DAMPAK KEBIJAKAN MANDATORY SENTENCING LAW TERHADAP MASYARAKAT ABORIGIN DI NORTHERN TERRITORY

BAB III DAMPAK KEBIJAKAN MANDATORY SENTENCING LAW TERHADAP MASYARAKAT ABORIGIN DI NORTHERN TERRITORY

Kebijakan Mandatory Sentencing Law diterapkan di Northern Territory, Australia sebagai hukuman bagi masyarakat yang melakukan tindak kejahatan properti di wilayah ini. Properti yang dimaksud dalam konteks ini adalah segala jenis barang yang dimiliki oleh seseorang, yang dapat dikatakan sebagai properti milik

orang tersebut. 123 Maka dari itu, kejahatan properti merupakan kejahatan yang dilakukan sebagai upaya untuk mengambil atau merusak properti yang dimiliki oleh

seseorang. 124 Kebijakan ini diterapkan oleh pemerintah Australia sebagai upaya untuk mengurangi tindak kejahatan properti yang sering terjadi di Northern Territory. 125

Australia memiliki populasi sebanyak 23.816.100 yang mayoritas terdiri dari masyarakat kulit putih dan masyarakat Aborigin hanya tiga persen dari total 100

persen, yang kurang lebih sekitar 714.483 orang. 126 Dari seluruh negara bagian dan wilayah di Australia, Northern Territory merupakan wilayah yang paling banyak

dihuni oleh masyarakat Aborigin. Masyarakat Aborigin yang berada di Victoria hanya 0,85 persen dari total 47.333 masyarakat di Victoria. Kemudian di Australian Capital Territory terdapat 1,67 persen masyarakat Aborigin dari total 6.160 masyarakat di wilayah ini. Terdapat 2,28 persen masyarakat Aborigin di South Australia dari total 37.408 masyarakat South Australia dan 3,75 persen masyarakat Aborigin di Western Australia dari total 88.270 masyarakat. Kemudian, terdapat 2,89 persen masyarakat Aborigin di New South Wales dari total 208.476 dan 4,22 persen

masyarakat Aborigin di Queensland dari total 188.954 masyarakat Queensland. 127

123 NT Office of Crime Prevention. Northern Territory Quarterly Crime & Justice Statistics: 2002. Op.Cit, hlm. 76.

124 NT Office of Crime Prevention. Fact Sheet: Recorded Crime – Offences Against The Person Northern Territory. Op.Cit, hlm. 6.

125 NT Office of Crime Prevention. Mandatory Sentencing for Adult Property Offenders: The Northern Territory Experience. Op.Cit, hlm. 2.

126 Australian Bureau of Statistics. Estimates of Aboriginal and Torres Strait Islanders Australians. Australia: Australian Bureau of Statistics. 2011, hlm. 3.

127 Ibid., hlm. 3.

Sedangkan, masyarakat Aborigin yang berada di Northern Territory sebanyak 29,77 persen dari total masyarakat di Northern Territory 68.850. Hal ini berarti dari total kurang 225.231 masyarakat di Northern Territory, masyarakat Aborigin sebanyak 67.051 berada di wilayah ini. Banyaknya masyarakat Aborigin di wilayah ini lah yang kemudian membuatnya juga banyak terkena dampak dari kebijakan Mandatory Sentencing Law yang diterapkan bagi tindak kejahatan properti di Northern Territory.

Masyarakat Aborigin tinggal di Northern Territory dengan kondisi sosial dengan penghasilan yang rendah dan hidup yang masih kurang berkecukupan. 128

Banyak dari masyarakat Aborigin yang tidak memiliki mata pencaharian dan bahkan tidak memiliki tempat tinggal. Hal ini membuat banyak dari masyarakat Aborigin

tinggal di dalam tenda. 129 Kesenjangan sosial seringkali terjadi antara masyarakat Aborigin dengan masyarakat kulit putih di negara bagian ini. Hal ini lah yang

kemudian banyak menyebabkan masyarakat Aborigin melakukan tindak kejahatan, terutama tindak kejahatan properti. 130

Tingkat kejahatan properti di Northern Territory cukup tinggi. Hal ini dikarenakan banyaknya tindak kejahatan pencurian, kerusakan, penggunaan yang tidak sah atas kendaraan, penerimaan barang curian, serangan yang dimaksudkan

untuk pencurian, dan perampokan. 131 Kebanyakan dari pelaku tindak pelanggaran atau kejahatan ini merupakan masyarakat Aborigin. Masyarakat Aborigin melakukan

tindak kejahatan ini karena alasan-alasan tertentu, yang kebanyakan dikarenakan oleh masalah ekonomi yang rendah. 132 Kebijakan Mandatory Sentencing Law dapat dilihat

bahwa secara otomatis telah memberikan dampak kepada masyarakat yang berada di Northern Territory, terutama oleh masyarakat dengan ekonomi rendah. 133

128 Stephen May. Ethnicity, Nationalism and Minority Rights. Cambridge: Cambridge University Press. 2004, hlm. 144.

Rosemary Hill. Indigenous Land Management in Australia: Extent, Scope, Diversity, Barriers and Success Factors. Australia: CSIRO. 2013, hlm. 18.

