Pemasaran Biji Kakao Sulawesi Tengah

Dalam kegiatan pemasaran, perusahaan yang bergerak pada bidang ekspor biji kakao, tidak berhubungan langsung dengan petani. Namun mereka petani berhubungan langsung dengan para pedagang pengumpul dan pedagang besar yang ada di daerahnya. Dalam pengadaan bahan baku, perusahan tidak ada hubungan langsung ataupun kerjasama dengan pemerintah setempat, yang terjadi adalah perusahan bekerja sama dengan pedagang besar atau pengumpul kakao, dengan memberikan informasi para pengumpul tentang perkembangan harga yang ada, dimana masaalah keputusan persetujuan harga adalah hak dari para petani dan pedagang apakah setuju dengan harga yang ada, atau tidak. Sedangkan harga yang tercipta di pasar di tingkat petani, pedagang pengumpul dan pedagang besar mengikuti kurs yang berlaku harga berfluktuasi. Jalur perdagangan yang ada di Sulawesi Tengah tidak jauh berbeda dengan jaringan pemasaran kakao yang ada di Indonesia yang digambarkan seperti pada skema 4.1. Gambar 4.1 Jalur Tata Niaga Kakao www.Deptan.go.id. Keterangan Skema Jalur perdagangan kakao yang selalu terjadi Jalur Perdagangan kakao yang kadang-kadang terjadi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balai Kajian Tehnologi Pertanian Sulawesi Tengah tentang analisis pemasaran kakao di Sulawesi Tengah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak dari peningkatan pengusahaan perkebunan kakao yang diakibatkan peningkatan kegiatan ekpor biji kakao, terkadang tidak diikuti oleh peningkatan pendapatan petani kakao itu sendiri. Untuk mengetahui gejala tersebut, maka dilakukan penelitian saluran pemasaran biji kakao di Sulawesi Tengah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka diperoleh gambaran jaringan pemasaran biji kakao di Sulawesi Tengah terdapat beberapa jenis saluran perdagangan seperti yang tersaji pada skema 4.2 : PETANI PRODUSEN PEDAGANG INTERINSELULER EKSPORTIR PROVINSI PEDAGANG PENGUMPUL DESA PABRIK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dianalisis hasil estimasi permintaan ekspor biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap varabel terikat digunakan estimasi model linier dinamis ECM Engle Granger. Alasan penggunaan model ini dianggap mampu untuk mengestimasi jangka pendek dan jangka panjang dengan lebih baik, jika dibandingkan dengan model lainya. Adapun prosedur yang akan dilakukan adalah dengan melakukan uji stasionaritas data, uji kointegrasi diantara variabel pengamatan kemudian dilanjutkan dengan estimasi model koreksi kesalahan.

5.1. Uji Data

Dalam hal ini uji data dimulai dengan uji akar unit, uji derajat integrasi dan uji kointegrasi. Jika pada uji akar-akar unit belum stasioner, maka akan dilanjutkan dengan uji derajad integrasi sampai variabel atau data tersebut stasioner. Kemudian setelah seluruh variabel memiliki derajad yang sama, maka dapat dilakukan uji kointegrasi.

5.1.1 Uji Akar-Akar Unit

Dalam regresi dengan menggunakan data runtut waktu time series, adalah masaalah data yang stasioner. Regresi yang melibatkan dua atau lebih data time series, yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi lancung Spurious regression. Indikasi awal terjadinya regresi lancung ditunjukan dengan tingginya nilai R dan rendahnya nilai statistik Durbin-Watson DW. Oleh karena itu sebelum melakukan analisis regresi, perlu terlebih dahulu melakukan uji stasioneritas, apakah pada derajat nol I0 stasioner atau tidak. Prosedur yang dilakukan untuk melakukan untuk menguji stasioneritas data adalah uji Dickey – Fluller DF dan Augmented Dickey Fuller. Uji ini dapat dipandang sebagai stasioneritas, karena pada intinya uji tersebut dimaksudkan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Berdasarkan uji Augmented Dickey Fuller dapat disimpulkan hanya data variabel Y permintaan ekspor biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia yang tidak stasioner pada derajad nol dengan lag = 3.

5.1.2. Uji Derajad Integrasi

Berdasarkan uji Augmented Dickey Fuller dapat disimpulkan bahwa semua variabel pada penelitian telah stasioner pada deferensi I dengan lag = 3, nilai lag ditentukan dengan rumus N 13 dimana N= jumlah observasi. Pada uji stasioneritas ini, nilai Augmented Dickey Fuller nilai MacKinnon pada test critical values dengan α = 1 kecuali variabel EGRWT yang stasioner pada α = 10 .

5.1.3. Uji Kointegrasi

Setelah melalui uji stasioner, dan dinyatakan bahwa data yang ada telah stasioner, selanjutnya dilakukan adalah uji kointegrasi yang merupakan salah satu uji yang harus dilakukan pada model dinamis. Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel pengamatan. Pada model ECM Engle Grenger, model dikatakan valid jika nilai