Manajemen Organisasi Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

pengkoperasian pengUsaha Mikro Kecil Menengah serta melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya termasuk juga dalam upaya pengembangan UMKM.

1.6.3 Manajemen Organisasi

Pemerintahan Secara etimologi, manajemen management berasal dari kata manus berarti tangan dan agere berarti melakukan. Setelah digabung menjadi kata manager bahasa Inggeris yang berarti mengurus atau managiere bahasa latin yang berarti melatih. Menurut George Terry Syafiie, 2003 : 117 manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya. Manajemen dilakukan dan dibutuhkan dalam setiap tingkatan pekerjaan manusia, baik dalam skala pekerjaan yang kecil hingga penentuan tujuan dalam pekerjaan yang besar sekalipun. Manajemen memiliki tujuan tertentu yang tidak dapat diraba. George Terry 1999 : 2 mengungkapkan bahwa manajemen dapat diagmbarkan sebagai sesuatu yang tidak nyata, karena ia tidak dapat dilihat, tetapi hanya terbukti oleh hasil-hasil yang ditimbulkannya out put atau hasil kerja yang memadai, kepuasan manusiawi dan hasil-hasil produksi serta jasa yang lebih baik. Dengan demikian manajemen secara garis besar adalah kemampuan mengurus organisasi untuk mencapai tujuan yang tekah ditetapkan sebelumnya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Universitas Sumatera Utara 1.6.4 Pemberdayaan 1.6.4.1 Pengertian Pemberdayaan Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum. Menurut Pranaka dalam Sedarmayanti. 2003:113 menyatakan bahwa munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan power kepada masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Asumsi dasar yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah: 1. Bahwa masyarakat perlu didorong untuk mencapai perubahan yang lebih baik. 2. Bahwa masyarakat memilki potensi dalam mengembangkan dirinya, dan secara praktis mengetahui hambatan dan tantangan yang dihadapinya. Universitas Sumatera Utara 3. Pemberdayaan masyarakat sebagai resep yang cukup mujarab dalam mengobati keterbelakangan. 4. Dengan pembangunan berbasis komunitas, akan lebih efisien dan efektif untuk mencapai pembangunan seperti yang diharapkan. 5. Menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep penberdayaan masyarakat Indratno,http:www.google.comsearch?q=peranan+pemberdayaan+usah a+kecil+dan+menengah+dalam+meningkatkan+pembangunan+ekonomi+ masyarakathl=enbiw=1280bih=647prmd=ivnsei=mOm1Td6ML 4fNrQfth4XXDQstart=20sa= diakses 12 juli 2013 pukul 12.20 pm.

