Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kelompok kelas eksperimen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Bandung semester genap tahun ajaran 20122013. Sampel yang diambil berupa
dua kelas yaitu kelas XI IPA 7 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas kontrol. Pada k
elas eksperimen dilaksanakan pembelajaran matematika dengan
model Learning Cycle 7E, sedangkan kelas kontrol dilaksanakan pembelajaran
konvensional.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen, yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpul data. Penjelasan dari masing-masing
instrumen diuraikan sebagai berikut:
1. Perangkat Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP untuk kelas kontrol dirancang dengan menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan langkah-langkah
pembelajaran dalam RPP untuk kelas eksperimen dirancang dengan menggunakan model Learning Cycle 7E.
b. Bahan Ajar
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan Siswa atau LKS. LKS berisi tentang permasalahan-permasalahan
dalam menemukan konsep-konsep yang dipelajari yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam penyusunan LKS untuk kelas
eksperimen ini disesuaikan dengan model Learning Cycle 7E.
2. Instrumen Pengumpul Data
a. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Tes kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa
dalam penguasaan
konsep serta
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
penerapannya dalam pemecahan masalah matematis meliputi kemampuan memahami masalah, menyusun dan merencanakan strategi pemecahan,
melaksanakan strategi pemecahan untuk memperoleh penyelesaian, dan melakukan peninjauan ulang atau mencoba cara lain.
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pretes dan postes. Pretes diberikan sebelum proses pembelajaran kepada kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal masing-masing kelompok. Sedangkan postes diberikan setelah proses pembelajaran untuk
mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Soal-soal yang digunakan pada pretes dan postes adalah soal
berbentuk uraian agar langkah-langkah proses pemecahan masalah matematis siwa dapat terlihat.
Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada tabel 3.1 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari Sumarmo
Oktavien, 2011:58.
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Pemecahan Masalah Matematis
Skor Memahami
Masalah Menyusun
Rencana Memilih
Strategi Melaksanakan
Strategi Dan Mendapat
Hasil Memeriksa
Proses Dan
Hasil
Tidak berbuat
kosong atau semua
interpretasi salah sama
sekali tidak memahami
masalah. Tidak berbuat
kosong atau seluruh
strategi yang dipilih salah.
Tidak ada jawaban atau
jawaban salah akibat
perencanaan yang salah.
Tidak ada pemeriksaan
atau tidak ada keterangan
apapun.
1 Hanya
sebagian Sebagian
rencana Penulisan salah,
perhitungan Ada
pemeriksaan
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
interpretasi sudah benar
salah, hanya tapi tidak
Skor Memahami
Masalah Menyusun
Rencana Memilih
Strategi Melaksanakan
Strategi Dan Mendapat
Hasil Memeriksa
Proses Dan
Hasil
masalah yang benar.
atau perencanaan-
nya tidak lengkap.
sebagian kecil jawaban yang
dituliskan, tidak ada penjelasan
jawaban, jawaban dibuat
tapi tidak benar. tuntas.
2 Memahami
masalah secara
lengkap, mengidentifi-
kasi semua bagian
penting dari permasalahan
, termasuk dengan
membuat diagram atau
gambar yang jelas dan
simpel menunjukan
pemahaman terhadap ide
dan proses Keseluruhan
rencana yang dibuat benar
dan akan mengarah
kepada penyelesaian
yang benar bila tidak ada
kesalahan perhitungan.
Hanya sebagian kecil prosedur
yang benar, atau kebanyakan
salah sehingga hasil salah.
Pemeriksaan dilakukan
untuk melihat kebenaran
hasil dan proses.
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
masalah.
Skor Memahami
Masalah Menyusun
Rencana Memilih
Strategi Melaksanakan
Strategi Dan Mendapat
Hasil Memeriksa
Proses Dan
Hasil
3 -
- Secara
substansial prosedur yang
dilakukan benar dengan sedikit
kekeliruan atau ada kesalahan
prosedur sehingga hasil
akhir salah. -
4 -
- Jawaban benar
dan lengkap. Memberikan
jawaban secara lengkap, jelas
dan benar, termasuk
dengan membuat
diagram atau gambar.
-
Skor maksimal = 2
Skor maksimal = 2
Skor maksimal = 4
Skor maksimal = 2
Penelitian ini menggunakan pedoman penskoran yang disajikan pada tabel 3.1 di atas dengan tiap skor dikalikan dua. Skor maksimal sebuah
soal yang memenuhi empat tahapan pemecahan masalah Polya adalah 20.
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yang telah mempelajari materi yang akan
diujikan yaitu siswa kelas XII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran dari tes yang
akan digunakan dalam penelitian. Uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis
dilakukan pada siswa kelas XII IPA 7 di SMA Negeri 4 Bandung. Untuk mengetahui kriteria-kriteria tersebut, berikut dipaparkan penjelasannya:
1 Validitas
Suatu alat evaluasi dikatakan valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu,
keabsahannya tergantung sejauh mana ketepatan alat evaluasi dalam melaksanakan fungsinya Suherman dan Kusumah 1990:135. Untuk
menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar raw score, Suherman dan Kusumah,
1990:154 yaitu:
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
2 2
2 2
XY
Keterangan:
XY
r
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. X : skor siswa pada tiap butir soal.
Y : skor total tiap siswa. N : jumlah siswa.
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas digunakan kriteria menurut J. P Guilford Suherman dan Kusumah, 1990:147.