130 Law Council of Australia. Policy Discussion Paper on Mandatory Sentencing. Op.Cit, hlm. 29. 131 NT Office of Crime Prevention. Fact Sheet: Recorded Crime – Offences Against The Person Northern Territory. Op.Cit, hlm. 6.

132 Ibid., hlm. 29. 133 Law Council of Australia. Policy Discussion Paper on Mandatory Sentencing. Op.Cit, hlm. 29.

Pada wilayah Northern Territory, komposisi masyarakat yang mendapat hukuman wajib atau hukuman minimal dari kebijakan Mandatory Sentencing Law adalah 68 persen masyarakat yang tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya, 63 persen masyarakat tidak mencapai tingkat pendidikan diatas kelas delapan, 90 persen masyarakat merupakan pengangguran ataupun pelajar, dan 63 persen masyarakat memiliki masalah substance abuse atau penyalahgunaan terhadap

alkohol atau narkoba. 134 Tindak kejahatan properti menjadi fokus dari hukuman wajib atau hukuman minimal ini, padahal terdapat tindak kejahatan lainnya yang juga

sering dilakukan oleh masyarakat, seperti penipuan dan penggelapan pajak. Tindak kejahatan penipuan dan penggelapan pajak telah merugikan masyarakat sampai jutaan dolar, tetapi pelaku tindak kejahatan ini tidak diberikan hukuman wajib atau

hukuman minimal. 135 Menurut George Zdenkowski, pemerintah Australia tidak seharusnya

menargetkan kejahatan properti untuk diberikan hukuman wajib atau hukuman minimal di Northern Territory. Menurut Zdenkowski, seharusnya tindak kejahatan yang dikenakan hukuman ini adalah tindak kejahatan yang mengakibatkan kekerasan interpersonal, seperti pelecehan sesksual yang kemudian ditambahkan dalam kebijakan ini setelah satu tahun berjalannya kebijakan di Northern Territory, yaitu

pada tahun 1998. 136 George Zdenkowski menyatakan bahwa selama ini memang yang banyak terkena dampak atas kejahatan properti adalah masyarakat kulit putih di

Australia. Akan tetapi, masyarakat kulit hitam atau masyarakat Aborigin di Australia justru banyak terkena dampak tindak pelanggaran atau kejahatan yang mengakibatkan kekerasan interpersonal, seperti pelecehan seksual atau pelanggaran

lainnya yang berujung pada kekerasan. 137 Dengan diterapkannya hukuman wajib atau hukuman minimal kepada pelaku

tindak kejahatan properti di Northern Territory, yang mayoritas merupakan 134

John Sheldon. Op.Cit, hlm. 34. 135 Rosemary Miller. Mandatory Sentencing Senate Inquiry. Australia: National Social Responsibility

and Justice. 2001, hlm. 3. 136 George Zdenkowski. Op.Cit, hlm. 304.

137 Ibid., hlm. 304.

masyarakat Aborigin, hal ini membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat Aborigin sendiri. Dampak yang didapatkan oleh masyarakat Aborigin dapat dilihat

dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. 138 Dalam aspek politik, dapat dilihat bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law telah mempengaruhi tingkat partisipasi politik

masyarakat Aborigin, seperti dengan masyarakat Aborigin yang banyak memberikan suara yang tidak sah pada pemilu tahun 2001 dan berkurangnya partisipasi

masyarakat Aborigin dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). 139 Kemudian, dalam aspek ekonomi, dapat dilihat bahwa kebijakan Mandatory

Sentencing Law membuat banyak mata pencaharian masyarakat Aborigin terganggu dengan masyarakat Aborigin yang tidak dapat bekerja dan menghasilkan uang, dikarenakan yang menjadi pelaku tindak kejahatan yang dipenjara adalah kepala keluarga. Hal ini berdampak pada keluarganya yang menjadi tidak memiliki

penghasilan. 140 Selain itu, dalam aspek sosial, dapat dilihat bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law mempengaruhi tingkat populasi penjara, serta tingkat

kematian masyarakat Aborigin. 141 Dampak-dampak politik, ekonomi, sosial terhadap masyarakat Aborigin di Northern Territory, Australia menjadi pembahasan dalam bab

tiga Tugas Karya Akhir ini.