Surveilans Epidemiologi

i. Jumlah dan jenis informasi untuk menegakkan diagnosa

ii. Jumlah dan jenis pelaporan

iii. Cara–cara untuk mengirim data/informasi iv. Jumlah institusi yang terlibat dalam sistem

b. Fleksibilitas (Flexibility)

Suatu sistem surveilans yang fleksibel dapat menyesuaikan diri dengan perubahan informasi yang dibutuhkan atau situasi pelaksanaan tanpa disertai peningkatan yang berarti akan kebutuhan biaya, tenaga dan waktu. Sistem yang fleksibel dapat menerima, misalnya penyakit dan masalah kesehatan yang baru diidentifikasikan, perubahan definisi kasus, dan variasi–variasi dari sumber pelaporan. Fleksibilitas ditentukan secara retrospektif dengan mengamati bagaimana suatu sistem dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan baru. Fleksibilitas sulit dinilai apabila sebelumnya tidak ada upaya untuk menyesuaikan sistem tersebut dengan masalah kesehatan lain.

c. Akseptabilitas (Acceptability)

Akseptabilitas menggambarkan kemauan seseorang atau organisasi untuk berpartisipasi dalam melaksanakan/memanfaatkan sistem surveilans. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aksepabilitas dari suatu sistem adalah :

i. Pentingnya suatu masalah kesehatan

ii. Pengakuan dari sistem terhadap kontribusi individual

iii. Tingkat responsif dari sistem terhadap saran–saran dan komentar iv. Waktu yang diperlukan dibandingkan dengan waktu yang tersedia v. Keterbatasan yang diakibatkan oleh adanya peraturan–peraturan baik

di tingkat pusat maupun daerah dalam hal pengumpulan data dan jaminan kerahasian data.

vi. Kewajiban untuk melaporkan suatu peristiwa kesehatan sesuai

dengan peraturan di daerah maupun pusat.

d. Sensitifitas (Sensitivity)

Sensitifitas suatu sistem surveilans dapat dilihat pada dua tingkatan. Pertama, pada tingkat pengumpulan data yaitu proporsi kasus dari suatu penyakit yang dideteksi oleh sistem surveilans. Kedua, sistem dapat dinilai akan kemampuannya mendeteksi KLB. Sensitifitas dipengaruhi oleh kemungkinan–kemungkinan berikut :

i. Orang–orang dengan penyakit tertentu yang mencari upaya

kesehatan

ii. Penyakit–penyakit yang akan didiagnosis, yang menggambarkan

ketrampilan petugas kesehatan dan sensitifitas dari tes diagnostik.

iii. Kasus yang akan dilaporkan dalam sistem, untuk diagnosis tertentu

e. Nilai Prediksi Positif (Predictive Value Positive)

Nilai prediksi positif adalah proporsi dari populasi yang diidentifikasikan sebagai kasus oleh suatu sistem surveilans dan kenyataannya memang kasus. Nilai prediktif positif (NPP) sangat penting karena nilai NPP yang rendah berarti :

i. Kasus yang telah dilacak sebenarnya bukan kasus

ii. Telah terjadi kesalahan dalam mengidentifikasikan KLB

f. Kerepresentatifan (Representativeness)

Suatu sistem surveilans yang representatif akan menggambarkan secara akurat :

i. Kejadian dari suatu peristiwa kesehatan dalam periode waktu tertentu

ii. Distribusi peristiwa tersebut dalam masyarakat menurut tempat dan

orang

g. Ketepatan waktu (Timeliness)

Ketepatan waktu menggambarkan kecepatan atau kelambatan diantara langkah–langkah dalam suatu sistem surveilans, misalnya waktu yang diperlukan untuk mengidentifikasi trend, KLB atau hasil dari tindakan penanggulangan. Untuk penyakit–penyakit akut biasanya dipakai waktu timbulnya gejala atau waktu pemaparan.