1.6.4.2 Proses Pemberdayaan

Upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Pemberdayaan sebagai suatu proses dapat dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya telah ditentukan jangka waktunya. Namun, ada pula yang melihat pemberdayaan sebagai suatu proses. Sebagai suatu proses pemberdayaan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang hidup seseorang on going process. Menurut Hogan dalam RUMKMinto. 2008:84, proses pemberdayaan individu sebagai suatu proses yang relative terus berjalansepanjang usia manusia yang diperoleh dari pengalaman individu tersebut dan bukannya suatu proses yang berhenti pada suatu masa saja empowering is not an end state, but a process that all human experience. Universitas Sumatera Utara Hogan juga menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan utama, yaitu: 1. menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan recall depoweringempowering experience 2. mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan penidakberdayaan discuss reasons for depowermentempowerment 3. mengidentifikasikan suatu masalah ataupun proyek identify one problem or project 4. mengidentifikasikan basis daya yang bermakna untuk melakukan perubahan identify useful power bases 5. mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya develop and implement action plans. Dalam melaksanakan pemberdayaan terhadap masyarakat ini, tentunya tidak terlepas dari peran pelaku pemberdayaan, baik oleh pemerintah maupun oleh nonpemerintah. Pelaku pemberdayaan ini nantinya yang akan bekerja sebagai community worker ataupun enabler. Menurut Ife RUMKMinto.2008:89, sebagai community worker , Ife melihat ada empat peran dan keterampilan utama yang nantinya secara lebih spesifik akan mengarah kepada keterampilan seseorang sebagai community worker sebagai pemberdayaan masyarakat. Keempat peran dan keterampilan tersebut adalah: 1. Peran dan keterampilan fasilitatif facilitative roles and skills 2. Peran dan keterampilan edukasional educational roles and skills 3. Peran dan keterampilan perwakilan representational roles and skills Universitas Sumatera Utara 4. Peran dan keterampilan teknis technical roles and skills. 1.6.5 Usaha Mikro Kecil dan Menengah 1.6.5.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, tepatnya dinyatakan dalam pasal 1, UMKM dapat dijelaskan secara terperinci berikut ini: 1. Usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang-perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Universitas Sumatera Utara Sedangkan Biro Pusat Statistik BPS Indonesia Tahun 2003, menggambarkan bahwa perusahaan dengan: 1. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga. 2. Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil 3. Perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah. 4. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. Pengertian UMKM Usaha Mikro Kecil Menengah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 261UKK Tanggal 29 Mei 1993 adalah: 1. Usaha Kecil adalah yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta, tidak termasuk tanah dan rumah yang ditempati. 2. Usaha menengah adalah usaha ekonomi yang dikembangkan dengan perhitungan aset di luar tanah dan bangunan mulai dari 200 juta sampai kurang dari 600 juta dengan jumlah tenaga kerja mulai 20 orang sampai dengan 99 orang.

1.6.5.2 Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, pada pasal 6 dijelaskan kriteria-kriteria yang tepat mengenai UMKM. 1. Kriteria Usaha Mikro, ada dua kriteria usaha ini yakni: a. memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau Universitas Sumatera Utara b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah. 2. Kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha ini meliputi: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 lima puluh juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah. 3. Kriteria Usaha Menengah. Ada dua kriteria Usaha Menengah, yaitu: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 sepuluh miliar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 dua miliar lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah. Tabel 1.2 Batasan Karakteristik UMKM Menurut Beberapa Organisasi Organisasi Jenis Usaha Keterangan Kriteria Badan Pusat Statistik BPS Usaha Mikro Pekerja 5 orang termasuk keluarga yang tidak dibayar. Usaha Kecil Pekerja 5-19 orang Usaha Menengah Pekerja 20-99 orang Meneg Koperasi UMKM Usaha Kecil UU No.91995 Aset Rp.200 di luar tanah dan bangunan omzet tahunan Rp.10 Milyar. Usaha Menengah Inpres 101999 Aset Rp.200 juta- Rp.10 Milyar Universitas Sumatera Utara Sumber: http: www.menlh.go.idusaha-keciltopkriteria. htm

1.6.5.3 Jenis-Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah

Secara umum UMKM bergerak dalam 2 dua bidang, yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001, adapun bidang jenis usaha terbuka bagi Usaha Mikro Kecil Menengah di bidang industri dan perdagangan adalah: 1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan dengan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan, penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional. Bank Indonesia Usaha Mikro SK Dir BI No. 3124KEPDIR Tgl 5 Mei 1998 Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. • Dimiliki oleh keluarga sumberdaya lokal dan teknologi sederhana • Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Usaha Kecil UU No. 91995 Aset Rp. 200 juta di luar tanah dan bangunan: Omzet tahunan Rp. 1 Milyar Menengah SK Dir BI No. 3045DirUK Tgl 5 Januari 1997 Aset Rp. 5 Milyar untuk sektor industri • Aset Rp. 600 Juta di luar tanah dan bangunan untuk manufakturing • Omzet tahunan Rp. 3 Milyar Bank Dunia Usaha Mikro Kecil Menengah Pekerja 20 orang • Pekerja 20-150 orang • Aset US. 500 ribu di luar tanah dan bangunan Universitas Sumatera Utara 2. Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotifcelup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh tangan. 3. Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan alat yang digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb. 4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan : a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arang, sabut. b. Bahan industri : getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir. 5. Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan. 6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan, kecuali cangkul dan sekop. 7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir untuk keperluan rumah tangga. 8. Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan secara manual atau semi otomatis. 9. Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi. 10. Perdagangan dengan skala kecil dan informasi. Universitas Sumatera Utara

