusun tersebut. Ide pembangunan ini selanjutnya ingin disampaikan kepada masyarakat melalui perangkat desa.

b) Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan Kepala Desa Ngancar sadar bahwa ide pembangunan penampungan air tersebut mungkin tidak dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna oleh masyarakat. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, beliau harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subyek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), dan latar belakang budaya serta karakteristik personal masyarakat. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar betul-betul mempersiapkan apa yang ingin beliau sampaikan kepada masyarakatnya, seperti latar belakang dan tujuan pembangunan. Dalam penyampaiannya, Kepala Desa Ngancar tidak akan menggunakan istilah-istilah asing yang terdapat dalam pembangunan, tetapi menggunakan bahasa sederhana yang

commit to user

yang kurang mengetahui bahasa pembangunan.

c) Pengirim menyampaikan pesan Setelah mempersiapkan pesan, Kepala Desa Ngancar kemudian menyampaikan pesan informasi pembangunan tersebut kepada masyarakat secara lisan melalui pertemuan-pertemuan langsung yang bersifat informal. Selain disampaikan secara langsung, dalam menyampaikan pesannya Kepala Desa Ngancar juga menggunakan peran perangkat Desa Ngancar sebagai saluran komunikasi melalui pertemuan formal yaitu Rapat Koordinasi Perangkat Desa Ngancar.

d) Penerima menerima pesan Pada tahap ini, masyarakat telah menerima pesan Kepala Desa Ngancar mengenai pembangunan tersebut. Pesan mereka terima secara langsung dari Kepala Desa Ngancar dan juga melalui perangkat desa yang lain. Dalam hal ini, masyarakat telah mengetahui informasi pembangunan tersebut, mulai dari latar belakang, manfaat, dan tujuan pembangunan.

e) Penerima menafsirkan pesan Tahap selanjutnya adalah bagaimana masyarakat menafsirkan pesan yang dikirim oleh Kepala Desa Ngancar. Setelah masyarakat mendapatkan gambaran mengenai tujuan dan manfaat pembangunan penampungan air dengan bahasa penyampaian yang meyakinkan dari Kepala Desa Ngancar, masyarakat menyimpan pesan tersebut sebagai

commit to user

kesejahteraan mereka.

f) Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim Setelah masyarakat yakin bahwa pembangunan ini dapat memberikan manfaat, pada akhirnya mereka memberi tanggapan kepada Kepala Desa Ngancar selaku pengirim pesan. Tanggapan yang diberikan masyarakat adalah berupa sikap menyetujui pembangunan penampungan air dan pernyataan bersedia berswadaya untuk mendukung kelancaran pembangunan tersebut.

Selain enam tahapan proses komunikasi yang dikemukakan Purwanto di atas, analisis proses komunikasi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dapat diuraikan berdasarkan pendapat Effendy (2003:31-38), yaitu sebagai berikut:

a) Proses Komunikasi dalam Perspektif Psikologis Proses komunikasi ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Terjadi suatu proses dalam diri komunikator, yaitu pengemasan isi pesan dan lambang (bahasa) (Effendy, 2003:31). Komunikasi dikatakan terjadi apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator. Sebagai contoh, pada pembangunan gedung TPQ Nurul Huda. Kepala Desa Ngancar menyampaikan pesan berupa informasi pembangunan gedung TPQ termasuk latar belakang dan manfaat pembangunannya secara lisan kepada peserta RPJMD. Pada penyampaian pesannya, Kepala Desa Ngancar menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami sehingga peserta RPJMD dapat mengerti

commit to user

komunikasi terjadi antara Kepala Desa Ngancar dengan peserta RPJMD. b) Proses Komunikasi dalam Perspektif Mekanistik

(1) Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media atau saluran, seperti bahasa, isyarat, gambar, dan lain sebagainya yang secara langsung dapat menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pada perencanaan pembangunan gedung TPQ, Kepala Desa Ngancar menyampaikan gagasannya mengenai latar belakang dan manfaat pembangunan tersebut kepada peserta RPJMD yang hadir secara lisan. Pesan Kepala Desa ini dapat diterima dengan baik oleh peserta RPJMD sehingga menghasilkan respon yang baik pula, yaitu berupa kesepakatan pelaksanaan pembangunan TPQ.

(2) Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua seperti surat kabar, televisi siaran, radio, film, leaftlet, brosur, dan lain-lain setelah memakai lambang sebagai media pertama. Masih pada perencanaan pembangunan TPQ, setelah menggunakan bahasa sebagai media pertama dalam komunikasi dengan peserta RPJMD, Kepala Desa Ngancar tidak menggunakan media kedua apapun dalam penyampaian pesannya.

commit to user

menginformasikan pembangunan kepada warga masyarakat Desa Ngancar, Kepala Desa Ngancar menggunakan media elektronik tradisional yaitu pengeras suara yang ada di masjid induk desa.

(3) Proses komunikasi secara linear Dalam konteks komunikasi, proses secara linear adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal (Effendy, 2003: 38). Proses komunikasi ini terjadi pada saat penyebaran informasi pembangunan TPQ dari Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat menggunakan media elektronik. Dengan demikian, pesan dalam proses ini fokus berjalan satu arah yaitu dari Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat.

(4) Proses komunikasi secara sirkular Dalam konteks komunikasi, yang dimaksudkan dengan proses sirkular itu adalah terjadinya feed back atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Proses ini terjadi pada perencanaan pembangunan TPQ dalam RPJMD. Ketika Kepala Desa Ngancar selaku komunikator menyampaikan gagasan pembangunan tersebut, peserta RPJMD memberikan respon mereka dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seputar pembangunan yang kemudian dijawab oleh Kepala Desa Ngancar. Selain itu, respon peserta RPJMD terhadap pesan komunikasi dari Kepala Desa Ngancar ada dalam bentuk pernyataan menyetujui pembangunan.

commit to user

Ngancar dalam memberikan motivasi kepada masyarakat telah berjalan baik sesuai tahapan. Proses yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai tujuan komunikasi, yaitu msayarakat memahami pesan motivasi dan gagasan pembangunan, persetujuan dan dukungan terhadap sebuah gagasan, dan tindakan sebagai manifestasi dari persetujuan.

III.2.7 Strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam

menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar

Strategi komunikasi yang digunakan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat adalah strategi komunikasi pembangunan. Seperti yang dikemukakan AED dalam Nasution (2004:164-168), ada empat strategi komunikasi pembangunan yang telah digunakan selama ini, yaitu strategi berdasarkan media, strategi desain instruksional, strategi partisipatori, dan strategi pemasaran. Berdasarkan pendapat AED tersebut, strategi Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat termasuk strategi partisipatori, yaitu strategi yang berprinsip pada kerja sama komunitas dan keikutsertaan, bukan pada banyak informasi yang dipelajari. Strategi partisipatori ini sejalan dengan prinsip swadaya masyarakat yaitu pembangunan diselenggarakan bukan untuk masyarakat tetapi bersama masyarakat dan sedapat mungkin dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

commit to user

selaku komunikator sangatlah penting. Kepala Desa Ngancar harus memiliki kemampuan dalam melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku masyarakat agar pro-swadaya. Untuk melakukan perubahan tersebut sesuai dengan pendapat Effendy (1990:33), Kepala Desa Ngancar terlebih dahulu mengenali karakterisitik komunikan, kemudian menentukan kegiatan komunikasi yang akan dilakukannya, dan menyusun pesan dengan merumuskan tujuan, rencana, dan pelaksanaan pembangunan secara jelas dan tetap mengutamakan kepentingan masyarakat.

Untuk mengenali karakteristik komunikan, Kepala Desa Ngancar tidak melakukan upaya yang terlalu keras karena kepemimpinan beliau selama dua belas tahun terakhir sudah cukup memberikan informasi mengenai karakteristik penduduknya. Akan tetapi, dalam mengenali masyarakat Desa Ngancar yang merupakan sasaran komunikasinya Kepala Desa Ngancar tetap menggali informasi melalui berbagai cara. Yang pertama melalui Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa Ngancar yang merupakan laporan rutin setiap tahun. Laporan ini dapat membantu Kepala Desa Ngancar dalam mengenali aspek sosiodemografik masyarakat, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, agama, dan pekerjaan warganya.

Selain melalui laporan tersebut, Kepala Desa Ngancar juga berupaya mengenali aspek profil psikologis dan aspek karakteristik perilaku masyarakat Desa Ngancar dari para kepala dusun mengenai masyarakat di masing-masing dusun yang dipimpinnya. Penggalian informasi ini dilakukan melalui pertemuan

commit to user

Perangkat Desa Ngancar yang rutin dilakukan setiap hari Kamis. Pertemuan informal, yaitu misalnya pertemuan-pertemuan antara Kepala Desa Ngancar dengan masing-masing kepala dusun di kediaman kepala desa, di sawah, dan di warung yang berlangsung santai. Hasilnya, Kepala Desa Ngancar mengetahui bahwa warga masyarakat Desa Ngancar merupakan warga yang taat agama, terutama di Dusun Ngancar, Dusun Karangasem, Dusun Dungringin, dan Dusun Dungbendo. Sementara, warga di Dusun Jetis, Dusun Tapan, Dusun Petir dan Dusun Glonggong merupakan warga yang memiliki komitmen tinggi terhadap kelangsungan pembangunan desa sehingga akan sangat mudah mendapatkan partisipasi dari mereka. Diketahui pula bahwa seluruh warga masyarakat Desa Ngancar menginginkan pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana fisik untuk menunjang kegiatan sosial dan ekonomi mereka.

