Nilai Tukar Tinjauan Pustaka

Rupiah Indonesia. Dalam hal ini Dollar Amerika digunakan sebagai dasar nilai tukar karena dianggap mata uang yang stabil. Dimana jika dimisalkan seorang pengusaha Amerika Serikat mempunyai uang sebesar 5000, dan uang tersebut akan digunakan untuk berdagang biji kakao dengan Indonesia maka berapa Rupiah yang harus dibayarkannya untuk setiap ton biji kakao Indonesia, sangat tergantung pada nilai atau harga setiap Dollar terhadap Rupiah. Menurut Sadono Sukirno 1999 besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu negara diukur dari nilai satu unit mata mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu negara mengalami perubahan, maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu negara mengadakan transaksi dengan negara lain, dimana masing-masing negara menggunakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang negara lain. Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang jika diperlukan. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar- pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika antara dolar Amerika Serikat dan Yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1 Dollar untuk 120 Yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki Dollar akan membayar 120 Yen untuk setiap Dollar yang dibeli. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal Mankiw, 2003. Kurs riil real exchange rate adalah harga relatif dari barang – barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga- harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar rill dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini : Q = S PP dimana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P adalah tingkat harga di luar negeri. Nilai Tukar exchange rate atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain Krugman dan Obsfelt, 2000. Nilai tukar nominal nominal exchange rate adalah harga relatif dari mata uang dua negara Mankiw, 2003. Aktifitas pedagangan ekspor maupun impor selalu akan mengaitkan paling tidak dua mata uang, sehigga akan menimbulkan permintaan valuta asing untuk menyelesaikan transaksinya. Sebagaimana pada permintaan dan penawaran barang, permintaan dan permintaan uang juga dipengaruhi oleh harga, yakni nilai mata uang yang diperdagangkan., cateris paribus. Oleh karena itu, hukum permintaan dan penawaran juga berlaku, yakni harga valuta asing akan berhubungan negatif dengan kuantitas valuta asing yang diminta, dan sebaliknya harga valuta asing akan berhubungan positif dengan kuntitas valuta asing yang ditawarkan. Dalam sistim kurs yang mengambang, kurs akan mencapai keseimbangan karena interaksi permintaan dan penawaran uang dipasar valuta asing. Dengan demikian, ketika terjadi peningkatan impor atau peningkatan permintaan mata uang asing untuk tujuan lainya, maka kurva permintaan D akan menggeser ke kanan, menuju D ’ . Akibatnya harga valuta asing akan meningkat seperti nampak pada gambar 2.4. Impor akan menimbulkan permintaan valuta asing, sebaliknya ekspor akan menimbulkan penawaran valuta asing. Pengeluaran impor sama dengan kuantitas impor dikalikan dengan harga impor yang dinyatakan dalam valuta asing. Sedangkan penawaran valuta asing di suatu negara merupakan penerimaan ekspor kuantitas ekspor dikalikan dengan harga dalam valuta asing. Oleh karena itu, penawaran neto valuta asing merupakan selisih bersih penerimaan ekspor dikurangi dengan pengeluaran impor. Apabila diasumsikan bahwa permintaan valuta asing hanya dipergunakan untuk transaksi membiayai impor maka hubungan ekspor neto neto export dengan kurs dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.4. Kurva Permintaan dan Penawaran Valuta Asing e RpUS e eq e’’ e’ Sumber: Mankiw, 3003 Pada gambar 2.5. dapat diketahui bahwa jika kurs, mengalami perubahan dari є 2 ke є 1 , maka akan menurunkan ekspor sehingga posisi neraca perdagangan menjadi defisit, sebaliknya jika kurs mengalami penurunan depresiasi, misalnya, maka akan diikuti dengan kenaikan ekspor sehingga posisi neraca pedagangan akan surplus. Tujuan pelaku ekonomi untuk membeli valuta asing selain untuk transaksi membiayai impor barang dan jasa dan membeli aset asing, juga untuk tujuan spekulasi. Spekulasi merupakan tindakan untuk mengambil resiko karena akan terjadinya perubahan harga. Dalam mengambil keputusan spekulator biasanya mangacu pada indikator-indikator ekonomi , seperti inflasi, jumlah uang beredar, O Q Q’’ Q’ eq Q Valas US D D , S S , pertumbuhan ekonomi dan suku bunga. Dengan demikian tinggi rendahnya kurs tidak hanya ditentukan oleh defisit atau surplus pembayaran saja. Gambar 2.5. Kurva Efek Kurs terhadap Ekspor Neto Net Export NX Defisit Surplus NX ε ε ε 1 ε ε 2 S – I Sumber: Mankiw, 3003

2.1.4.7. Pertumbuhan Ekonomi

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Dalam menaksir perubahan output suatu perekonomian, digunakan nilai moneter yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto PDB. Untuk mengukur pertumbuhan ekonomi digunakan PDB berdasarkan harga konstan. Hal ini disebabkan dengan menggunakan harga konstan, pengaruh perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang dihasilkan adalah nilai uang dari output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus menunjukan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama periode pengamatan. Tujuan utama dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah ingin melihat apakah kondisi perekonomian semakin membaik atau sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi yang tercermin, antara lain, dari proses meningkatnya pendapatan per kapita. Sejalan dengan hal tersebut menurut Case dan Fair 2004, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai kenaikan keluaran total suatu perekonomian, yang didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai kenaikan GDP rill perkapita. Melalui pertumbuhan ekonomi standar hidup membaik, dan dapat dikatakan bahwa dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi membawa perubahan dimana akan terjadi fenomena barang-barang yang baru akan diproduksi dan hal ini akan mengakibatkan barang- barang yang lama menjadi ketinggalan mode. Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi