Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri

PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA

Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri

Disusun oleh: SEPTIANA NUR UTAMI

D0207094

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

commit to user

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri

Adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Kutipan dari data atau tempat lain sudah disebut sumbernya sesuai dengan ketentuan. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.

Surakarta, 12 Oktober 2011 Septiana Nur Utami

commit to user v

1. Turn to Allah, He’s never far away, put your trust in Him, raise your hands and pray.

(Maher Zain)

2. Hati-hati selalu, jalani semuanya dengan tenang. (Bunda dan Ayah)

commit to user vi

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya karena hanya atas kehendak-Nya skripsi dengan judul PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA Penelitian deskriptif kualitatif mengenai peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri dapat selesai dengan baik dan lancar.

Penelitian untuk skripsi ini bermula dari ketertarikan penulis terhadap tingginya tingkat swadaya masyarakat di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Padahal, masyarakat desa tersebut rata-rata masih belum berpendidikan tinggi dan berpendapatan minim sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana sebenarnya kegiatan komunikasi kepala desa setempat dalam melakukan peranannya sebagai motivator swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di wilayah tersebut. Selama melakukan penelitian di lokasi, peneliti mendapat pengalaman dan pengetahuan baru yang sangat bermanfaat, diantaranya tentang bentuk-bentuk komunikasi dan tahapan-tahapan strategi yang dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam menyampaikan motivasi swadaya kepada warganya.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan kali ini penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah mendukung dan membimbing sejak awal masa perkuliahan.

2. Tanti Hermawati, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris I Jurusan Ilmu Komunikasi dan selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan banyak dukungan dan bimbingan mengenai kegiatan akademik di kampus.

3. DR. H. Widodo Muktiyo, S.E., M.Comm. selaku pembimbing skripsi yang berkenan memberikan dukungan, kemudahan, dan saran demi perbaikan skripsi.

commit to user vii

semangat, dukungan, dan doa di setiap waktu demi kelancaran dan kemudahan proses penyusunan skripsi.

5. H. Sariman, S.Sos., M.M. selaku Camat Giriwoyo atas ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo.

6. Kepala Desa Ngancar, Mulyatmo, dan segenap jajaran Perangkat Desa Ngancar atas ijin untuk melakukan penelitian dan informasi-informasi yang telah diberikan sangat mendukung kelancaran penyusunan skripsi.

7. Seluruh warga masyarakat Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri yang bersedia menjadi teman mengobrol dan memberi informasi yang bermanfaat.

8. Mas Budi selaku TU Jurusan Komunikasi yang dengan sabar memberi pengarahan mengenai administrasi akademik sejak awal perkuliahan.

9. Rekan-rekan dan sahabat-sahabat penulis, seperti Bapak Ahmad Adib, Ucup, Angga, Mas Rahmat, Kalkun, Rani, Nia, dan teman-teman rental Victor.com, seperti Mas Bobit, Mas Jo, Mas Jack, dan Oriza atas dukungan doa dan semangat agar penulis cepat menyelesaikan skripsi.

10. Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2007 yang telah berjuang bersama selama empat setengah tahun dan segenap kakak dan adik-adik tingkat yang tak henti pula memberi semangat dan doa, serta teman-teman HIMAKOM dan teman-teman Beswan Djarum angkatan 2009/2010 atas sharing dan diskusinya selama ini.

Penulis menyadari akan kurang sempurnanya skripsi ini. Oleh karena itulah, penulis senantiasa mengharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan. Namun, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.

Surakarta, 12 Oktober 2011 Septiana Nur Utami

commit to user viii

Septiana Nur Utami, D0207094, PERANAN KEPALA DESA SEBAGAI MOTIVATOR PEMBANGUNAN DESA (Penelitian Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2011.

Penelitian ini berdasarkan pada kenyataan bahwa keberhasilan pembangunan sebuah desa akan sangat ditentukan oleh sosok kepala desa sebagai figur pemimpin pemerintahan desa. Seorang kepala desa harus dapat menggerakkan sumber daya manusia untuk dapat mencapai keberhasilan proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu, paradigma pembangunan baru bukan lagi menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan melainkan menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan partisipasi masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk swadaya. Kegiatan komunikasi yang dilakukan kepala desa dalam menjalankan peranannya sebagai motivator pembangunan serta peran aktif masyarakat sangat menentukan keberhasilan pembangunan fisik di desa.

Tujuan penelitan ini adalah mendeskripsikan peranan kepala desa sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri melalui pendekatan kualitatif. Penulis menggunakan metode penarikan sampel purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Proses analisis data meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya.

Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar sudah terlaksana cukup baik terlihat dari berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dan hasil- hasil pembangunan fisik yang terpelihara dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat; (2) proses dan strategi komunikasi yang dijalankan Kepala Desa Ngancar berhasil menggerakkan partisipasi masyarakat; dan (3) partisipasi masyarakat Desa Ngancar diwujudkan dalam berbagai bentuk swadaya, yaitu swadaya ide, dana, tenaga, dan material pembangunan.

Saran yang diberikan kepada Kepala Desa Ngancar adalah: (1) Kepala Desa Ngancar harus meningkatkan komitmennya dalam memimpin Desa Ngancar sehingga motivasi-motivasi yang diberikan dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat, (2) Kepala Desa Ngancar sebaiknya meningkatkan pengetahuannya mengenai teknologi yang ada saat ini demi kelancaran kegiatan pemerintahan Desa Ngancar, dan (3) Kepala Desa Ngancar hendaknya lebih kreatif dalam menumbuhkembangkan swadaya masyarakat.

commit to user ix

Septiana Nur Utami, D0207094, THE ROLE OF THE HEADMAN AS RURAL DEVELOPMENT MOTIVATOR (A Descriptive Qualitative Research About The Role of Ngancar’s Headman as Motivator in Mobilizing Community Self-Supporting Effort in Physical Development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri), Thesis, Communication Science, Faculty of Social and Political Science, Sebelas Maret University, 2011.

This research is based on the reality that a rural development’s success will be very determinated by figure of headman as the leader of rural government. A headman must be able to mobilize the human resources to attain rural development’s success, by planning, actuating, and maintaining its results. Thus, a new development paradigm no longer making the community as the development object, but as the development agent with the headman’s role as motivator in mobilizing community participation which manifested as self- supporting effort. The communication activity done by the headman in performing his role as development motivator and community active roles are highly determine the success of physical development in the village.

This research aims to describe the role of the headman as motivator in mobilizing community self-supporting effort in physical development at Ngancar, Giriwoyo, Wonogiri, through the qualitative approach. This research uses purposive sampling as the sampling technique. The data was obtained from interview, observation, and documentation. The data analysis process include data reduction, data presentation, and conclution drawing with the verification.

Based on the result, it can be concluded that: (1) the role of Ngancar’s headman as motivator in mobilizing the community self-supporting effort in physical development at Ngancar are fairly well-done, seen from various communication activities which done and results of the physical development which well-maintained and benefit for the community; (2) the communication process and strategy which held by the Ngancar’s headman are successfully mobilize community participation; and (3) participation of the Ngancar’s villagers were formed in various self-supporting effort, i.e in ideas, fund, power, and building materials.

The suggestions for the headman of Ngancar are: (1) the headman must improve his commitment in leading his village, so that the community can accept the motivations easily, (2) it is better to improve his knowledge about nowadays technology for the fluency of governmental activity, and (3) the headman should be more creative in developing the community self-supporting effort.

commit to user xi

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

III.1 PENYAJIAN DATA...........................................................88

1. Deskripsi Objek Penelitian.................................................88

2. Pembangunan Fisik di Desa Ngancar.................................93

3. Kegiatan Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar..........97

III.2 ANALISIS DATA.............................................................101

1. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Musholla...................................................101

2. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda.........................105

3. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Renovasi Masjid...............................................................107

4. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Pos Kamling Dusun..................................110

5. Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Penampungan Air......................................112

6. Proses Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........115

7. Strategi Komunikasi Kepala Desa Ngancar sebagai Motivator dalam Menggerakkan Swadaya Masyarakat dalam rangka Pembangunan Fisik di Desa Ngancar........121

BAB IV PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN...............................................................127

IV.2 SARAN...........................................................................136

Daftar Pustaka...................................................................................................139 Lampiran...........................................................................................................143

commit to user

xii

Tabel 1 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2009.........................5 Tabel 2 Pembangunan Fisik Desa Ngancar Tahun Anggaran 2010.........................5 Tabel 3 Keadaan Penduduk Menurut Golongan Usia dan Jenis Kelamin Di Desa

