Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang penting sebagai sarana membentuk generasi penerus bangsa dalam mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sasaran pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu indikator yang dapat mencerminkan kualitas sumber daya manusia adalah Human Development Index HDI. Singkatnya, HDI dapat mengukur kualitas sumber daya manusia suatu negara dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan manusia UNDP, 2011. Namun, dalam kenyataannya berdasarkan laporan The United Nations Development Program UNDP, 2011, HDI Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 111 dari 182 negara ke peringkat 124 dari 187 negara di tahun 2011. Jika dibandingkan dengan negara lainnya seperti Singapura 26, Brunei Darussalam 33, Malaysia 61, Thailand 103, dan Filipina 112, maka sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia belum siap bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara. Menurunnya peringkat HDI menunjukan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia masih minim jika dibandingkan negara- negara lain diatasnya. Kualitas sumber daya manusia mencerminkan kualitas pendidikan. Artinya, pendidikan Indonesia yang diwujudkan dalam pembelajaran di sekolah belum mampu menghasilkan output yang siap menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkat kualitas sumber daya manusia. Pembelajaran di sekolah salah satunya disampaikan oleh guru melalui serangkaian mata pelajaran termasuk matematika. Shadiq 2007:2 mengungkapkan banyak anggapan bahwa matematika dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan seseorang. Jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika dengan baik maka ia diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pelajaran lain. Begitu juga sebaliknya, seorang siswa yang kesulitan mempelajari matematika akan kesulitan juga mempelajari mata pelajaran lain. Hal ini sejalan dengan National Research Council pada tahun 1989 yang menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan berikut: “Mathematics is the key to opportunity .” Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Bagi seorang siswa, keberhasilan mempelajari matematika akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warga negara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi Shadiq, 2007:3. Pendapat-pendapat di atas mengatakan bahwa matematika berperan aktif dalam keberhasilan seorang individu. Matematika mengajak kita untuk bersiap menghadapi persaingan global. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah bukan hanya sebagai saringan untuk masa depan siswa dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, akan tetapi matematika diharapkan dapat menyiapkan mental siswa untuk bersaing dengan bangsa lain di dunia. Tujuan pembelajaran matematika SMA sebagaimana dinyatakan dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 Shadiq, 2009:1 tentang Standar Isi Mata Pelajaran adalah: 1 memiliki pengetahuan matematika konsep, keterkaitan antarkonsep, dan algoritm; 2 menggunakan penalaran; 3 memecahkan masalah; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika. Ini menunjukan agar tercapai tujuan pembelajaran matematika siswa SMA dengan baik, salah satunya diharapkan memiliki kemampuan pemecahan masalah. National Council of Teachers of Mathematics pada tahun 2000 Amelia, 2012:4 menetapkan pemecahan masalah sebagai salah satu dari lima standar proses matematika sekolah selain penalaran dan pembuktian reasoning and proof, komunikasi matematis communication, keterkaitan dalam matematika connection serta representasi representation. Shadiq 2007:4 juga mengungkapkan bahwa puncak keberhasilan pembelajaran matematika adalah Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ketika para siswa mampu belajar memecahkan masalah yang mereka hadapi. Oleh karenanya pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan utama pendidikan matematika dan bagian penting dalam aktivitas matematika. Berdasarkan penjelasan di atas, jelaslah bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa penting untuk diterapkan, dikuasai serta dikembangkan. Oleh karena itu, peran guru menjadi lebih sulit dibandingkan dengan kelas dengan pembelajaran konvensional. Guru dituntut membimbing siswa agar tercapai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sesuai dengan harapan. Hasil pengamatan menunjukan kemampuan matematika siswa di Indonesia tergolong rendah. Programme for International Student Assessment PISA melakukan penilaian problem solving dimana soal-soal yang disajikan pada tes berkaitan dengan masalah non rutin. Tes diberikan pada siswa yang berusia antara 15 tahun 3 bulan dan 16 tahun 2 bulan atau setara dengan jenjang pendidikan SMA. Berdasarkan hasil tes PISA pada tahun 2009, kemampuan matematika siswa di Indonesia menduduki peringkat 63 dari 65 negara di dunia dengan presentase di bawah 10 OECD, 2010. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi soal-soal matematika yang berdampak pada kemampuan matematika yang rendah. Kemampuan matematika yang rendah ini berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Seperti yang diungkapkan NCTM Apriyani, 2010:14 bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dari pembelajaran matematika, karena pemecahan masalah merupakan sarana mempelajari ide dan keterampilan matematika. Oktavien 2011 dalam penelitiannya yang diberikan kepada 32 siswa kelas X di salah satu SMA di Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Riau mengemukakan bahwa kemampuan siswa memecahkan soal-soal matematika berbentuk uraian masih rendah. Hasil analisis deskriptif menunjukan diperoleh rata-rata sebesar 27,84 dari skor ideal 50. Roshendi 2011 dalam penelitiannya juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan pemecahan Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu masalah matematis 20 orang siswa kelas XI IPA di salah satu SMA di Garut tergolong rendah, yaitu diperoleh rata-rata sebesar 12,90 dari skor ideal 30. Hal ini mungkin terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya proses pembelajaran di kelas kurang meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa dibiasakan bertemu dengan soal-soal rutin yang kurang mengaitkan materi pembelajaran dengan materi yang telah diterima sebelumnya serta pembelajaran konvensional yang seringkali diterapkan di kelas. Pembelajaran konvensional menjadikan pembelajaran berpusat pada guru teacher centered, siswa menerima apa yang diberikan oleh guru sehingga peranannya menjadi kurang. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat dikembangkan oleh suatu model pembelajaran yang tepat. Model Learning Cycle 7E menawarkan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa student centered berdasarkan pandangan konstruktivisme di mana pengetahuan dibangun dari pengetahuan siswa itu sendiri. Jadi, proses berpikir siswa ketika memecahkan masalah matematika dibentuk dari hasil pengetahuannya sendiri. Model Learning Cycle 7E merupakan hasil pengembangan oleh Eisenkraft dari model Learning Cycle 5E, yaitu Engagement mengajak, Exploration menyelidiki, Explanation menjelaskan, Elaboration memerinci, dan Evaluation menilai dengan fase Engage menjadi 2 tahapan yaitu Elicit dan Engage serta Elaborate dan Evaluate menjadi 3 tahapan yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend Eisenkraft, 2003. Tahap Elicit dan Engage, guru berusaha mendatangkan pengetahuan awal serta membangkitkan keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. Tahap Explore dan Explain memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri dan menjelaskan kembali konsep yang telah mereka peroleh. Tahap Elaborate, siswa berlatih memerinci konsep. Tahap Evaluate, mengevaluasi apa saja yang telah dilaksanakan. Tahap terakhir yaitu Extend, siswa memperluas konsep yang telah dipelajari dalam memecahkan masalah yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian yang berfokus pada penerapan model Learning Cycle 7E yang diduga dapat meningkatkan kemampuan Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pemecahan masalah matematis perlu dilakukan. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMA pun masih jauh dari harapan. Dengan demikian, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa

7 19 177

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA.

0 3 43

Penerapan Accelerated Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematis Siswa SMP (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Sebuah SMP Swasta di Bandung).

6 26 73

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 3 Banjar.

0 3 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP.

5 33 55

PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMA :Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 39

PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN TEKNIK SCAFFOLDING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA SMA: Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X SMAN 15 Bandung.

1 2 29

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 16

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SERTA SELF REGULATED LEARNING SISWA SMA DITINJAU BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (Penelitian Mixed Methodterhadap siswa kelas XIdi SMA Negeri 4

0 0 6