19
2. Alasan Anak Suka Bermain
Slamet Suyanto 2005: 115 menuliskan bahwa dalam teori klasik terdapat empat alasan mengapa anak suka bermain, yaitu:
a. Kelebihan energi
Teori ini antara lain didukung oleh filsuf Inggris, Herbert Spencer, yang menyatakan bahwa anak memiliki energi yang digunakan untuk
mempertahankan hidup. Jika kehidupannya normal, anak akan kelebihan energi yang selanjutnya digunakan untuk bermain.
b. Rekreasi dan relaksasi
Teori ini menyatakan bahwa bermain yang dimaksudkan untuk menyegarkan tubuh kembali. Jika energi sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan,
anak-anak menjadi lelah dan kurang bersemangat. Melalui bermain, anak- anak memperoleh kembali energinya sehingga mereka lebih aktif dan
bersemangat kembali. c.
Insting Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan sifat bawaan insting yang
berguna untuk mempersiapkan diri melakukan peran orang dewasa. Jika anak berpura-pura menjadi seorang ibu, ayah, atau guru, hal itu akan sangat
penting bagi kehidupannya kelak ketika ia benar-benar menjadi seorang ibu, ayah, atau guru.
d. Rekapitulasi
Teori ini menyatakan bahwa bermain merupakan peristiwa mengulang kembali apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang dan sekaligus
20
mempersiapkan diri untuk hidup pada zaman sekarang. Anak-anak suka bermain air, tanah, batu, dan lempung seakan-akan mengulang permainan
manusia zaman prasejarah dan sekaligus belajar tentang berbagai benda. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa alasan anak
suka bermain karena anak memiliki energi yang berlebih, sebagai cara untuk membuat mereka bersemangat kembali, sebagai latihan menggunakan insting, dan
mengulang kembali apa yang dilakukan oleh nenek moyang pada saat belajar tentang berbagai benda.
3. Esensi Bermain
Slamet Suyanto 2005: 117 menuliskan bahwa bentuk permainan anak- anak di seluruh dunia dari waktu ke waktu berbeda-beda, tetapi esensinya akan
tetap sama, yaitu:
a. Aktif
Hampir semua permainan anak aktif, baik secara fisik maupun psikis. Anak melakukan eksplorasi, investigasi, eksperimentasi, dan ingin tahu tentang
orang, benda, ataupun kejadian. Anak menggunakan berbagai benda untuk bermain, mereka juga mampu menggunakan suatu benda dan memainkannya
menjadi benda lain, misalnya balok kayu bisa menjadi mobil. Anak juga bermain dengan berbagai gerakan, seperti berlari, mengejar, menangkap, dan
melompat. Jadi pada saat bermain, anak melakukan berbagai kegiatan baik fisik maupun psikis.
21
b. Menyenangkan
Kegiatan bermain tampak sebagai kegiatan yang bertujuan untuk bersenang- senang. Meskipun tidak jarang pada saat bermain menimbulkan tangis
diantara anak yang terlibat, tetapi anak-anak menikmati permainannya. Mereka bernyanyi, tertawa, berteriak lepas, dan ceria seakan tidak memiliki
beban hidup. c.
Motivasi internal Anak ikut dalam suatu kegiatan permainan secara sukarela. Mereka
termotivasi dari dalam dirinya motivasi internal untuk ikut bermain. Bentuk permainannya juga dipilih dan ditentukan bersama. Begitu pula peran tiap
anak ditentukan secara adil sesuai aturan yang berlaku. d.
Memiliki aturan Setiap permainan ada aturannya. Untuk bermain petak umpet misalnya, ada
aturan untuk menentukan anak yang akan berperan sebagai pencari maupun yang dicari. Aturan tersebut misalnya dengan hompimpa.
e. Simbolis dan berarti
Pada saat bermain, anak menghubungkan antara pengalaman lampaunya dengan kenyataan yang ada. Pada saat bermain, anak bisa berpura-pura
menjadi orang lain dan menirukan karakternya. Bermain memungkinkan anak menggunakan berbagai objek sebagai simbol dari benda atau orang lain
sehingga bermain disebut simbolis. Peran-peran yang dimainkan anak biasanya meniru peran-peran orang dewasa dalam masyarakat sehingga
kegiatan tersebut sangat berarti bagi kehidupannya kelak.
22
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa esensi bermain anak adalah melakukan kegiatan yang aktif, menyenangkan, menimbulkan
motivasi dari dalam diri anak untuk ikut bermain.
4. Manfaat bermain