Ngancar.....................................................................................................74 Tabel 4 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Ngancar...........75 Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Ngancar........76 Tabel 6 Susunan Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar.....................................80

commit to user xiii

Bagan 1 Proses Analisis Data.................................................................................14 Bagan 2 Alur Proses Komunikasi..........................................................................31 Bagan 3 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ngancar....................................81 Bagan 4 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan

motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Musholla di Dusun Jetis........................................................................................104

Bagan 5 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan

motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan Gedung TPQ Nurul Huda....................................................................................107

Bagan 6 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan

motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan renovasi masjid di Dusun Ngancar......................................................................110

Bagan 7 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan

motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan pos kamling dusun........................................................................................112

Bagan 8 Alur bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi swadaya kepada masyarakat pada pembangunan penampungan air....................................................................................115

commit to user

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa bersama-sama segenap rakyat Indonesia diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia.

Pembangunan Nasional Indonesia pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui serangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi semua aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang bertujuan mencapai kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan.

Berdasarkan uraian di atas, pembangunan di Indonesia sejatinya mempunyai sasaran terwujudnya masyarakat Indonesia yang demokratis karena Bangsa Indonesia menyadari dengan keadaan yang lebih demokratis memungkinkan masyarakat lebih terbuka untuk berpartisipasi dalam pembangunan di segala bidang.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada pembangunan di pedesaan.

commit to user

desa merupakan tempat berdiamnya sebagian besar rakyat Indonesia, yaitu lebih dari 60% penduduk Indonesia bermukim di pedesaan (Listiani, 2007: iii). Kedudukan desa dan masyarakat desa merupakan dasar landasan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pembangunan pedesaan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bersifat menyeluruh yang keberhasilannya mutlak harus didukung oleh semua stakeholder masyarakat untuk meningkatkan pembangunan desa dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pembangunan desa sebagai bagian dari pembangunan nasional pada dasarnya merupakan keseluruhan upaya dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berencana oleh pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari berbagai segala aspek kehidupan baik ekonomi, politik, sosial dan kebudayaan.

Di dalam prosesnya, pembangunan desa terdiri dari dua unsur utama yaitu partisipasi atau swadaya masyarakat dan pembinaan pemerintah, atau dengan kata lain ada dua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan desa yaitu masyarakat dan pemerintah. Optimalisasi pembangunan sangat dipengaruhi oleh bagaimana fungsi yang dijalankan oleh pihak pemerintah sebagai koordinator pelaksanaan pembangunan. Dalam hal ini pemerintah harus mampu mengkoordinasikan berbagai unit dalam pemerintahan agar dapat mendayagunakan fungsi mereka dengan baik dan memberikan kontribusi yang nyata bagi proses pembangunan.

commit to user

Pemerintahan Daerah merupakan konsistensi pemerintah dalam upaya terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik, efektif, responsif dan bertanggungjawab. Pemerintahan desa merupakan tumpuan segenap pelaksanaan urusan pemerintahan serta memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional. Oleh karena itu, pemerintah menganggap perlu untuk memperkuat kehidupan pemerintahan desa agar mampu menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Berdasarkan Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, pembangunan di desa merupakan model pembangunan partisipatif yaitu suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa bersama-sama secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat yang telah lama berakar budaya di Indonesia.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 5 Permendagri No. 66 tahun 2007, karakteristik pembangunan partisipatif diantaranya direncanakan dengan pemberdayaan dan partisipatif. Pemberdayaan yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Partisipatif yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.

Pembangunan di desa menjadi tanggung jawab kepala desa. Sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No. 72 tahun 2005 ditegaskan bahwa kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan,

commit to user

pasal 14 ayat (2) PP No. 72 tahun 2005 bagian g, disebutkan salah satu wewenang kepala desa adalah mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

Dapat dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan desa akan sangat ditentukan oleh sosok kepala desa. Selain mengkoordinasikan pembangunan desa, kepala desa juga harus mampu menggerakkan sumber daya manusia dengan cara memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembangunan berhasil mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga tindak lanjut. Dengan demikian, masyarakat bukan lagi menjadi obyek pembangunan tetapi menjadi pelaku pembangunan dengan peran kepala desa sebagai motivator pembangunan. Keikutsertaan masyarakat secara terpadu akan mendorong masyarakat untuk lebih aktif karena masyarakat merasa ikut memiliki hasil-hasil pembangunan. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan fisik di desa.

Desa Ngancar yang terletak di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu dari sekian banyak desa yang juga menjadi ujung tombak pemerintahan Indonesia. Lebih lanjut, pembangunan Desa Ngancar merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang keberhasilannya juga harus didukung oleh seluruh stakeholder masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat di Desa Ngancar diwujudkan dengan pengembangan swadaya yang mencerminkan kemandirian masyarakatnya.

commit to user

PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2009

No.

Jenis pembangunan

Manfaat pembangunan

Volume

Jumlah dana Bantuan Ket. lokasi pemerintah

Swadaya masyarakat

1. Pembuatan local/DAK

Sarana pendidikan

3 lokal 250.000.000

- SDN Ngancar 1

2. Rabat beton

Peningkatan jalur transportasi

260 m 2 43.000.000 11.000.000 Dungringin

3. Jembatan

Peningkatan jalur transportasi

4. Pembuatan musholla

Peningkatan sarana ibadah

8x10 m

85.000.000 Jetis

5. Makadam

Pengerasan jalan

25.000.000 6.000.000 Karangasem

6. Pembuatan gedung TPQ

Peningkatan sarana pendidikan

8x12 m

65.000.000 Karangasem

7. Pemugaran rumah I

Penataan lingkungan (lantainisasi)

18 unit 27.000.000 6.500.000 Ngancar, Petir, Jetis

8. Pemugaran rumah II

Penataan lingkungan (dinding)

18 unit 36.000.000 9.000.000 Ngancar, Petir, Jetis

TABEL 2 PEMBANGUNAN FISIK DESA NGANCAR TAHUN ANGGARAN 2010

No.

Jenis pembangunan

Manfaat pembangunan

Volume

Jumlah dana (rupiah) Ket.

lokasi

Bantuan pemerintah

Swadaya masyarakat

1. PPIP/Rabat beton

Peningkatan jalan transportasi

1.800 m 2 250.000.000 27.000.000 Masing- masing dusun

2. Pembuatan gedung perpustakaan

Peningkatan saranan pendidikan dan minat baca para siswa

1 unit

100.000.000

- SDN Ngancar 1

3. Tambahan

Peningkatan

1 unit

92.000.000

- Glonggong

commit to user

lokal MIM

sarana pendidikan berupa ruang kelas

4. Pos jaga/pos kamling

Peningkatan sarana penjagaan keamanan lingkungan

8 unit

24.000.000 Masing- masing dusun

5. Renovasi masjid

Peningkatan sarana ibadah

Pengerasan jalan

150 m 2 24.000.000 6.000.000

7. Kamar mandi umum

Peningkatan sarana umum

2 unit

25.000.000 10.000.000 Glonggong

8. Penampungan air

Kebutuhan air bersih

1 unit

18.000.000 Glonggong

Kedua tabel di atas berisi tentang jenis-jenis pembangunan fisik yang dilakukan di Desa Ngancar dalam dua tahun terakhir. Dari kedua tabel tersebut dapat kita cermati bahwa tidak sedikit pembangunan yang telah dilaksanakan di Desa Ngancar dan swadaya masyarakat terlihat di hampir setiap pembangunan. Bahkan, beberapa pembangunan berasal dari swadaya masyarakat murni dengan dana yang tidak sedikit seperti pembuatan musholla, pembuatan gedung TPQ, pembuatan pos kamling, renovasi masjid, dan pembuatan penampungan air. Jika swadaya masyarakat lebih besar daripada bantuan, maka hal itu dianggap sebagai bentuk keberhasilan pemerintah menggalang partisipasi masyarakat (Direktorat Pemerintahan Desa dan Kelurahan, 2007:68)

Hal ini tentu saja tidak bisa lepas dari upaya-upaya yang senantiasa dilakukan Kepala Desa Ngancar dalam memberikan motivasi atau dorongan positif melalui kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukannya yang ditujukan

commit to user

swadaya masyarakat tinggi dan pembangunan pun dapat berjalan dengan baik.

