Dampak Kebijakan Mandatory Sentencing Law Terhadap Seluruh Masyarakat Australia

II.3 Dampak Kebijakan Mandatory Sentencing Law Terhadap Seluruh Masyarakat Australia

Kebijakan Mandatory Sentencing Law yang diterapkan di negara bagian dan wilayah di Australia memberikan dampak yang positif maupun negatif terhadap masyarakat Australia. Dampak positif mengindikasikan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Australia mengalami keberhasilan, sedangkan dampak negatif mengindikasikan bahwa kebijakan yang diterapkan ini justru mengalami kegagalan. Berikut merupakan penjabaran mengenai dampak positif dan dampak

negatif yang ditimbulkan Mandatory Sentencing Law di Australia. 105 Dampak positif yang ditimbulkan oleh kebijakan Mandatory Sentencing Law

terjadi di Western Australia. Hal ini dikemukakan oleh Rob Johnson yang merupakan Mantan Menteri Kepolisian, dan Christian Porter yang merupakan Jaksa Agung. Rob Johnson dan Christian Porter menyatakan bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law telah berhasil mengurangi tingkat kriminalitas dengan memberikan hukuman

102 NT Office of Crime Prevention. Mandatory Sentencing for Adult Property Offenders: The Northern Territory Experiences. Australia: NT Office of Crime Prevention. 2003, hlm. 7.

103 Sentencing Act (NT). Section 78B. Australia. 104 Law Council of Australia. Policy Discussion Paper on Mandatory Sentencing. Loc.Cit, hlm. 50. 105 James E. Anderson. Op.Cit, hlm 3.

wajib atau hukuman minimal kepada terdakwa yang melakukan penyerangan terhadap polisi. Kebijakan Mandatory Sentencing Law telah terbukti berhasil dalam mengurangi tingkat kriminalitas di Western Australia sebesar 28 persen, dari sebelumnya 67 persen menjadi 39 persen tindak kriminal terhadap aparat kepolisian dari total 100 persen tindak kejahatan yang dilakukan masyarakat di Western

Australia. 106 Akan tetapi, walaupun kebijakan Mandatory Sentencing Law memiliki

dampak positif seperti yang terjadi di Western Australia, kebijakan ini juga memiliki dampak negatif. Dampak negatif dari kebijakan Mandatory Sentencing Law dapat dirasakan oleh masyarakat yang terkena hukuman wajib atau hukuman minimal yang telah ditetapkan ini. Victorian Sentencing Advisory Council mengemukakan pemberian hukuman penjara kepada pelaku tindak pelanggaran atau kejahatan tidak memiliki pengaruh yang besar pada tingkat pengulangan pelanggaran ataupun

kejahatan. 107 Padahal tujuan pemerintah dalam menerapkan kebijakan Mandatory Sentencing Law adalah untuk mengurangi tingkat kriminalitas, termasuk terjadinya

pengulangan pelanggaran atau kejahatan. Hukuman penjara dapat dikatakan berpotensi untuk meningkatkan residivisme atau pengulangan pelanggaran dan kejahatan. Hal ini dikarenakan apabila seseorang berada di penjara, maka orang tersebut akan bertemu dengan tahanan-tahanan yang lainnya, yang dapat membuat seseorang menjadi belajar dari tahanan lainnya untuk melakukan tindak pelanggaran atau kejahatan yang lainnya. Bahkan tindak kejahatan yang seseorang pelajari dari tahanan lainnya saat berada di dalam penjara, dapat membuatnya melakukan tindak pelanggaran atau kejahatan yang lebih besar. Maka dari itu, hukuman penjara dapat dikatakan tidak dapat mengatasi pengulangan

pelanggaran ataupun kejahatan. 108 Dalam pembentukan kebijakan Mandatory Sentencing Law, banyak

masyarakat yang mendukung kebijakan ini dikarenakan kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan inkonsistensi hukuman yang diberikan oleh

