Madrasah Wajib Belajar MWB

menerima inspeksi dari jawatan Pendidikan Agama agar dengan demikian mutu madrasah yang bersangkutan dapat ditingkatkan. Dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh madrasah yang menghendaki bantuan dari pemerintah, maka berangsur-angsur madrasah yang beraneka ragam jenisnya itu dapat ditingkatkan mutunya sebagai akibat adanya penyempurnaan kurikulum, bimbingan dari Jawatan Pendidikan Agama, perbaikan sarana dan kualitas gurunya. Kalau selama itu madarasah sudah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, maka sejak tahun 1967 posisi madrasah tambah baik lagi, dimana sejak itulah terbuka kesempatan untuk menegerikan madrasah swasta untuk semua tingkatan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Negeri MIN, Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN dan Madrasah Aliah Agama Islam Negeri MAAIN. Maka pada waktu itu jumlah madarasah Negeri kian bertambah, dan jumlahnya adalah: MIN 358 buah, MTsN 182 buah dan MAAIN 42 buah. Selanjutnya dengan dikeluarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 213 tahun 1970, tidak ada lagi penegerian madrasah-madarasah swasta berhubung pembiayaan dan fasilitas yang sangat terbatas. 80

c. Madrasah Wajib Belajar MWB

Sudah cukup lama Departemen Agama berkeinginan untuk memodernkan dunia madrasah, pesantren dan pengajian, sesuai dengan dasar dan cita-cita pendidikan di Indonesia. Diantara usaha yang dilakukan untuk terealisasinya keinginan tersebut ialah dengan mengadakan pembaharuan secara revolusioner dalam 80 Ibid , hlm.178. bidang pendidikan madrasah. Pembaharuan itu terwujud dalam bentuk yang diberi nama Madrasah Wajib Belajar MWB, yang mulai dilakukan pada tahun pelajaran 19581959. Dilaksanakanya Madrasah Wajib Belajar ini adalah dengan tujuan: 1 Sesuai dengan namanya, Madrasah Wajib Belajar turut berusaha dalam rangka pelaksanaan undang-undang kewajiban belajar di Indonesia. Dalam hubungan ini Madrasah Wajib Belajar MWB akan diperlakukan mempunyai hak dan kewajiban sebagai sekolah negeri atau sekolah partikelir yang melaksanakan wajib belajar. 2 Pendidikan terutama sekali diarahkan kepada pembangunan jiwa bangsa untuk mencapai kemajuan dilapangan ekonomi, industri dan transmigrasi. Pengorganisasian dan struktur kurikulum serta sistem penyelenggaraan MWB tersebut diatur sebagai berikut: 1 MWB adalah tanggung jawab pemerintah baik mengenai guru-guru, alat-alat, maupun buku-buku pelajarannya, apabila madrasah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk dijadikan MWB. 2 MWB menampung murid-murid yang berumur antara 6-14 tahun. Tujuan MWB adalah untuk mempersiapkan mutu murid untuk dapat hidup mandiri dan mencari nafkah, terutama dalam lapangan ekonomi, industrialisasi dan transmigrasi. 3 Lama belajar MWB adalah 8 tahun 4 Pelajaran yang diberikan pada MWB terdiri dari tiga kelompok studi, yaitu: pelajaran agama, pengetahuan umum dan pelajaran ketrampilan dan kerajinan tangan. 5 25 dari jumlah jam pelajaran digunakan untuk pelajaran agama, sedangkan 75 untuk pelajaran pengetahuan umum dan ketrampilan atau kerajiana tangan. Dengan demikian pelajaranya meliputi: a Pelajaran untuk pengembangan akal disebut kelompok pelajaran pengetahuan alam. b Pelajaran untuk pengembangan perasaan dan kemauan atau hati disebut kelompok pelajaran agama. c Pelajaran untuk pengembangan kecekatan dan ketrampilan tangan disebut kelompok pelajaran kerajianan tangan. Dilaksankannya Madrasah Wajib Belajar tersebut, dimaksudkan sebagai usaha awal untuk memberikan bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum dan sistem penyelenggaraanya; dalam upaya peningkatan mutu madrasah ibtidaiyah. Namun ternyata bahwa madrasah dalam bentuk MWB ini, tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Diantara faktor penyebabnya, disamping keterbatasan sarana dan peralatan, serta guru-guru yang mampu dipersiapkan oleh pemerintah, adalah kurang tanggapnya masyarakat dan pihak-pihak penyelenggara madrasah. Umumnya masyarakat berpendapat MWB kurang memenuhi fungsinya sebagai lembaga pendidikan agama Islam, karena kurangnya persentase pendidikan dan pengajaran agama yang diberikan yaitu hanya 25 dari seluruh mata pelajaran yang diajarkan. Faktor lain adalah penyelenggara madrasah mengalami kesulitan dalam menerapkan ketentuan-ketentuan penyelenggaraan pendidikan dan pelajaran agama yang diisyaratkan. Tampaknya pengalaman tersebut, telah mendorong pemerintah untuk mendirikan madrasah-madrasah negeri, secara lengkap dan terperici, baik dalam penjenjangan maupun materi kurikulum serta sistem penyelenggaraan. Materi kurikulum pendidikan agama ditetapkan secara terperinci, dengan perbandingan 30 pelajaran agama dan 70 pelajaran pengetahuan umum. Madrasah-madrasah negeri tersebut dimaksudkan akan menjadi model dan standar dalam rangka memberikan tuntunan secara lebih kongkret bagi penyelenggaraan madrasah 81 .

d. Lahirnya SKB 3 Menteri dan SKB 2 Menteri