I.2 Perumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu:

1. Bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo?

2. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo?

I.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai sehubungan dengan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan Kepala Desa Ngancar sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi Kepala Desa Ngancar dalam melakukan peranannya sebagai motivator dalam menggerakkan swadaya masyarakat dalam rangka pembangunan fisik di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo

commit to user

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

I.4.1 Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee) (Bungin, 2001:108). Selanjutnya, Koentjaraningrat (dalam Bungin 2001:62) membagi wawancara ke dalam dua golongan besar, yaitu wawancara berencana (baku) dan wawancara tak berencana (tidak baku). Dalam wawancara baku, pewawancara memegang teguh interview guide dan tidak boleh menyimpang dari pertanyaan-pertanyaan ini. Sedangkan, wawancara tidak baku memungkinkan pewawancara dan informan memperoleh keleluasaan dalam proses wawancara (Mulyana, 1996:42). Dengan demikian, terlihat perbedaan kedua golongan wawancara ini yaitu pada keteguhan memegang daftar pertanyaan yang telah disusun sebagai pedoman untuk mewawancarai informan (interview guide).

Dalam penelitian kualitatif, wawancara biasanya dilakukan secara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam menjadi alat utama yang dikombinasikan dengan observasi partisipasi di lapangan (Bungin, 2001:108). Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat terbuka (Bungin, 2001:62). Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa

commit to user

menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi penelitian.

I.4.2 Pengamatan (observasi)

Lincoln dan Guba dalam Ruslan (2004:33-34) mengklasfikasikan observasi dengan tiga cara. Pertama, pengamat bertindak sebagai partisipan atau nonpartisipan (participant observation). Kedua, observasi dapat dilakukan secara terang-terangan (overt observation) di hadapan responden atau dengan melakukan penyamaran (covert observation) mengenai kehadirannya di hadapan responden.

Secara etis sebaiknya pengamat harus tampil terus terang, kecuali untuk keadaan kasus tertentu peneliti melakukan penyamaran. Ketiga, berkaitan dengan latar belakang penelitian, observasi dilakukan secara alami atau dirancang melalui analog dengan wawancara terstruktur (baku) atau tidak terstruktur (tidak baku). Kelebihan metode observasi adalah data yang dikumpulkan pada umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon bias.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi partisipasi dan menggunakan wawancara model baku terbuka terhadap pemerintah desa dan masyarakat Desa Ngancar yang berhubungan dengan peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya masyarakat di lokasi penelitian.

commit to user

Dokumentasi merupakan kegiatan menghimpun, mengolah, menyeleksi dan menganalisis kemudian mengevaluasi seluruh data, informasi dan dokumen tentang suatu kegiatan, peristiwa atau pekerjaan tertentu yang kemudian disimpan secara teratur dan sistematis. Adapula yang mengartikan dokumentasi sebagai bagian dari kegiatan dan hasil potret (foto), serta kegiatan merekam melalui casset recorder dan video recorder mengenai suatu peristiwa yang dianggap penting untuk diabadikan (Ruslan, 2005:221-222). Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa arsip dan dokumen yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian.

I.5 Metode penelitian

I.5. 1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam (indepth interview). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.

Menurut Suripan Sadi Hutomo dalam Bungin (2001:56), penelitian kualitatif deskriptif artinya peneliti harus mencatat secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat, didengar dan dibacanya dan setelah itu peneliti harus mengkombinasikan, mengabstraksikan dan menarik kesimpulan. Pokok permasalahan penelitian ini adalah ingin melihat bagaimana peranan Kepala Desa Ngancar dalam menggerakkan swadaya

commit to user

masalah atau kendala yang mungkin dihadapi sekaligus memberikan penjelasan tentang peranan Kepala Desa Ngancar.

I.5.2 Lokasi penelitian

Penelitian berlokasi di Desa Ngancar Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri. Lokasi penelitian ini dipilih karena beberapa pertimbangan berikut:

a. Pembangunan fisik yang ada di Desa Ngancar dapat terpelihara dengan baik dan memberikan manfaat bagi warga.

b. Peneliti menemukan masalah yang menarik untuk diteliti yaitu tingginya tingkat partisipasi dalam bentuk swadaya masyarakat desa Ngancar yang mendukung pembangunan desa. Padahal, desa Ngancar adalah salah satu desa di Kecamatan Giriwoyo Kabupaten Wonogiri yang jauh dari kota dan mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, pedagang, dan industri kecil dengan pendapatan yang minim.

c. Tersedianya data untuk penelitian ini dan diijinkan oleh instansi yang berwenang.

I.5.3 Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu:

1. Data primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009:225). Jadi, data primer

commit to user

ditetapkan sebagai informan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pemerintah desa dan masyarakat di lokasi penelitian.

2. Data sekunder Data sekunder merupakan data penunjang yang diperoleh dari literatur, artikel, dan catatan-catatan. Sugiyono mengungkapkan bahwa data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009:225). Dalam penelitian ini data sekunder di dapatkan dari tabel statistik, buku peraturan desa, dokumen-dokumen, dan sebagainya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti di lokasi penelitian.

I.5.4 Teknik sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2009:81). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau sampel bertujuan. Sampel ini tepat digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2009:85). Hal yang sama juga dikatakan oleh Pawito bahwa sifat metode sampling dari penelitian kualitatif adalah puposive sampling (Pawito, 2007:88). Dalam penelitian ini, sampel bertujuan untuk mewakili informasi yaitu diambil dari kepala desa, beberapa perangkat dan

commit to user

memberikan motivasi swadaya pembangunan fisik di Desa Ngancar.

I.5.5 Validitas data

Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti (Pawito, 2007:97).

Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi data. Bungin mengatakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dan dari berbagai teknik pengumpulan data (Bungin, 2001:96).

Pawito (2007:99-100) mengemukakan beberapa macam teknik triangulasi yaitu (a) triangulasi data, (b) triangulasi metode, (c) triangulasi teori, dan (d) triangulasi peneliti. Dari keempat macam triangulasi di atas yang dikemukakan Pawito, hanya triangulasi data yang digunakan dalam penelitian ini. Triangulasi data digunakan untuk mengetahui validitas data yang diperoleh.

I.5.6 Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan mengumpulkan, menyusun, menganalisis, dan menginterpretasikan suatu data. Setelah itu, data yang telah diperleh dikumpulkan lalu diolah secara kualitatif.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Miles dan Huberman. Miles dan huberman dalam Bungin

commit to user

interactive model yaitu tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (penarikan dan pengujian simpulan).

Reduksi data merupakan upaya-upaya yang dilakukan peneliti selama proses analisis data dan tidak terpisahkan dari analisis data. Langkah-langkah dalam reduksi data adalah sebagai berikut: (a) editing, pengelompokkan dan meringkas data, (b) peneliti menyusun kode dan catatan mengenai berbagai hal termasuk yang berkaitan dengan aktivitas serta proses sehingga peneliti dapat menemukan tema, kelompok dan pola data (Pawito, 2007:104).

Penyajian data meliputi langkah-langkah mengorganisasi data atau mengelompokkan data. Sementara pada tahap verifkasi, peneliti mempertimbangkan pola data yang ada dan atau kecenderungan dari data yang telah dibuat.

Uraian teknik analisis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 1 Proses Analisis Data

I.6 Landasan teori

Landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan yang sifatnya hanya coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

Pengumpulan data

Penyajian data

Verifikasi: simpulan

Reduksi data

commit to user

adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, serta gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini, yaitu:

I.6.1 Peranan kepala desa

Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan, peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson (1996:204) meliputi: (1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan disini di artikan sebagai rangkaian peraturan yang memimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat; (2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi; dan (3) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.

Sementara, Veithzal Rivai (2004:148) mengartikan peranan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya, Ali (2000:304) mengatakan bahwa peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu peristiwa. Pendapat Ali tersebut mengandung maksud yaitu dengan adanya posisi tertentu maka seseorang yang lebih memiliki tanggung jawab dalam kehidupan sosial akan lebih besar peran

commit to user

yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya. Menurut Covey dalam Kris Yuliani H (2002:6) ada tiga peranan

pemimpin dalam kelompok/organisasi, antara lain:

a) Pathfinding (pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic pathway (jalur strategi);

b) Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi dalam memenuhi kebutuhan- pelanggan dan pemegang saham lain yang terlibat; dan

c) Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan kreativitas, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan misi bersama.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dijelaskan bahwa pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dalam organisasi karena yang menjadi fungsi utama kepemimpinan adalah sebagai penggerak dari semua sumber daya manusia, sumber daya alam dan semua dana serta sarana dalam mencapai tujuan tertentu. Seperti yang dikemukakan Kasali dalam Muktiyo (2010:100) bahwa sumber kekuatan sebuah kelompok/organisasi tidak hanya ditentukan oleh knowledge dan expertise setiap anggotanya, tetapi keberhasilan atau kegagalan tersebut lebih ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam kelompok tersebut.

