untuk menyediakan informasi bagi publik pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum.
2.6. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba
Easterbrook 1984 menyatakan bahwa pemegang saham akan melakukan pengawasan terhadap manajemen, namun bila biaya pengawasan tersebut tinggi maka
pemegang saham akan menggunakan pihak ketiga debtholders atau bondholders untuk membantu melakukan pengawasan. Sesuai dengan pernyataan tersebut, pemegang saham
yang memiliki kemampuan untuk melakukan pengawasan yang handal adalah pemegang saham mayoritas terkonsentrasi, institusional atau terkonsentrasi pada pemilik
institusional. Alasannya pemilik institusional sebagai pemegang saham mayoritas memiliki kelebihan dibanding investor individual. Dari sisi pendanaan pemilik
institusional lebih kuat dibanding pemilik individual. Pada umumnya pemegang saham mayoritas konsentrasi kepemilikan institusional menyerahkan pengelolaan investasinya
pada divisi khusus dengan menunjuk profesional yang memiliki keahlian dibidang analis dan keuangan, sehingga pemilik mayoritas dapat memantau perkembangan investasinya
dengan baik. Jadi jika persentase kepemilikan cukup besar mayoritas, maka mereka memiliki insentif untuk melakukan pengawasan secara efektif terhadap manajemen
agen, dan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi maupun mengubah tindakan serta keputusan manajemen. Kalau analis dapat menganalisis dengan baik, tentunya hasil
analisis tersebut dapat digunakan untuk menilai apakah manajer tersebut dapat memajukan perusahaan atau tidak. Jika manajer tidak bisa memajukan perusahaan yang
hal ini tidak disukai oleh pemilik, maka bisa berakibat manajer tersebut diganti dan inilah salah satu bentuk pengawasan yang efektif.
Temuan Jiambalvo et al. 1996, Bushee 1998a, 1998b, Rajgopal et al. 1999, Mitra 2002, Midiastuty dan Machfoedz 2003 dan Hsu and Koh 2005 menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Dari temuan tersebut di atas menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi
mekanisme yang efektif dalam mengawasi kinerja manajer.
9
Hasil penelitian yang berlawanan dengan yang tersebut di atas antara lain Demsetz and Lehn 1985, Darmawati 2003, dan Ujiyantho dan Pramuka 2007.
Mereka tidak menemukan hubungan antara konsentrasi kepemilikan institusional dan manajemen laba. Konsentrasi kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
tingkat laba akuntansi. Konsentrasi kepemilikan institusional menjadikan pemilik bisa bertindak sesuai
kepentingan dirinya sendiri. Pemilik mayoritas bisa menjadi bagian dari jajaran manajemen atau bahkan menempatkan orangnya menjadi manajer itu sendiri. Konsentrasi
kepemilikan institusional yang memasukkan orang-orangnya kedalam jajaran manajemen perusahaan dapat melakukan rekayasa laba yang menguntungkan pemegang saham
mayoritas dan manajemen tetapi merugikan pemegang saham minoritas. Namun pemilik institusional sebagai pemegang saham mayoritas tidak akan meminta orang-orangnya
yang ditempatkan pada jajaran manajemen atau bahkan yang menjadi manajer untuk melakukan rekayasa laba atau setidaknya hanya akan meminimalisasi rekayasa laba,
karena jika pemilik institusional sebagai pemegang saham mayoritas meminta manajer melakukan rekayasa laba yang menguntungkan dirinya, maka pemegang saham minoritas
dan pasar saham akan mendiskon harga saham perusahaan yang justru akan merugikan pemegang saham mayoritas itu sendiri. Jadi, konsentrasi kepemilikan institusional identik
dengan rendahnya manajemen laba. Berdasarkan uraian tersebut di atas hipotesis yang diajukan adalah :
H
1
: Konsentrasi kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
2.7 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Pemegang Saham