PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PERMAINAN SOCCER BALL BOUNCE PADA SISWA KELAS V III SMP N 13 MAGELANG

(1)

PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PERMAINAN

SOCCER BALL BOUNCE PADA SISWA

KELAS VIII SMP N 13 MAGELANG

SKRIPSI

diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata 1 Untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Aditya Galih Kusuma Putra NIM. 6101408012

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii SARI

Aditya Galih Kusuma Puta. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Permainan Sepakbola Melalui Permainan “Soccer Ball Bounce” Pada Siswa Kelas VIII SMP N 13 Magelang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: (1) Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. (2) Agus Pujianto, S.Pd.,M.Pd.

Kata Kunci: Pengembangan; Pembelajaran Sepakbola; Permainan Soccer Ball Bounce

Latar belakang penelitian ini adalah proses pembelajaran penjas yang tidak berjalan dengan baik. Pembelajaran dilakukan secara konvesional tanpa melakukan suatu variasi dan pengembangan model pembelajaran. Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan pengembangan model pembelajaran sepakbola melalui permainan “soccer ball bounce” pada siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang Kota Magelang Tahun Ajaran 2012 ? Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan pengembangan model permainan yaitu model permainan “soccer ball bounce” dalam proses pembelajaran sepakbola pada siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang Kota Magelang Tahun ajaran 2012.

Metode penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan dari Brog & Gall: (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan dari hasil observasi lapangan dan kajian pustaka, (2) mengembangkan bentuk produk awal, (3) evaluasi ahli yaitu menggunakan satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran penjas, serta uji coba lapangan skala kecil dengan menggunakan kuesioner dan lembar evaluasi yang kemudian dianalisis, (4) revisi produk awal, (5) uji coba lapangan skala besar, (6) revisi produk akhir setelah melakukan uji coba lapangan skala besar, (7) hasil akhir model permainan soccer ball bounce pada siswa kelas VIII. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang. Data berupa hasil penilaian mengenai kualitas produk, saran untuk perbaikan produk, dan hasil pengisian kuesioner oleh siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang diperoleh dari evaluasi ahli (satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran), uji coba kelompok kecil (10 siswa), dan uji lapangan (30 siswa). Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase untuk mengungkap aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang telah menggunakan produk .

Dari data hasil penelitian, data evaluasi ahli yaitu, ahli Penjas 76% (baik), ahli pembelajaran 84% (baik), dari uji coba skala kecil didapat hasil kuesioner rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 82,33% (baik). Sedangkan untuk uji coba lapangan skala besar dari hasil kuesioner rata-rata persentase pilihan jawaban yang sesuai 84,89% (baik).

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model permainan “soccer ball bounce” ini dapat diterapkan untuk siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang. Dapat disarankan bagi guru penjasorkes SMP N 13 Magelang agar model permainan ini dapat menjadi alternatif penyampaian pembelajaran dengan adanya model permainan ini diharapkan pembelajaran akan lebih menarik dan variatif.


(3)

iii

PERNYATAAN

“Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik seluruh maupun sebagian. Apabila pernyataan saya ini tidak benar saya bersedia menerima sangsi akademik dari Unnes dan sangsi hukum sesuai yang berlaku di wilayah negara Republik Indonesia”.

Semarang, November 2012 Peneliti

Aditya Galih Kusuma Putra NIM. 6101408012


(4)

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dilanjutkan ke sidang panitia ujian skripsi Jurusan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, pada :

Hari : Tanggal :

Mengetahui :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. Agus Pujianto, S.Pd.,M.Pd. NIP. 19641023 199002 1 001 NIP. 19730202 200604 1 001

Mengesahkan, Ketua Jurusan PJKR Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd.


(5)

v

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Nama : Aditya Galih Kusuma Putra NIM : 6101408012

Judul : Pengembangan Model Pembelajaran Permainan Sepakbola Melalui Permainan Soccer Ball Bounce Pada Siswa Kelas VIII SMP N 13 Magelang Tahun 2012

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 11 April 2013

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. H. Harry Pramono, M.Si Andry Akhiruyanto, S.Pd., M.Pd.

19591019 198503 1 001 19810129 200312 1 001

Dewan Penguji

1. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd. (Ketua) __________________ 196109031988031002

2. Drs. Tri Rustiadi, M.Kes. (Anggota) __________________ 196410231990021001

3. Agus Pujianto, S.Pd.,M.Pd. (Anggota) __________________ 19730202 200604 1 001


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Selamanya kita tidak akan pernah tahu siapa diri kita, sampai kita bisa melihat hasil karya kita.(Martha Grimes : 27)

 Bermimpi dan berkhayal adalah sebuah rencana untuk masa depan kelak.

PERSEMBAHAN

Kedua orangtuaku tercinta bapak Rusriyanto Hendro Kusumo dan ibu Eny Dwiningsih, terimakasih atas segala dukungan, do’a, cinta dan senantiasa menyayangiku.

Nenekku Trini dan Adik Galuh Ratna Kusuma Putri yang selalu menyayangiku.

Shella Rizqi Arfianti yang selalu memberikan semangat sampai saat ini.

Sahabat kost dan teman – teman seperjuangan PJKR 2008


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat serta hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Permainan Sepakbol Melalui Permainan “Soccer Ball Bounce” Pada Siswa SMP N 13 Magelang Kota Magelang”, yang penulis selesaikan dengan baik. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak mungkin tersusun baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan materi yang tersita demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberi kesempatan penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, yang telah memberikan dorongan dan ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Tri Rustiadi, M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah sabar memberikan petunjuk, dorongan, motivasi serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Agus Pujianto, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah sabar memberikan petunjuk, dorongan, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Mohammad Annas, S.Pd, M.Pd, selaku Ahli Penjas yang telah sabar memberikan petunjuk, dorongan, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Imam Baihaqi, S.Pd, selaku Kepala SMP N 13 Magelang yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Ngatini, S.Pd, selaku Koordinator Guru Pamong SMP N 13 Magelang yang telah membantu memperlancar jalannya penelitian.


(8)

viii

9. SUNARYANTO, selaku guru Pendidikan Jasmani SMP N 13 Magelang atas berkenannya sebagai ahli Pembelajaran yang telah memberikan petunjuk, dorongan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang, yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

11. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR, FIK, UNNES, yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Ayah dan Ibu, serta keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun materiil serta doa restu demi terselesaikan skripsi ini. 13. Terimakasih untuk teman-teman yang telah membantu saya dalam penelitian

ini: Shella Rizqi Arfianti, Fan Naa Na Muhammad, Bayu Kuncoro, Putri Purwatiningsih.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2012 Penulis


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SARI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………... 1

1.2Perumusan Masalah ……….... 7

1.3Tujuan Pengembangan ……….... 7

1.4Spesifikasi Produk ……….. 7

1.5Manfaat Penelitian ……….. 8

1.5.1.Bagi Siswa ... 8

1.5.2.Bagi Guru Penjas ... 8

1.5.3.Bagi Sekolah ……… 8


(10)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1 Landasan Teori ……….... 9

2.1.1.Pengertian Pendidikan Jasmani ...……….. 9

2.1.2.Tujuan Pendidikan Jasmani ... 9

2.2 Model Pembelajaran ………... 11

2.3 Pengertian Gerak Dasar ... 12

2.4 Belajar Gerak ... 13

2.5 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak SMP ... 13

2.6 Klasifikasi Keterampilan Gerak ... 14

2.7 Komponen Kondisi Fisik ... 17

2.8 Karakteristik Permainan Sepak Bola ... 20

2.9 Karakteristik Pengembangan Permainan Soccer Ball Bounce . 25 2.10 Kerangka Berpikir ... 35

BAB III METODE PENGEMBANGAN 3.1 Model Pengembangan ... 37

3.2 Prosedur Pengembangan ... 38

3.2.1.Analisis Kebutuhan ... 39

3.2.2.Pembuatan Produk Awal ... 39

3.2.3.Uji Coba Produk ... 39

3.2.4.Revisi Produk Utama ... 40

3.2.5.Uji Coba Lapangan ... 40

3.2.6.Revisi Produk Akhir ... 40


(11)

xi

3.3 Uji Coba Produk ... 40

3.3.1.Desain Uji Coba ... 40

3.3.2.Subjek Uji Coba ... 42

3.3.3.Jenis Data ... 43

3.3.4.Instrumen Pengumpulan Data ... 43

3.3.5.Metode Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba ... 47

4.1.1.Data Analisis Kebutuhan ... 47

4.1.2.Diskriptif Draf Produksi Awal ... 48

4.1.3.Draf Produk Awal Permainan Soccer Ball Bounce ... 49

4.1.4.Validasi Ahli ... 53

4.1.5.Data Uji Coba Kelompok Kecil ... 54

4.1.6.Draf Setelah Uji Coba Skala Kecil ... 57

4.1.7.Data Uji Coba Lapangan ... 60

4.1.8.Analisis Data ... 61

4.2 Prototipe Produk ... 62

4.3 Kelamahan Produk ... 66

BAB V KAJIAN DAN SARAN 5.1 Kajian ... 68

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Survei Sarpras Sepakbola SMP 13 Magelang ... 5

Tabel 2.1 Perbedaan Sepakbola Dengan Soccer Ball Bounce ... 34

Tabel 3.1 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner ... 44

Tabel 3.2 Skor Jawaban Kuesioner “ya” dan “tidak” ... 44

Tabel 3.3 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesoner ... 45

Tabel 3.4 Klasifikasi Presentase ... 46

Tabel 4.1 Data Rekapitulasi Uji Coba Skala Kecil ... 55


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ukuran Lapangan Sepak Bola Modifikasi ... 27

Gambar 2.2 Bola Sepak (futsal) ... 28

Gambar 2.3 Gawang Sepak Bola Modifikasi ... 28

Gambar 2.4 Papan Pantul ... 28

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Permainan Sepak Bola ... 38

Gambar 4.1 Bola Sepak (futsal) ... 50

Gambar 4.2 Lapangan Sepak Bola Modifikasi ... 51

Gambar 4.3 Gawang Sepak Bola Modifikasi ... 51

Gambar 4.4 Papan Pantul ... 52

Gambar 4.5 Lapangan Sepak Bola Modifikasi ... 58

Gambar 4.6 Bola Sepak (futsal) ... 59

Gambar 4.7 Gawang Sepak Bola Modifikasi ... 59

Gambar 4.8 Papan Pantul Modifikasi ... 60

Gambar 4.9 Lapangan Modifikasi ... 63

Gambar 4.10 Bola Sepak (futsal) ... 64

Gambar 4.11 Gawang Modifikasi ... 64


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Penetapan Pembimbing ... 74

2. Surat Izin Penelitian ... 75

3. Surat Izin Melaksanakan Penelitian ... 76

4. Surat Keterangan Penelitian ... 77

5. Lembar Evaluasi Ahli ... 78

6. Kuesioner Untuk Siswa ... 82

7. Saran dan Perbaikan Model Permainan ... 86

8. Hasil Evaluasi Ahli ... 87

9. Data Siswa Uji Skala Kecil ... 88

10.Data Hasil Uji Skala Kecil ... 89

11.Data Siswa Uji Skala Besar ... 102

12.Data Hasil Uji Coba Skala Besar ... 104


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

. Latar Belakang Penelitian

Pengertian pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Seiring dengan kemajuan daya pikir dan daya cipta manusia, perubahan dan perkembangan jaman semakin maju. Keinginan manusia untuk selalu menemukan halyang baru membuat dunia semakin berwarna dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di semua aspek kehidupan.

Dunia Olahraga adalah salah satu contoh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan semua itu juga harus diiringi dengan berkembangnya sumber daya manusia itu sendiri. Dan salah satu cara untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia adalah melalui bidang pendidikan. Salah satu upaya itu adalah mewujudkan manusia yang sehat, kuat, trampildan bermoral melalui pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar dapat menghasilkan generasi muda yang baik, bertanggung jawab, berdisiplin, berkepribadian, kuat jiwa raga serta berkesadaran nasional. Dengan demikian akan lebih mampu mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara tercinta Indonesia.


(16)

Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan media untuk membina anak agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan tercapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Aktivitas Jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Penjasorkes merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, perseptual, kognitif, social, dan emosional (Abdulkadir Ateng, 1992:4)..

Selama ini, pembelajaran olahraga dilakukan secara konvensional tanpa melakukan suatu variasi dan pengembangan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang secara rutin dilakukan dengan cara dan urutan yang relatif sama. Model pembelajaran yang biasa dilakukan dalam pembelajaran mata pelajaran olahraga terdiri dari ceramah dan pemberian contoh, kemudian siswa mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan guru biasanya hanya mengawasi. Pada tahap berikutnya seorang guru melakukan penilaian sebagai bentuk evaluasi dari materi yang diajarkan atau yang dilakukan oleh para siswa. Padahal jika seorang guru melakukan dengan pengembangan model pembelajaran yang menarik maka anak didik akan cepat meresap materi yang diajarkan dan tidak akan bosan.


(17)

Pembelajaran seperti ini memiliki kekurangan yaitu kurang mengoptimalkan keterlibatan siswa untuk menemukan dan mempraktekkan materi secara mandiri, sehingga kemampuan atau potensi dari anak didik tidak akan keluar sehingga seorang guru tidak akan tahu seberapa jauh kemampuan seorang siswa tersebut. Selain itu siswa cenderung bersifat individualis karena kurangnya interaksi atau komunikasi untuk berkembang secara bersama-sama dan berbagi pengalaman yang dimiliki.

Dalam proses pembelajaran seorang guru pasti menemukan suatu kejenuhan, ketidakcocokan, dan berbagai permasalahan lainnya dengan siswa terkait dengan gejala tersebut. Ditinjau dari tiga ranah tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa tidak akan berkembang dan maksimal dalam proses pembelajaran apabila terjadi hal-hal tersebut. Seorang siswa tidak akan mampu menerima dan menangkap pengetahuan secara benar jika emosional siswa menolak dan akan merasa jenuh.

Oleh karena itu perlu dilakukan adanya sebuah pengembangan model pembelajaran sebagai strategi pelaksanaan pembelajaran bagi siswa yang harus dikembangkan dan dikemas dengan menarik agar siswa tertantang dan mampu mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya modifikasi dan pengembangan permainan sepakbola ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif unuk mengikuti mata pelajaran penjasorkes. Sehingga standar kompetensi yang ada pada kurikulum bisa tercapai dengan baik. Rusli Lutan (1988) menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : 1) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran 2) Meningkatkan


(18)

kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi 3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar.

SMP Negeri 13 Magelang Kabupaten Magelang terletak di jalan Pahlawan 167 Kota Magelang Utara dengan luas area 10.550 m2. Tidak semua SMP Negeri yang ada di wilayah Kota Magelang memiliki lapangan atau halaman untuk berolahraga pada umumnya secara lengkap, termasuk SMP Negeri 13 Magelang yang hanya mempunyai halaman sekolah yang tidak luas yang biasanya digunakan untuk kegiatan upacara bendera. Selain halaman sekolah digunakan untuk kegiatan upacara, halaman tersebut juga dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar penjas. Sebenarnya lahan tersebut kurang layak digunakan sebagai tempat belajar mengajar penjas, karena lahan tersebut tergolong sempit untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga guru penjas harus pandai memanfaatkan areal tersebut serta dapat memodifikasi permainan-permainan agar pembelajaran penjas menjadi lebih efektif serta menyenangkan.

Telah dilakukan survei di SMP Negeri 13 Magelang untuk mengetahui sarana dan prasarana olahraga sepakbola. Serta mengetahui proses belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya pembelajaran permainan sepakbola, dan mengetahui efektivitas permainan sepakbola yang diajarkan kepada peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Hasil survei sarana dan prasarana olahraga sepakbola di SMP Negeri 13 Magelang terlihat pada tabel berikut.


(19)

Tabel 1.1 Hasil Survei Sarpras Sepakbola SMP Negeri 13 Magelang

NO Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

1 Bola Sepak 4 Sedang

2 Gawang 2 Cukup baik

3 Lapangan Sepak bola _ _

4 Kerucut 8 Baik

(Sumber hasil survei awal 2012)

Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi permainan bola besar khususnya sepakbola, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktikkan teknik dasar permainan sepak bola dengan peraturan yang dimodifikasi untuk menarik minat dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes dan meningkatkan kesegaran jasmani.

Peneliti mengamati dalam proses pembelajaran sepakbola siswa kelas VIII yang berlokasi di SMP Negeri 13 Magelang. Di lokasi penelitian hasil pengamatan yang diperoleh masih jauh dari harapan dan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa serta permainan sepakbola yang diajarkan belum dimodifikasi. Pada Proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal : 1) Sarana dan prasarana yang digunakan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan

dan perkembangan siswa. Contoh : Lapangan yang dipergunakan tidak menggunakan lapangan ukuran standar dan di pakai untuk berbagai macam cabang olahraga.

2) Peraturan permainan sepak bola yang digunakan adalah peraturan sebenarnya permainan sepak bola.


(20)

3) Diketahui ada beberapa siswa khususnya siswa putri yang mengeluh merasa sakit ketika menendang bola, karena tekanan udara pada bola tidak dikurangi sehingga saat di tendang bola terasa berat dan keras.

4) Diketahui ada beberapa siswa ketika mengikuti pembelajaran hanya duduk-duduk saja dan tidak aktif mengikuti pembelajaran sepak bola.

5) Pembelajaran permainan sepak bola yang diberikan oleh guru masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak dan mengikuti pelajaran penjasorkes. Dari latar belakang diatas peneliti dapat memberikan alasan mengapa permasalahan tersebut perlu untuk diteliti, yaitu:

1) Paradigma pembelajaran penjasorkes dahulu lebih menekankan anak harus bisa menguasai teknik yang diberikan dengan baik, namun paradigma pembelajaran penjas yang berkembang sekarang bahwa yang terpenting anak sudah bergerak dan gembira merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani yang baik.

2) Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan penjas pada khususnya sehingga tujuan dari penjas dan olahraga dapat tercapai.

3) Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup.


(21)

1.2

. Rumusan Masalah

Penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah belum dikemas sebagaimana mestinya, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, baik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, permasalahan dalam penelitian pengembangan ini adalah:

“Bagaimana bentuk pengembangan model permainan sepakbola melalui permainan soccer ball bounce bagi siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan model pembelajaran soccer ball bounce pada kelas VIII SMP N 13 Magelang dalam meningkatkan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

1.4. Spesifikasi Produk

Produk yang akan dihasilkan melalui penelitian pengembangan ini berupa model pembelajaran permainan sepakbola yang sudah di kembangkan untuk siswa SMP, yang dapat mengembangkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor, dan siswa dapat melakukan olahraga dengan senang, aktif bergerak tanpa rasa jenuh, serta dapat meningkatkan intensitas fisik sehingga kebugaran jasmani dapat terwujud. Agar tujuan dari pendidikan jasmani juga dapat tercapai.


(22)

1.5. Manfaat Pengembangan

1.5.1. Bagi Siswa

Dengan adanya pengembangan model permainan sepakbola, siswa dapat merasa lebih senang dan lebih menikmati suatu permainan sepakbola dengan cara yang baru.

1.5.2. Bagi Guru Penjas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai alternatif bagi guru penjas dalam memberikan materi permainan sepakbola di sekolah.

1.5.3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.

1.5.4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bekal dalam mempersiapkan diri dalam profesi keguruan, selain itu hasil dari penelitian ini dapat dijadikan landasan bagi peneliti lain untuk mengadakan pengembangan penelitian yang sejenis.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan dengan menggunakan aktivitas otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terhambat oleh gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan (Abdul Kadir Ateng,1992:4).

Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan jasmani sebagai alat perantaranya. Pendidikan jasmani tidak lepas dari usaha pendidikan pada umumnya. Pendidikan jasmani merupakan usaha untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak ke arah kehidupan yang sehat jasmani dan rohani, usaha tersebut berupa kegiatan jasmani atau fisik yang diprogram secara ilmiah, terarah, dan sistematis, yang disusun oleh lembaga pendidikan yang berkompeten (Trisnowati Tamat,2005:1.5).

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan bertujuan untuk mengembangkan individu secara organis, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.

2.1.2. Tujuan Pendidikan Jasmani

Menurut Adang Suherman (2000 : 23), Secara umum pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang


(24)

melibatkan kemampuan-kemampuan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness). 2) Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skilfull). 3) Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa. 4) Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa tujuan dari mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan, adalah: 1) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. 2) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan pada SMP/MTs/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat. 3) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.

Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti


(25)

keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

2.2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2010: 52).

Dalam mengajarkan suatu konsep atau materi tertentu, tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik daripada model pembelajaran lainnya. Berarti untuk setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan, seperti materi pelajaran, jam pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, lingkungan belajar, dan fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan tercapai.

Untuk mengetahui kualitas model pembelajaran harus dilihat dari dua aspek, yaitu proses dan produk. Aspek proses mengacu apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan (joyful learning) serta mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif. Aspek produk mengacu apakah pembelajaran mampu mencapai tujuan, yaitu meningkatkan kemampuan


(26)

siswa kemampuan siswa sesuai dengan standar kemampuan atau kompetensi yang ditentukan. Dalam hal ini sebelum melihat hasilnya, terlebih dahulu aspek prosessudah dapat dipastikan berlangsung baik.

2.3. Pengertian Gerak Dasar

Kemampuan gerak dasar dibagi menjadi 3 kategori yaitu : 2.3.1. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain atau untuk mengangkat tubuh keatas seperti lompat atau loncat, berjalan, berlari.

2.3.2. Kemampuan Non_Lokomotor

Kemampuan non lokomotor dilakukan ditempat, tanpa ada ruangan gerak yang memadai. Kemapuan non lokomotor terdiri dari menekuk dan meregang, mendorong dan menarik.

2.3.3. Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatife dikembangkan ketika anak tengah menguasai macam-macam obyek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga dapat digunakan. Manipulasi obyek jauh lebih unggul dari pada koordinasi mata-kaki dan tangan-mata, yang mana cukup penting untuk item; berjalan (gerakan langkah) dalam ruang. Bentuk-bentuk kemampuan manipulative terdiri dari gerkan mendorong, menerima (menangkap obyek), dan gerkan menggiring bola (Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra, 2000:20).


(27)

2.4. Belajar Gerak

Menurut Keogh dalam Amung Ma’mun (2000 : 5), perkembangan gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan kompetensi atau kemampuan gerak dari mulai masa bayi (infancy) sampai masa dewasa (adulthood) serta melibatkan berbagai aspek perilaku manusia, kemampuan gerak dan aspek perilaku yang ada pada manusia ini mempengaruhi perkembangan gerak dan perkebangan gerak itu sendiri mempengaruhi kemampuan dan perilaku manusia.

2.5. Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Menengah

Pertama

Usia siawa SMP adalah sekitar 12 sampai dengan 16 tahun dalam psikologi

perkembangan, usia tersebut dinamakan usia remaja. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui.

Perkembangan fisik pada anak besar cenderung berbeda dengan masa sebelum dan sesudahnya. Pertumbuhan tangan dan kaki lebih cepat dibandingkan pertumbuhan togok. Pada tahun-tahun awal masa anak besar pertumbuhan jaringan tulang lebih cepat dibanding pertumbuhan jaringan otot dan lemak, dengan demikian pada umumnya anak menjadi tampak kurus. Pada tahun-tahun terakhir masa anak besar perkembangan jaringan otot mulai menjadi cepat, hal ini berpengaruh pada peningkatan kekuatan yang menjadi cepat juga. Perkembangan


(28)

kemampuan fisik yang tampak pada masa anak besar, selain kekuatan juga fleksibilitas dan keseimbangan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993: 115).

Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:100), sejalan dengan meningkatnya kemampuan tubuh dan kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar. Berbagai kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bias dilakukan pada masa anak kecil semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam bentuk sebagai berikut :

1) Gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang semakin efisien. 2) Gerakan bisa semakin lancar, terkontrol dan bertenaga.

3) Pola atau gerakan variasi.

2.6. Klasifikasi Keterampilan Gerak

Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:249), Menyatakan Ketrampilan gerak bisa diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas gerak tertentu dengan baik. Semakin baik penguasaan gerak ketrampilan, maka pelaksanaannya akan semakin efisien. Dengan kata lain bahwa efisiensi pelaksanaannya diperlukan untuk melakukan gerakan ketrampilan. Efisiensi pelaksanaanya dapat tercapai apabila secara mekanis gerakan dilakukan dengan benar. Gerakan ketrampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa sudut pandang yaitu sebagai berikut :

2.6.1. Klasifikasi berdasarkan kecermatan gerakan

Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:250), Ketrampilan gerak bisa dikaji berdasarkan kecermatan pelaksanaannya. Kecermatan pelaksanaan gerak bisa


(29)

ditentukan antara lain oleh jenis otot-otot yang terlibat. Ada gerakan yang melibatkan otot-otot besar, dan ada yang melibatkan otot-otot halus.

Berdasarkan kecermatan gerakan atau jenis otot-otot yang terlibat, ketrampilan gerak bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1) Ketrampilan gerak agal (gross motor skills) adalah gerakan yang di dalam pelaksanaanya melibatkan otot-otot besar sebagai basis utama gerakan. Contohnya antara lain adalah ketrampilan gerak loncat tinggi dan lempar lembing.

2) Ketrampilan gerak halus (fine motor skills) adalah gerakan yang di dalam pelaksanaanya melibatkan otot-otot halus sebagai basis utama gerakan. Contohnya antara lain adalah ketrampilan gerak menarik pelatuk senapan dan pelepasan busur dalam memanah.

2.6.2. Klasifikasi berdasarkan perbedaan titik awal dan akhir gerakan

Apabila diperlukan, gerakan ketrampilan ada yang mudah bisa diketahui bagian awal dan bagian akhir gerakannya; tetapi ada yang sukar untuk bisa diketahui.