Burgoon, Heston, dan McCroskey dalam Muktiyo (2011:366-368) mengemukakan delapan fungsi kepemimpinan, yaitu:

a) Fungsi inisiasi, yaitu mengambil prakarsa untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan memberi pengarahan atau menolak gagasan-gagasan yang tidak layak dari anggotanya;

b) Fungsi keanggotaan, yaitu pemimpin juga merupakan anggota kelompok sehingga ia harus meleburkan atau melibatkan diri dengan aktivitas-aktivitas kelompoknya dan lebih berinteraksi secara informal dengan anggota lain;

commit to user

mempertahankan dan melindungi kelompoknya dari ancaman yang berasal dari luar;

d) Fungsi organisasi, yaitu bertanggung jawab terhadap persoalan organisasional, seperti kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja anggota;

e) Fungsi integrasi, yaitu mampu menciptakan suasana yang kondusif dan mampu memecahkan atau mengelola konflik yang ada di kelompoknya dengan baik;

f) Fungsi manajemen informasi internal, yaitu pemimpin harus memberi sarana agar pertukaran informasi diantara anggota- anggotanya berjalan baik sehingga dapat merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kerjanya;

g) Fungsi penyaringan informasi, yaitu pemimpin berfungsi sebagai penyaring informasi yang keluar dan masuk dalam kelompoknya sebagai usaha untuk mengurangi munculnya konflik internal dan eksternal; dan

h) Fungsi imbalan, yaitu pemimpin melakukan evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap program kerja yang telah dilakukan oleh anggotanya dengan memberi imbalan materi, seperti kenaikan gaji, kenaikan pangkat, dan lain-lain.

Kepala desa merupakan penyelenggara pemerintahan desa yang dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat dan mendapat dukungan suara terbanyak sebagai pemimpin formal ditingkat desa. Kepala desa harus memiliki kemampuan, bakat, kecakapan, dan sifat kepemimpinan, disamping menjalankan kegiatan-kegiatan, fungsi dan tanggung jawab.

Berdasarkan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, segala yang berhubungan dengan desa diatur dalam pasal 200 sampai 216. Kepala desa adalah pemimpin dari seluruh desa di Indonesia. Kepala desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat di perpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala desa bertanggung jawab kepada bupati dan

commit to user

lain, misalnya Wali Nagari (Sumatra Barat), Pembakal (Kalimantan Selatan), dan Hukum Tua (Sulawesi Utara).

Berdasarkan pasal 14 PP no. 72 tahun 2005, tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala desa sebagai berikut:

1) Kepala desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepala desa mempunyai wewenang:

a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b) Mengajukan rancangan peraturan desa;

c) Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

d) Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e) Membina kehidupan masyarakat desa;

f) Membina perekonomian desa;

g) Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hokum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i) Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Yang dimaksud dengan “urusan pemerintahan” antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dan kerjasama antar desa.

Yang dimaksud dengan “urusan pembangunan” antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, dan pasar desa.

Yang dimaksud dengan “urusan kemasyarakatan” antara lain pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya

commit to user

(penjelasan pasal 14 ayat 1 PP 72/2005). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa bab IV paragraf 2 pasal 14 menyatakan bahwa kepala desa mempunyai peranan sebagai penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah daerah, urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan ketertiban. Untuk menjalankan tugas tersebut, maka kepala desa mempunyai fungsi yaitu:

a) Menggerakkan potensi masyarakat;

b) Melaksanakan tugas dari pemerintah atasannya;

c) Melaksanakan koordinasi terhadap jalannya pemerintahan desa; dan

d) Melaksanakan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya baik di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai penggerak potensi masyarakat, kepala desa harus mempunyai kemampuan untuk menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk berpatisipasi dalam pembangunan. Kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat merupakan suatu faktor yang sangat menentukan pembangunan yang ada di daerah kekuasaannya, demikian juga kedudukannya sebagai kepala pemerintahan bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pemerintahan dalam pembangunan kemasyarakatan. Dalam hal ini melibatkan para pembantu- pembantunya, yaitu perangkat desa, dengan aktif sesuai dengan tugas

commit to user

untuk berperan aktif secara terpadu untuk mencapai keberhasilan pembangunan yang telah diprogramkan.

Agar pembangunan desa dapat berjalan dengan baik dituntut adanya keterlibatan masyarakat desa yang bersangkutan sehingga akan timbul partisipasi masyarakat terhadap pembangunan yang telah direncanakan. Fungsi menggerakkan, memotivasi, dan mengarahkan seluruh masyarakat desa untuk melibatkan diri secara aktif dalam proses pembangunan datang dari seorang kepala desa. Fungsi tersebut harus dibarengi dengan komunikasi yang baik sehingga dari komunikasi tersebut muncul adanya suatu dorongan bagi si penerima pesan. Pesan yang disampaikan tentunya adalah pesan-pesan pembangunan desa. Dengan adanya pembangunan, diharapkan akan terjadi suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa dalam melakukan peranannya tersebut seorang kepala desa melakukan kegiatan komunikasi. Di dalam kegiatan komunikasi terdapat proses dan strategi komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi dengan teknik persuasif dalam bidang pembangunan.

commit to user

a. Pengertian komunikasi Komunikasi adalah salah satu syarat bagi berlangsungnya hubungan antar manusia atau interaksi sosial diantara sesama manusia karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang harus selalu berkomunikasi dengan manusia lain. Seperti yang dikemukakan Peter Zhang dalam jurnal internasionalnya bahwa komunikasi merupakan sebuah ide dalam hubungan antar manusia untuk meraih hidup yang lebih baik sehingga tidak mungkin kita tidak berkomunikasi dengan orang lain (Zhang, 2011:89).

Kata atau istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris yaitu communication dan dalam bahasa Latin berasal dari kata communicatio yang artinya sama makna. Dengan demikian, komunikasi yang menunjuk pada

suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kesamaan makna.

Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya (Effendy,1993:28).

Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital. Dikatakan mendasar karena setiap manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan berkomunikasi dengan individu-individu lainnya

commit to user

didukung pula oleh Soesanto (1977:2) yang mengatakan bahwa sembilan puluh persen kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi.

Laswell memberikan definisi bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa?, mengatakan apa?, kepada siapa?, dan dengan akibat atau hasil apa atau dengan kata lain who, say what,

in which channel, to whom, and with what effect (Sendjaja, 2004:11) . Carl I. Hovland memberikan definisi bahwa komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (Sendjaja, 2004: 11). Edward Depari dalam Muktiyo (2011:340) mengemukakan komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, memiliki arti, dan dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian komunikasi di atas, terdapat kesamaan inti dari komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian pesan baik verbal dan non verbal yang dapat dimengerti orang lain sehingga akan tercapai kesamaan pengertian.

b. Unsur-unsur komunikasi Menurut definisi komunikasi yang dikemukakan Laswell, komunikasi mengandung lima unsur atau komponen, yaitu :

1) Pengirim, yaitu orang yang menciptakan tindakan komunikatif. Pengirim mengirimkan sebuah pesan dan dengan itu menimbulkan reaksi;

commit to user

berada di antara pengirim dan penerima sebagai isi yang telah dirumuskan untuk ditransmisikan. Pesan terdiri dari isi (the content ) dan lambang (symbol). Bahasa adalah lambang yang paling banyak digunakan orang untuk berkomunikasi;

3) Saluran, yaitu media yang dipakai untuk mengirimkan pesan. Menurut Josep A. Devito, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran. Kita mungkin menggunakan dua, tiga, atau lebih saluran untuk berkomunikasi (Devito, 1997:28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka, selain kita berbicara dan mendengar (saluran bahasa), kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Bahkan, mungkin kita mencium dan memancarkan bau-bauan (saluran olfaktori);

4) Komunikan, yaitu orang yang dituju, pihak penjawab atau orang yang menerima pesan; dan