Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory PAT dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman
tindakan manajemen laba yang dirumuskan Watts and Zimmerman 1986:257-262 yang ditegaskan kembali oleh Scott 2003:276-278, yaitu pertama the bonus plan hypothesis,
hipotesis ini menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
Perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini,
sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua
istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Jika laba berada di bawah bogey, maka tidak ada bonus yang diperoleh
manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba
dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap,
manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan. Kedua, the debt covenant hypothesis, hipotesis ini menyebutkan bahwa pada
perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun
laba. Ketiga, the political cost hypothesis, hipotesis ini menyatakan bahwa pada perusahaan yang besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih
metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik
muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
2.4 Nilai Pemegang Saham
Salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Nilai pemegang saham merupakan nilai ekuitas yang menjadi bagian dari nilai perusahaan.
Nilai pemegang saham merupakan nilai perusahaan dikurangi hutang. Penman 2004:43
7
menyatakan bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui dividen dan meningkatkan harga saham. Selanjutnya dalam
rangka untuk pembatasan pada studi ini, maka nilai pemegang saham merupakan peningkatan atau penurunan harga pasar saham yang beredar dibandingkan dengan nilai
buku per lembar saham. Dalam rangka untuk kepentingan studi ini batasan nilai pemegang saham
mengikuti Brigham 1999:92, yaitu nilai yang diberikan oleh pelaku pasar saham terhadap kinerja perusahaan. Nilai tersebut merupakan apresiasi pasar saham jika harga
saham di atas nilai buku per lembar saham. Sebaliknya nilai tersebut merupakan depresiasi pasar saham jika harga saham di bawah nilai buku per lembar saham.
Dalam studi ini ukuran nilai pemegang saham dengan menggunakan nilai pasar saham terhadap nilai buku saham. Nilai perusahaan yang juga nilai pemegang saham
dalam bentuk harga saham. Harga saham perusahaan merupakan reaksi pasar terhadap keseluruhan kondisi perusahaan yang juga merupakan sebagai cerminan nilai pemegang
saham yang diwujudkan dalam bentuk harga saham.
2.5 Cost of Equity Capital
Cost of equity capital COC merupakan cost yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pembelanjaan source of financing Modigliani and Miller, 1958. Kedua orang
tersebut merupakan pihak yang pertama kali mendefinisikan cost of equity capital dalam literatur keuangan. Cost of equity capital dapat diidentifikasi sebagai tingkat return
minimum yang disyaratkan oleh penggunaan modal ekuitas atas investasi Mardiyah, 2002. Cost of equity capital berkaitan dengan risiko investasi saham perusahaan.
Perusahaan dapat memperoleh modal ekuitas dengan dua cara, yaitu laba ditahan dan mengeluarkan saham baru Weston and Copeland 1996:86. Sesuai dengan beberapa
definisi sebagaimana tersebut di atas bahwa cost of equity capital pada dasarnya merupakan cerminan biaya yang ditanggung perusahaan untuk kepentingan publik.
Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengungkap mengenai perusahaan yang tentunya berdampak terhadap biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu cost of equity
capital yang dimaksud dalam studi ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
8
untuk menyediakan informasi bagi publik pemegang saham, investor, pemerintah, kreditur, dan masyarakat secara umum.
2.6. Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba