Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa

80

b. Data Tentang Kegiatan dan Pandangan Guru dalam Pembelajara Bahasa

Indonesia. Kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari tiga variable yaitu: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut. Pada penelitian ini ada 6 enam guru bahasa Indonesia kelas VIII yang dijadikan sampel penelitian dari empat SMP di Kabupaten Katepang Provinsi Kalimantan Barat. 1 Kegiatan dan Pandangan Guru tentang Perencanaan Pembelajaran. Berdasarkan hasil penyebaran angket dan wawancara dengan 6 guru , bahwa dalam tahap perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia 6 orang guru mempersiapakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. RPP bagi guru merupakan perangkat yang sangat penting, namun mereka masih mengalami kendala. Kendala yang muncul diantaranya: 1 minimnya keterampilan membuat RPP, 2 keterbatasan waktu dalam hal merancang RPP, dan 3 minimnya buku pedoman dan pendukung dalam membuat RPP, bahkan dalam membuat RPP ada dua orang guru yang tidak berpedoman kepada silabus, hanya berdasarkan pada kompetensi dasar dan indikator saja. Dalam persiapan bahan materi mengajar guru sudah memahami buku pegangan wajib yang menjadi buku pegangan siswa ditambah lagi guru memperbanyak membaca sebagai bahan pengayaan. Dalam penggunaan media ada guru yang tidak mempergunakan dengan alasan tidak memiliki sarana dan prasarana untuk membuat dan mempergunakannya. Sebagai langkah awal untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, guru melakukan pretes dan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru telah melakukan postes data terlampir . 81 2 Pandangan Guru Tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia para guru berasumsi bahwa materi yang diajarkan sudah sesuai dengan tujuan, alokasi waktu, serta materi telah dirumuskan dengan jelas. Guru menjelaskan dengan bahasa yang jelas dan lugas, memberi kesempatan pada siswa untuk mengerjakan tugas, namun metode teknik mengajar guru yang masih menunjukkan kurang bervariatif, dan pembelajaran masih berfokus kepada guru. Bahasa yang digunakan oleh guru adalah bahasa yang baik dan mudah dimengerti oleh siswa, dan setelah akhir pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran secara bersama dengan cara mencatatnya di papan tulis dengan harapan agar siswa menulis hal- hal penting tersebut dan mudah untuk mengingatnya data terlampir . 3 Pandangan Guru Tentang Penggunaan Media dalam Pembelajaran. Guru dalam hal menyiapkan media, mereka memandang sangat penting dan perlu digunakan untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berkesan, menyenangkan, dan mandiri, namun karena keterbatasan sarana dan kemampuan guru untuk menyiapkan media pembelajaran maka pada umumnya pembelajaran berlangsung apa adanya. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan multimedia hampir tidak pernah dilakukan oleh guru, guru hanya menggunakan cara konvensional. Media komputer yang digunakan oleh beberapa orang guru hanya terbatas pada penampilan power point materi pembelajaran saja data terlampir. 82 4 Pandangan dan Kegiatan Guru Tentang Evaluasi dan Tindak Lanjut Pembelajaran Evaluasi dan tindak lanjut merupakan salah satu tahap kegiatan dalam proses belajar mengajar yang harus dilakukan oleh guru sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana materi pembelajaran sudah diserap oleh siswa dan sebagai langkah bagi guru untuk menetapkan atau mengambil suatu keputusan judgment. Pelaksaaan evaluasi dan tindak lanjut hanya sebagian guru yang melaksanakannya dalam bentuk melaksanakan fungsi pretes dan postes. Alat evaluasi yang disusun berdasarkan pada: indikator pencapaian tujuan, tingkat kesukaran dan kedalaman materi. Guru selalu memberikan penjelasan kembali materi yang disajikan jika ada siswa yang belum mengerti, namun penguasaan materi kemampuan membaca siswa belum mencapai 80 data terlampir . Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang pandangan dan kegiatan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa pada umumnya guru telah membuat rencana pembelajaran berdasarkan silabus. Pelaksanaan pembelajaran pada umumnya masih berfokus pada guru dan guru telah menggunakan metode yang bervariatif tetapi belum sepenuhnya menggunakan media apalagi media komputer atau multimedia. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurang menariknya pembelajaran yang dilakukan sehingga hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi pretes dan postes belum mencapai 80 tuntas, padahal guru selalu memberikan pekerjaan rumah, menjelaskan kembali materi yang belum dipahami oleh siswa, membuat soal-soal latihan dan sebagainya. 83 2 Ketersediaan Laboratorium Komputer Sebagai Media Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian keempat sekolah telah memiliki laboratorium komputer. Pada uji coba terbatas di SMP Negeri 3 Ketapang tersedia 80 unit komputer. Komputer tersebut terbagi menjadi dua ruangan yaitu: 40 buah berada di ruang laboratorium komputer dan 40 buah berada di laboratorium bahasa dan ruangannya di desain dengan indah, tenang, dan nyaman. Komputer tersebut berpentium empat yang telah diprogram dengan jaringan internet. Ketersediaan komputer tersebut jumlahnya masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah siswa 900 orang, sehingga untuk penggunaan komputer dilakukan sistem jadwal dan disediakan waktu tambahan pada siang hari setelah proses pembelajaran. Sekolah sebagai tempat uji coba luas ketersediaan komputer bervariasi, SMP Negeri 1 Ketapang kategori sekolah tinggi jumlah komputer tersedia sebanyak 40 unit yang terpisah pada dua ruangan yang berjauhan dan ditempatkan pada ruangan ber-AC. SMP Santo Augustinus sebagai sekolah kategori sedang jumlah komputer tersedia sebanyak 32 unit, komputer tersebut berpentium empat dan berada di ruangan ber-AC. Sedangkan pada SMP Negeri 2 sebagai sekolah kategori rendah jumlah komputer tersedia sebanyak 22 unit dengan pentium empat yang ditempatkan para ruangan ber-AC. Ketersediaan komputer dengan jumlah siswa yang ada di sekolah ini jauh dari cukup karena jumlah siswa rata-rata sekelas 35 orang. Ketersediaan komputer pada sekolah uji coba lebih luas jumlahnya masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah siswa. Keterbatasan jumlah 84 komputer ini mengakibatkan pemanfaatannya menggunakan sistem jadwal, berkelompok dan penggunaannya pada waktu siang dan sore hari setelah proses pembelajaran. Jenis komputer yang tersedia di empat SMP tersebut pada umumnya sudah menggunakan pentium 4, namun perangkatnya Hardware dan software tidak semuanya diinstal, sehingga mengurangi manfaat dalam penggunaannya dalam pembelajaan. Ketersediaan laboratorium yang belum maksimal maka dalam hal pemanfaatannya harus bekerja sama dengan guru TIK untuk melakukan proses pembelajaran berbasis komputer. Berdasarkan data di atas, maka dilihat dari segi sarana dan prasarana pendukung utama pengembangan pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia tidak ada kendala atau hambatan. 3 Faktor Pendukung dan Penghambat Data hasil penelitian menunjukkan beberapa faktor yang dapat mendukung pengembangan pembelajaran berbasis multimedia antara lain: a Faktor siswa, hampir seluruh siswa yang dijadikan responden sudah mampu mengoperasikan komputer. b Faktor guru, 4 orang guru 6 orang guru bahasa Indonesia dari 4 SMP yang dijadikan lokasi penelitian, sudah mampu bahkan mahir mengoperasikan komputer dalam pembelajaran. Hal inilah yang menjadi faktor pendukung dalam mengembangkan pembelajaran berbasis komputer di sekolah, bahkan mereka telah memiliki komputer milik pribadi di rumah. 85 c Faktor sekolah, keempat SMP di Kabupaten Ketapang telah dilengkapi dengan laboratorium komputer. Ketersediaan laboratorium komputer di SMP merupakan faktor pendukung dalam proses pengembangan model multimedia kemampuan membaca. Hal lain yang menjadi pendukung adalah sekolah memberikan layanan pemanfataan laboratorium komputer untuk siswa pada pagi, siang dan sore hari. d Selain didukung oleh laboratorium komputer, pada dua sekolah yaitu SMP Negeri 3 Ketapang dan SMP Negeri 1 Ketapang memiliki laboratorium bahasa. Faktor yang dapat menghambat dalam pengembangan pembelajaran berbasis multimedia di SMP Kabupaten Ketapang diantaranya: a Faktor siswa, pada umumnya para siswa belum mampu mengakses program-program baru dan masih dihantui oleh perasaan takut, sehingga para guru harus berupaya memberikan informasi program-program baru dalam komputer. b Faktor guru, ada dua orang guru yang belum dapat mengakses program- program pembelajaran melalui multimedia, karena belum pernah untuk berlatih dan mengunakan multimedia komputer. Hal ini disebabkan minimnya pendidikan dan pelatihaan diklat pengembangan pembelajaran berbasis komputer dan penghargaan yang sangat minim terhadap komputer sebagai media pembelajaran. Sehingga peneliti memerlukan waktu yang untuk membimbing dan melatih dua orang guru tersebut. 86 c Faktor sekolah, belum adanya kebijakan nyata untuk mengembangkan pembelajaran berbasis komputer, minimnya tenaga ahli untuk mengoperasikan dan memperbaiki komputer yang rusak. Hal ini menjadi hambatan utama bagi sekolah, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia masih mengandalkan pembelajaran konvensional. d Penggunaan pengembangan pembelajaran berbasis multimedia merupakan pembelajaran yang pertama sekali dalam penerapan mata pelajaran lain selain mata pelajaran TIK, hal ini menjadi bahan baru sebagai upaya untuk mengenalkan kepada guru-guru tentang pembelajaran melalui multimedia sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalkan guru cara mengoprasikannya. e Pembelajaran bahasa Indonesia lebih sering dilakukan di dalam kelas di bandingkan di laboratorium komputer. f Jumlah siswa perkelas rata-rata 35 orang dengan jumlah komputer yang terbatas pada SMP Negeri 1 Ketapang, SMP Usaba 2 Santo Agustinus dan SMP Negeri 2 Ketapang menyebabkan kegiatan dalam mengoprasikan komputer dilakukan secara bergilir dan satu komputer dioperasikan oleh dua orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dari empat variable yaitu pandangan dan kegiatan siswa, pandangan dan kegiatan guru, sarana dan prasarana pendukung pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia, dan faktor pendukung maka pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran bahasa Indonesia yang akan penulis kembangkan memperoleh 87 dukungan dari siswa, guru, dan pihak sekolah. Dan mengenai faktor penghambat dapat diatasi dengan cara peneliti membimbing guru yang belum memahami multimedia dan mengenai kekurangan jumlah komputer jika dibandingkan dengan jumlah siswa disiasati satu komputer dioperasikan oleh dua orang siswa yang dilakukan secara bergiliran. 157

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Berbasis Media Interaktif pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Menengah Pertama

0 4 6

Kurikulum Berbasis Kompetensi Komunikatif Bahasa Jepang Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Sekolah Menengah Pertama.

0 1 60

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

0 7 21

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN: Studi Pengembangan Model Pembelajaran pada Mata Pelajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidiyah di Kabupaten Lamongan.

0 25 76

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DALAM ASPEK AKHLAK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

0 1 59

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN LIFE SKILLS PESERTA DIDIK :Studi pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama.

0 1 77

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA: Studi pada mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah Aliyah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

3 12 46

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK.

0 1 44

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS): Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Lebak - Banten.

0 0 80

PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALEMBANG

0 0 40