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi
Besarnya
XY
r Interpretasi
0,80
XY
r
1,00 Sangat Tinggi
0,60
XY
r
0,80 Tinggi
0,40
XY
r
0,60 Sedang
0,20
XY
r
0,40 Rendah
0,00
XY
r
0,20 Sangat Rendah
Adapun hasil uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut.
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.3, tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diujicobakan memiliki validitas
tinggi dan sangat tinggi serta soalnya signifikan dan sangat signifikan. 2
Reliabilitas Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi relatif tetap
jika digunakan untuk subjek yang sama. Istilah relatif tetap di sini dimaksudkan tidak tepat sama, tetapi mengalami perubahan yang tak
berarti tidak signifikan dan bisa diabaikan Suherman dan Kusumah, 1990:167.
No. Soal
Validitas Taraf Signifikansi
XY
r
Interpretasi Interpretasi
1 0,62
Tinggi Signifikan
2 0,66
Tinggi Signifikan
3 0,81
Sangat Tinggi Sangat Signifikan
4 0,73
Tinggi Sangat Signifikan
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Koefisien reliabilitas tes bentuk uraian dapat diketahui dengan menggunakan rumus Alpha Suherman dan Kusumah, 1990:194 yaitu:
2 t
2 i
11
S S
1 1
n n
r
Keterangan: r
11
: koefisien reliabilitas. n : banyak butir soal.
S
i 2
: jumlah varians skor tiap butir soal. S
t 2
: varians skor total. Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas
instrumen evaluasi dapat digunakan kriteria menurut J.P. Guilford Suherman dan Kusumah, 1990:177 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya
11
r Interpretasi
0,80
11
r
1,00 Sangat Tinggi
0,60
11
r
0,80 Tinggi
0,40
11
r
0,60 Sedang
0,20
11
r
0,40 Rendah
11
r
0,20 Sangat Rendah
Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan software Anates V4 uraian, diperoleh
koefisien reliabilitas 0,73 yang menunjukan soal memiliki reliabilitas tinggi.
3 Indeks Kesukaran
Soal yang baik seharusnya memiliki perbandingan jumlah yang tepat antara soal sukar, soal sedang, maupun soal yang mudah. Menurut
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Suherman dan Kusumah 1990:212 derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran.
Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir
soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah.
Untuk menghitung indeks dalam soal bentuk uraian dapat dihitung dengan menggunakan rumus Suherman dan Kusumah,
1990:213:
Keterangan: IK : Indeks Kesukaran.
S
A
: jumlah skor kelompok atas. S
B
: jumlah skor kelompok bawah. J
A
: jumlah skor ideal kelompok atas. J
B
: jumlah skor ideal kelompok bawah. Hasil perhitungan indeks kesukaran, kemudian diinterpretasikan
dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan Kusumah 1990:213 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Nilai IK Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00
IK
0,30 Sukar
0,30
IK
0,70 Sedang
0,70
IK
1,00 Mudah
IK
1,00 Terlalu Mudah
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Adapun hasil uji indeks kesukaran tes kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut.
Tabel 3.6 Hasil Uji Indeks Kesukaran
No. Soal Nilai Indeks Kesukaran
Interpretasi
1 0,74
Mudah 2
0,46 Sedang
3 0,62
Sedang 4
0,63 Sedang
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari tabel 3.6 di atas, bahwa tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diujicobakan
memiliki indeks kesukaran mudah dan sedang. 4
Daya Pembeda Daya pembeda sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh
kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara testi siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak
dapat menjawab soal tersebut Suherman dan Kusumah, 1990:199. Daya pembeda dihitung dengan membagi siswa kedalam dua
kelompok, yaitu kelompok atas kelompok siswa yang tergolong pandai dan kelompok bawah kelompok siswa yang tergolong rendah.
Untuk menentukan daya pembeda soal bentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut Suherman dan Kusumah, 1990:201:
Keterangan: DP : Daya Pembeda.
S
A
: jumlah skor kelompok atas. S
B
: jumlah skor kelompok bawah. J
A
: jumlah skor ideal kelompok atas.
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman dan
Kusumah 1990:202 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Nilai Daya Pembeda
Nilai DP Interpretasi
DP
0,00 Sangat Jelek
0,00
DP
0,20 Jelek
0,20
DP
0,40 Cukup
0,40
DP
0,70 Baik
0,70
DP
1,00 Sangat Baik
Adapun hasil uji daya pembeda tes kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut.
Tabel 3.8 Hasil Uji Daya Pembeda
No. Soal Nilai Daya Pembeda
Interpretasi
1 0,25
Cukup 2
0,26 Cukup
3 0,44
Baik 4
0,30 Cukup
Secara keseluruhan hasil dari uji instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis sebagai berikut.
Tia Tri Wahyuni, 2013 Penerapan Model learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No.
Soal Validitas
Indeks Kesukaran
Nilai Daya Pembeda
Reliabilitas
1 Tinggi
Mudah Cukup
Tinggi 2
Tinggi Sedang
Cukup 3
Sangat Tinggi
Sedang Baik
4 Tinggi
Sedang Cukup
Berdasarkan rekapitulasi hasil uji intrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada tabel 3.9, seluruh soal instrumen
dapat dipakai sebagai soal pretes dan soal postes dalam penelitian ini.
b. Angket