1.6.5.4 Masalah-Masalah Yang Dihadapi UMKM

Terdapat delapan masalah – masalah utama yang dihadapi oleh para pengusaha mikro kecil dan menengah ISEI, 1998 yaitu : 1. Permasalahan Modal a. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit menjai mahal. b. Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan nonbank masih kurang. c. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan nonbank terlalu rumit dan memakan waktu yang cukup lama. d. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk pengajuan kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang sesuai dengan krteria perbankan. e. Perbankan kurang memahami kriteria usaha kecil dalam menilai kelayakan usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil. 2. Permasalahan pemasaran a. Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar selalu lemah, terutama berkaitan dengan penentuan harga dan sistem. b. Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi persaingan yang tidak sehat antara usaha yang sejenis. c. Infornasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya produk yang dinginkan, potensi pasar, tata cara memasarkan produk dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara 3. Permasalahan bahan baku a. Suplai bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan berfluktuasi. Ini disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku. b. Harga bahan baku masih terlalu tinggi c. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan adanya manipulasi kualitas bahan baku. d. Sistem pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil, sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai. 4. Permasalahan teknologi a. Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil. b. Asas dan informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak merata. c. Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar diperoleh. d. Lembaga independen belum ada belum berperan, khususnya lembaga pengkajian teknologi yang ditawarkan pasar kepada pengusaha kecil sehingga teknologi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. e. Peran instansi pemerintah, nonpemerintah dan perguruan tinggi dalam mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan melakukan pembinaan teknis tentang teknologi baru atau teknologi tepat guna bagi uasah kecil masih kurang intensif. Universitas Sumatera Utara 5. Permasalahan manajemen a. Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sulit ditemukan karena pengetahuan pengusaha relatif rendah. b. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan perusahaan dan keluarga belum dilakukan sehungga pengusaha kecil mengalami kesulitan dalam mengontrol atau mengatur cash flow serta dalam membuat perenacaan dan laporan keuangan. c. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengoganisasikan diri dan karyawan masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas. d. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan. e. Produktivitas karyawan masih sehingga pengusaha kecil sulit memenuhi ketentuan UMR 6. Permasalahan sistem birokrasi a. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit-belit, diskriminatif, lama, dan tidak pasti serta terjadi tumpang tindih dalam mengurus perizinan. b. Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang serta cenderung kurang tegas. c. Penguaha kecil dn asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan dalam perumusan kebijakan tentang usaha kecil. d. Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari dana penyisihan laba BUMN dan sumber modal lainnya cukup tinggi. e. Banyak pungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan yang memadai. Universitas Sumatera Utara 7. Ketersediaan infrastruktur a. Listrik, air,dan telepon berarti mahal dn sering kali mengalami gangguan di samping pelayanan petugas yang kurang baik. b. Pola kemitraan c. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam pemasaran dan sistem pembayaran baik produk maupun bahan baku dirasakan belum bermanfaat. d. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar dalam transfer teknologi masih kurang.

1.6.6 Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Menurut UU No. 20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dengan itu maka pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk dilaksanakan. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan UMKM adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh UMKM itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan UMKM titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya UMKM yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan UMKM yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan UMKM secara umum. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana proses pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan UMKM juga tidak jauh berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan UMKM sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku-pelaku UMKM agar dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi, ketika agen pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau nonpemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan UMKM tersebut, pemberdayaan UMKM sebagai suatu proses dapat terus berlangsung. Prinsip pemberdayaan usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: 1. Penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; 2. Perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan. 3. Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; 4. Peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan 5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.

1.6.7 Pasar Bengkel