Dengan karakteristik seprti itu, ketrampilan gerak bias dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Ketrampilan gerak diskret (discrete motor skill) adalah ketrampilan gerak dimana dalam pelaksanaannya bisa dibedakan secara jelas titik awal dan titik akhir dari gerakan. Contohnya adalah gerakan mengguling kedepan satu kali. Awal gerakanya adalah pada saat pelaku berjongkok dan meletakan kedua


(30)

telapak tangan dan tengkuknya pada matras, sedangkan titik akhirnya adalah pada saat pelaku sudah dalam posisi jongkok kembali.

2) Ketrampilan gerak serial (serial motor skill) adalah ketrampilan gerak diskret yang dilakukan beberapa kali secara berlanjut. Contohnya adalah gerakan menguling kedepan beberapa kali.

3) Ketrampilan gerak kontinyu (continuous motor skill) adalah ketrampilan gerak yang tidak bisa dengan mudah ditandai titik awal atau titik akhir gerakannya. Contohnya adalah ketrampilan gerak bermain tenis atau permainan olahraga yang lain. Disini titik awal dan titik akhir gerakan tidak mudah untuk diketahui karena merupakan rangkaian dari bermacam-macam gerakan. Dalam hal ini pelakulah yang menentukan titk awal dan titik akhir dari ketrampilan tersebut (Sugiyanto dan Sujarwo, 1993:250).

2.6.3. Klasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan

Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:251) di dalam melakukan suatu gerak ketrampilan, ada kalanya pelaku menghadapi kondisi lingkungan yang tidak berubah dan ada yang berubah-ubah.

Berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti itu, gerakan ketrampilan bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu :

2.6.3.1 Ketrampilan gerak terbuka (open skill) adalah ketrampilan gerak dimana dalam pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang berubah-ubah, dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang timbul dari lingkunganya. Perubahan kondisi lingkungannya bersifat temporal dan bisa bersifat spasial. Contohnya adalah dalam melakukan gerakan memukul bola yang


(31)

dilambungkan. Dalam gerakan ini pelaku memukul bola dengan menyesuaikan dengan kondisi bolanya agar pukulannya tepat sasaran. Pelaku dipaksa untuk mengamati kecepatan, arah, dan jarak bola, kemudian menyesuaikanya.

2.6.3.2 Ketrampilan gerak tertutup (closed skill) adalah ketrampilan gerak dimana pelaksanaannya terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah, dan stimulus gerakannya timbul dari dalam diri si pelaku sendiri. Contohnya adalah dalam melakukan gerakan guling pada senam lantai. Dalam gerakan ini pelaku memulainya setelah siap untuk melakukannya, dan bergerak berdasarkan apa yang direncanakannya.

2.7. Komponen Kindisi Fisik

Menurut Mochamad Sajoto (1998:57), Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun pemeliharaanya. Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut. Walaupun perlu dilakukan dengan sistim prioritas, (komponen apa yang perlu mendapat prioritas latihan lebih besar dibanding komponen lain). Sesuai status yang diketahui, setelah komponen tersebut diukur dan dinilai.

Komponen-komponen kondisi fisik yang ada di dalam permainan sepakbola adalah sebagai berikut :

2.7.1. Kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlit pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban tertentu.


(32)

2.7.2. Daya tahan atau endurance dibedakan menjadi 2 golongan masing-masing adalah :

2.7.2.1. Daya tahan otot setempat atau local endurance, adalah kemampuan dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus-menerus dalam waktu relatife cukup lama, dengan beban tertentu.

2.7.2.2. Daya tahan umum atau Cardiorespitory Endurance, adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektife dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan itensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.

2.7.3. Daya ledak otot atau muscular power, adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa, daya ledak otot atau power = kekuatan atau force X kecepatan atau Velocity (P = F X T). seperti gerak dalam tolak peluru, lompat tinggi dan gerakan lain yang bersifat explosife. 2.7.4. Kecepatan atau speed, adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama dalam waktu sesingkat-singkatnya. Seperti gerak lari cepat atau sprint, gerak pukulan dalam tinju, gerak mengayuh pedal dalam balap sepeda dan lain-lain. Dalam masalah kecepatan ini, ada kecepatan gerak dan kecepatan explosive.

2.7.5. Kelentukan atau flexibility, adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya, untuk melakukan aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot ligamen-ligamen disekitar persendian.


(33)

2.7.6. Keseimbangan atau Balance adalah kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-gerak yang cepat. Dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun lebih-lebih dalam gerak dinamis. Dalam bidang olah raga, banyak sekali hal-hal yang harus dilakukan atlet dalam mempertahankan maupun menghilangkan keseimbangan. Seperti gerak hand stand (statis), gerak-gerak dalam segala jenis senam pertandingan dan lain-lain.

2.7.7. Koordinasi atau Coordination adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. Misalnya dalam permainan tenis, seorang pemain akan kelihatan mempunyai koordinasi gerak yang baik, bila ia dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar dan luwes.

2.7.8. Kelincahan atau agility adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi di arana tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi kesuatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahanya cukup tinggi. Komponen keseimbangan, koordinasi dan kelincahan adalah komponen fisik yang lebih banyak mendekati cabang-cabang olahraga yang dilakukanya. Sedang komponen berikut adalah komponen fisik yang lebih banyak sebagai hasil pengaruh peningkatan ketiga komponen diatas. Yaitu komponen.