106 Rob Johnson. Loc.Cit. 107 Sentencing Advisory Council of Victoria. Loc.Cit. 108 Ibid.

pengadilan dalam memberikan hukuman kepada pelaku tindak pelanggaran atau kejahatan. 109 Inkonsistensi hukuman yang dimaksud adalah dengan pihak pengadilan

yang memberikan hukuman yang berbeda-beda untuk tindak pelanggaran atau kejahatan yang sama. Akan tetapi, kebijakan Mandatory Sentencing Law tidak

berhasil untuk mengurangi atau menghilangkan inkonsistensi hukuman. 110 Hukuman wajib atau hukuman minimal banyak dianggap sebagai hukuman yang terlalu keras

dan tidak dapat memberikan keadilan terhadap masing-masing kasus yang terjadi. 111 Law Council berpendapat bahwa hukuman wajib atau hukuman minimal ini tidak

dapat menyesuaikan kondisi pelaku tindak pelanggaran atau kejahatan. Hal ini yang kemudian membuatnya terlihat tidak adil bagi masyarakat. Hukuman wajib atau hukuman minimal dapat merusak kepercayaan masyarakat akan kemampuan peradilan dalam memberlakukan hukuman, yang kemudian dapat berakibat pada

sistem peradilan pidana secara keseluruhan. 112 Seperti yang dipaparkan dalam Law Society of Northern Territory pada tahun

1999, kebijakan Mandatory Sentencing Law memiliki dampak yang besar kepada wilayah Northern Territory dan negara bagian Western Australia. Northern Territory dan Western Australia merupakan wilayah dan negara bagian yang memiliki tingkat populasi penjara yang paling tinggi di Australia. Selain itu, sesuai dengan Australia Bureau of Statistics, pada Juni 2000 tingkat populasi penjara di Northern Territory adalah 458,1 per 100.000, sedangkan di Western Australia adalah 218,4 per 100.000,

dibandingkan dengan tingkat populasi penjara nasional yaitu 147,7 per 100.000. 113 Dari hal ini dapat dilihat bahwa tingkat populasi penjara di Northern Territory dan

Western Australia lebih tinggi dari tingkat populasi penjara nasional di Australia. Selain itu, di Northern Territory pada tahun 1997, tingkat populasi penjara meningkat

42 persen sejak diterapkannya kebijakan Mandatory Sentencing Law di wilayah ini.

109 Australian Institute of Criminology. Trends & Issues in Crime and Criminal Justice: Mandatory Sentencing. Australia: Australian Institute of Criminology. 1999, hlm. 5.

110 Ibid., hlm. 5. 111 Mirko Bagaric. What Sort of Mandatory Penalties Should We Have? Australia: Australasian Legal Information Institute (AustLII). 2002, hlm. 1.

112 Law Council of Australia. Policy Discussion Paper on Mandatory Sentencing. Op.Cit, hlm. 16. 113 Law Council of Australia. The Mandatory Sentencing Debate. Op.Cit, hlm. 5-6.

Kemudian, sesuai dengan National Convenor of Defence for Children International, lebih dari 50 anak di Western Australia telah menerima hukuman wajib atau

hukuman minimal selama 12 bulan penjara pada tahun 1999. 114 Pada tahun 1997, pemerintah negara bagian Western Australia menyatakan

bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law telah berhasil mengurangi tingkat kriminalitas dalam hal tindak kejahatan pencurian mobil. 115 Akan tetapi, kemudian

Broadhurst dan Loh, yang merupakan peneliti dari Universitas Western Australia, menyangkal pernyataan ini dengan memberikan pernyataan bahwa sesungguhnya tingkat kejahatan pencurian mobil sudah mulai menurun sejak sebelum kebijakan ini

diterapkan. 116 Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law tidak memiliki dampak positif yang besar terhadap masyarakat Western Australia,

terutama dalam menanggulangi peningkatan kriminalitas di negara bagian ini. Aboriginal Justice Council, yang merupakan badan yang mengutamakan keadilan bagi masyarakat Aborigin, menyatakan bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law yang telah diterapkan di Western Australia tidak berhasil untuk mencapai tujuan awalnya, yaitu berusaha untuk mengurangi tingkat kriminalitas. Kebijakan Mandatory Sentencing Law diberlakukan di Western Australia dengan tujuan sebagai usaha untuk mengurangi tindak pelanggaran atau kejahatan yang

dianggap paling sering terjadi di negara bagian ini, yaitu perampokan rumah. 117 Akan tetapi, tujuan ini justru tidak dapat dicapai selama berjalannya kebijakan ini. Selain

itu, Aboriginal Justice Council juga melihat bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law membuat representasi masyarakat Aborigin yang terlalu besar di dalam penjara. Hal ini membuat Aboriginal Justice Council melaporkan persoalan ini kepada Geoff Gallop, selaku pimpinan pemerintah Partai Buruh di Western Australia pada tahun 2001. Aboriginal Justice Council mengharapkan pemerintah bersedia untuk

menghapuskan kebijakan Mandatory Sentencing Law dari Western Australia. 118

114 Ibid., hlm. 6. 115 Declan Roche. Op.Cit, hlm. 2. 116 Roderic G. Broadhurst. The Phantom of Deterrence: The Crime (Serious and Repeat Offenders)