Selanjutnya, Kepala Desa Ngancar menentukan pesan dan jenis komunikasi yang dilakukan dengan mengkaji tujuan dan rencana pembangunan. Terdapat rumusan tujuan yang jelas dari masing-masing pembangunan, yaitu pembangunan musholla dan gedung TPQ untuk meningkatkan sarana kegiatan agama, renovasi masjid untuk meningkatkan kualitas ibadah, pembangunan pos kamling sebagai sarana keamanan lingkungan di setiap dusun di Desa Ngancar, dan pembangunan penampungan air untuk memenuhi kebutuhan air warga di Dusun Tapan, Dusun Petir, dan Dusun Glonggong. Semua tujuan pembangunan ini disampaikan Kepala Desa Ngancar kepada masyarakat secara formal, yaitu melalui rapat-rapat dan pertemuan dusun yang dilakukan secara rutin dan

commit to user

kekerabatan ketika berada di acara pernikahan atau bahkan ketika bercocok tanam di sawah.

Rencana pembangunan-pembangunan fisik tersebut juga dilakukan secara jelas dan transparan sehingga seluruh masyarakat mengetahui bagaimana nanti pelaksanaan pembangunannya. Perencanaan pembangunan ini ada yang dilakukan di pertemuan RPJMD, yaitu pembangunan gedung TPQ. Perencanaan pembangunan pos kamling dilakukan pada pertemuan Rapat Koordinasi Perangkat Desa yang rutin setiap hari Kamis di Balai Desa Ngancar. Sementara, perencanaan pembangunan musholla dan renovasi masjid dilakukan di pertemuan trip dusun yang dilakukan pada malam hari. Dengan pelaksanaan perencanaan yang terbuka bagi seluruh warga ini, diharapkan semangat warga masyarakat untuk berpartisipasi semakin besar.

Tujuan dan rencana-rencana tersebut disampaikan Kepala Desa Ngancar sesuai dengan karakteristik masyarakat desa. Strateginya adalah mengubah bahasa pembangunan yang penuh dengan istilah asing dan kata-kata yang abstrak menjadi kata-kata yang mudah dipahami masyarakat Desa Ngancar. Sebagai contoh dalam pembangunan sarana ibadah, mengubah kalimat “demi pembangunan manusia yang seutuhnya” menjadi “agar masyarakat dapat beribadah dengan tenang sehingga tercapai ketenangan rohani untuk melakukan kegiatan sehari-hari”. Atau dalam pembangunan penampungan air, mengubah kalimat “untuk kesejahteraan rakyat” menjadi “agar masyarakat tidak hidup susah karena kesulitan air”.

commit to user

tujuan dan rencana sesuai yang telah disepakati bersama. Kepala Desa Ngancar memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pelaksanaan pembangunan sangat terbuka untuk seluruh warga sehingga warga masyarakat antusias dalam berpartisipasi mendukung kelancaran pembangunan tersebut.

Tujuan, rencana, dan pelaksanaan pembangunan tersebut merupakan serangkaian strategi komunikasi Kepala Desa Ngancar yang dilakukan secara tatap muka langsung dalam bentuk komunikasi persuasif. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk membangun motivasi melalui iklim yang kondusif tetapi cenderung menekan, seperti yang dikemukakan Muktiyo (2010:109) bahwa masing-masing anggota dalam sebuah kelompok bisa mengeluarkan potensinya bila dikondisikan dalam situasi yang kondusif dan memungkinkan dia untuk termotivasi. Strategi komunikasi ini dapat dinilai telah berjalan dengan baik sesuai harapan. Terbukti, Kepala Desa Ngancar dapat melakukan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku masyarakat, yaitu masyarakat bersedia untuk berswadaya dalam pembangunan.

commit to user 126

PENUTUP

Desa Ngancar merupakan salah satu desa yang terletak paling timur di Kabupaten Wonogiri yang sama dengan desa-desa lain yang memiliki kebudayaan khas masyarakat desa, yaitu rasa kekeluargaan yang tinggi diantara warga masyarakat. Semangat kekeluargaan ini membuat kehidupan sosial di dalamnya tercipta dengan baik. Di samping itu, semangat kekeluargaan yang tinggi juga membuat masyarakat Desa Ngancar saling membantu dalam berbagai pekerjaan, salah satunya dalam kegiatan pembangunan desa.

Adanya berbagai program pembangunan di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo dilihat sebagai upaya pemerintah pusat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat pedesaan. Lebih khusus lagi, program-program pembangunan tersebut sebenarnya merupakan upaya pemerintah Desa Ngancar dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pemerintah Desa Ngancar menjadikan pembangunan-pembangunan tersebut sebagai sarana untuk mengajak dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam bentuk kegiatan swadaya sehingga dapat terwujud warga-warga masyarakat yang sadar pembangunan.

Unsur pemerintah Desa Ngancar yang paling mempengaruhi tercapainya tujuan tersebut adalah kepala desa. Kepala Desa Ngancar harus dapat mengkomunikasikan tujuan tersebut secara efektif kepada masyarakat sehingga diperoleh dampak atau respon yang diinginkan. Dalam hal ini, Kepala Desa Ngancar harus dapat memberikan motivasi kepada masyarakat agar mereka

commit to user

kegiatan komunikasi yang dilakukannya.