2.7.9. Ketepatan atau Accuracy, adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran dapat berupa jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenal. Misalnya dalam


(34)

menembak, memasukan bola dalam bola basket, pichter dalam soft ball, tendangan dalam gawang dan lain-lain.

2.7.10. Reaksi atau Reaction, adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat indera, syaraf atau feeling lainya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang. Kecepatan reaksi dalam start, dalam menghindari pukulan dalam tinju. Seperti halnya komponen keseimbangan, koordinasi dan kelincahan maka komponen ketepatan dan reaksi lebih baik diberikan dalam program latihan cabang masing-masing (Mochamad Sajoto, 1988 : 58-59).

2.8. Karakteristik Permainan Sepakbola

2.8.1. Permainan Sepakbola

Menurut Sucipto, dkk(2000 : 7) sepakbola merupakan permainan beregu, yang masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain, dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang diperbolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan tendangan hukumannya. Dalam perkembangan permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan di dalam ruangan (in door). Sepakbola merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki prinsip yang sederhana, yaitu berusaha memasukkan bola kegawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga agar gawangnya tidak kemasukan bola. Dalam hal ini Jef Sneyers (1988 :


(35)

3) menyatakan , ”Prinsip dalam sepakbola sederhana sekali yaitu membuat gol dan mencegah jangan sampai lawan membuat sama terhadap gawangnya sendiri.” Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut kesebelasan. Masing-masing regu atau kesebelasan berusaha memasukkan atau mencetak gol dan mempertahankan untuk tidak kemasukan bola. Serta ada peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh pemain pada saat pertandingan berlangsung, wasit dan hakim garis yang memimpin atau mengawasi pertandingan tersebut setiap pelanggaran yang dilakukan oleh pemain ada sanksinya. Oleh karena itu kedua kesebelasan dalam bermain wajib menjunjung sikap sportivitas.

2.8.2. Tujuan Permainan Sepakbola

Beberapa tujuan-tujuan dalam bermain sepakbola, yaitu :

1) Pembentukan manusia secara keseluruhan, dimana fisik dan mental tumbuh selaras, serasi dan seimbang.

2) Untuk meningkatkan tingkat kesegaran dinamis dan kesehatan pemain.

3) Dapat mendatangkan kesenangan, kegembiraan, kebahagiaan hidup, serta rekreasi bagi seseorang.

4) Mengembangkan dan meingkatkan mutu prestasi secara optimal bagi pemain dalam permainan sepakbola.

Menurut Sucipto,dkk(2000:7) tujuan yang paling utama dan yang paling diharapkan untuk dunia pendidikan terutama pendidikan jasmani adalah sepakbola merupakan salah satu mediator untuk mendidik anak agar kelak menjadi anak


(36)

yang cerdas ,terampil, jujur, dan sportif. Selain itu melalui permainan sepakbola kita mengharapkan dalam diri anak akan tumbuh dan berkembang semangat persaingan (competition), kerja sama (cooperation), interaksi sosial (social interaction) dan pendidikan moral (moral education).

2.8.3. Faktor Pendukung Permainan Sepakbola

Faktor-faktor penentu atau pendukung untuk mempercepat tercapainya tujuan permainan sepak bola antara lain sebagai berikut :

2.8.3.1. Faktor Endogen (atlet/pemain)

1) Kesehatan fisik dan mental yang baik,terutama tidak berpenyakit jantung, paru-paru, syaraf, dan jiwa.

2) Bentuk tubuh sesuai dengan cabang olahraga yang diikuti, untuk pemain sepakbola diharapkan bertipe atletis.

3) Memiliki bakat untuk bermain sepakbola, meliputi kemampuan fisik cepat mempelajari teknik-teknik dan taktik.

4) Memliki potensi sikap mental yang baik, antara lain social, disiplin, berkemauan keras, kreatif, tekun, dan bertanggung jawab.

2.8.3.2. Faktor Eksogen

1) Fasilitas alat, perlengkapan, dan biaya

Sarana dan alat perlengkapan permainan sepakbola serta biaya secara minimal harus terpenuhi untuk mencapai tujuan.

2) Guru atau Pelatih

Guru olahraga atau pelatih sepakbola yang representatif sangat diperlukan untuk membimbing pemain agar dapat mempercepat waktu dalam mencapai


(37)

tujuan. Pilihan yang tepat metode dan sistem mengajar atau melatih yang efektif oleh guru atau pelatih sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar dan berlatih bagi pemain.

3) Organisasi

Organisasi sekolah maupun di luar sekolah yang mengolah olahraga sepakbola dituntut untuk memiliki struktur dan tata kerja yang baik. Organisator-organisator (kepala sekolah) harus memiliki sifat-sifat menyenangkan (interest), jujur, terbuka, tanggung jawab, dan berani berkorban.

4) Lingkungan yang baik

1)Kehidupan pemain yang teratur,

2)Hindarilah rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang, 3)Kesehatan selalu dikontrol,

4)Tidur dan makan yang teratur,

5)Cuaca alam sekitar usahakan nyaman,

6) Dukungan orang tua masyarakat setempat dan pejabat sangat diperlukan pemain untuk pendorong ke arah perkembangan yang optimal.

2.8.4. Fasilitas, Alat dan Perlengkapan

Dalam setiap cabang olahraga memang secara khusus mempunyai fasilitas, alat-alat, dan perlengkapan tertentu. Perlu disajikan macam-macam alat perlengkapan yang telah diatur dalam peraturan permainan sepakbola. Uraian berikut berisi mengenai hal-hal tersebut.