Sentencing Act. Australia: Australian and New Zealand Journal of Criminology, hlm. 251. 117 Aboriginal Justice Council. Op.Cit, hlm. 1.

118 Ibid., hlm. 1.

Sementara itu, kebijakan Mandatory Sentencing Law yang diterapkan di Northern Territory berdampak pada meningkatnya populasi penjara di wilayah ini sebesar 15 persen. Akan tetapi, setelah kebijakan Mandatory Sentencing Law ini

dihapuskan dari Northern Territory, tingkat populasi penjara justru menurun. 119 Selain itu, kebijakan Mandatory Sentencing Law juga memberikan dampak terhadap

masyarakat dengan keterbelakangan mental dan cacat intelektual. Hal ini dikarenakan kebijakan Mandatory Sentencing Law yang diberlakukan terutama pada non-parole periode yang memberikan hukuman wajib atau hukuman minimal kepada seluruh masyarakat di negara bagian dan wilayah yang terlibat di Australia. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi masyarakat dengan keterbelakangan mental dan

cacat intelektual. 120 The Disability Discrimination Legal Service, yang merupakan pelayanan

hukum bagi peyandang disabilitas yang seringkali merasa mengalami diskriminasi, memaparkan bahwa kebijakan Mandatory Sentencing Law telah membuat masyarakat penyandang cacat semakin merasa kesulitan ketika berurusan dengan pihak pengadilan, yang tidak dapat memberikan keringanan kepada pihak penyandang cacat selama non-parole period. Kebijakan Mandatory Sentencing Law pada umumnya berusaha untuk mengurangi tindak pelanggaran dan kejahatan di negara bagian dan wilayah di Australia. Akan tetapi, apabila hukuman wajib atau hukuman minimal ini diberikan kepada masyarakat dengan keterbelakangan mental dan cacat intelektual,

maka hukuman ini menjadi tidak berarti. 121 Hal ini dikarenakan, masyarakat dengan keterbelakangan mental dan cacat intelektual ini lebih baik diberikan rehabilitasi

daripada harus dipenjara. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang berusaha memberikan hukuman yang memberikan efek jera kepada masyarakatnya

bukanlah hal yang cocok dengan kondisi penyandang cacat di negaranya. 122

119 NT Office of Crime Prevention. Mandatory Sentencing for Adult Property Offenders: The Northern Territory Experiences. Op.Cit, hlm. 10.

120 Ibid., hlm. 10. 121 Law Council of Australia. The Mandatory Sentencing Debate. Op.Cit, hlm. 7. 122 Ibid., hlm. 7.

Kebijakan Mandatory Sentencing Law yang diimplementasikan di negara- negara bagian dan wilayah di Australia berjalan kurang lebih selama lima tahun. Pemberhentian atau penghapusan kebijakan ini dikarenakan alasan yang beragam, seperti karena kebijakan ini yang tidak berhasil untuk mengurangi tingkat kriminalitas, kebijakan ini yang justru dianggap tidak adil terhadap kelompok masyarakat tertentu, dan kebijakan ini yang telah digantikan dengan kebijakan lain yang dianggap lebih cocok dengan kondisi masyarakat di negara bagian dan wilayah yang bersangkutan. Dampak dari kebijakan ini pun juga bervariasi, akan tetapi dampak positif hanya dirasakan bagi masyarakat Western Australia dengan berkurangnya masyarakat yang melakukan tindak kejahatan terhadap aparat kepolisian. Kebijakan ini justru memberikan lebih banyak dampak negatif terhadap masyarakat Australia, yang dapat dilihat melalui aspek politik, ekonomi, dan sosial yang akan dijelaskan pada Bab III Tugas Karya Akhir ini.