(38)

1) Lapangan

Lapangan sepakbola berbentuk persegi panjang, panjangnya 100-120 m, dan lebarnya antara 46,9 m - 91,8m. Untuk pertandingan Internasional panjang lapangan antara 100 m – 110 m dan lebarnya antara 64,26 m – 73,44 m.

2) Pembatas lapangan

Lapangan permainan dibatasi dengan garis yang jelas lebarnya tidak lebih dari 15 cm. Bendera sudut lapangan tidak kurang dari 15 m, dan diletakkan pada keempat sudut lapangan. Titik tengah lapangan ditandai dengan titik yang jelas dan dikelilingi lingkaran tengah dengan jari-jari 9,15 m.

3) Kotak Gawang

Di setiap ujung jari dari lapangan harus digambar 2 garis sejajar dengan garis gawang, sejajar dengan lebar lapangan. Daerah yang berada didalam garis-garis ini dinamakan daerah gawang. Pada setiap ujung lapangan digambar dua garis dengan panjang lapangan dan berjarak masing-masing 16,5 m dari tiap gawang. Garis-garis ini disatukan oleh sebuah garis lain yang sejajar denga lebar lapangan. Daerah yang diapit oleh garis ini disebut daerah tendangan hukuman.

4) Bola

Bola harus bulat terbuat dari kulit / karet, Bola dalamnya terbuat dari karet atau bahan lain yang semacam. Bola tidak boleh terbuat dari bahan yang membahayakan pemain. Keliling bola tidak boleh lebih dari 71 cm dan tidak kurang dari 68 cm. Berat bola antara 410 gr - 450 gr. Tekanan udara antara 0,6 – 1,1 atmosfer.


(39)

5) Gawang

Gawang diletakkan ditengah garis gawang, terdiri dari dua tiang tegak, membentuk garis lurus dengan kedua garis sudut dan lebarnya 7,32 m dihubungkan dengan sebuah tiang horizontal yang tingginya 2,44 m. Tiang gawang terbuat kayu, besi, atau bahan yang telah disetujui oleh badan internasional FIFA.

6) Perlengkapan lainnya

Pemain hendaknya memakai kostum yang bernomor di dada dan di punggung. Dalam permainan, pemain diharuskan memakai sepatu sepakbola.

2.9. Karakteristik Pengembangan Permainan

Soccer Ball Bounce

2.9.1. Hakekat Pengembangan Permainan Soccer Ball Bounce

Permainan Soccer Ball Bounce adalah sebuah permainan yang mengandung kerjasama, kelincahan, koordinasi dan ketepatan. Permainan ini merupakan sejenis permainan sepakbola yang dimainkan dalam lapangan sepakbola yang berukuran lebih kecil. Permainan ini dimainkan oleh 10 orang. Dimana masing-masing tim terdiri dari 5 pemain. Terdapat 2 buah gawang kecil tanpa penjaga gawang. Untuk bola menggunakan ukuran lebih kecil dan lebih ringan dari ukuran standart. Sedangkan untuk gawang menggunakan ukuran lebih kecil yaitu tinggi 75 cm dan lebar 100 cm.

Lapangan permainan soccer ball bounce ini di kelilingi oleh papan-papan yang berguna sebagai garis batas lapangan tetapi tidak seluruh garis lapangan di kelilingi oleh papan, sehingga bola keluar akan jarang terjadi.


(40)

Permulaan permainan soccer ball bounce dilakukan dari tengah-tengah lapangan (kick off) seperti pertandingan sepakbola pada umumnya. Masing-masing tim berusaha memasukkan bola kegawang lawannya. Pada permainan sepakbola ini terdapat 5 orang dalam sebuah tim dan tanpa ada penjaga gawang. Setiap pemain memilik kesempatan 4 langkah untuk membawa bola, dan lawan hanya bisa merebut bola ketika bola di passing ke teman 1 tim atau pada saat bola bebas. Bola dapat dipantulkan pada benda yang terdapat pada garis lapangan berupa papan yang berguna sebagai pasangan main atau sarana pelengkap setiap tim. Papan tersebut berguna sebagai pemain tambahan dalam satu tim. Permainan soccer ball bounce berlangsung selama 15 menit.

2.9.2. Fasilitas dan Alat Bermain

1) Lapangan

Seperti sepakbola standar, lapangan soccer ball bounce berbentuk persegi panjang. Karena permainan soccer ball bounce ini bola out/keluar lapangan akan jarang terjadi, maka dari itu sebagian pembatas lapangan soccer ball bounce adalah papan-papan. Papan tersebut berguna sebagai pemain tambahan atau sarana pelengkap dalam lapangan. Pemain diperbolehkan menggunakan papan tersebut sesuai kehendak, papan bisa dipergunakan apabila pemain sedang dalam situasi terjepit atau dipergunakan sebagai sarana pembantu untuk mencetak gol. Permaianan soccer ball bounce ini menggunakan lapangan dengan ukuran lapangan 20 m x 13 m.


(41)

13 meter

20 meter

Keterangan: : Tim 1 : Tim 2 : Titik Pinalti

dan : Pembatas Lapangan (papan pantul dengan bantalan pengaman)

: Garis Serang (2 meter depang gawang)

Gambar 2.1 Ukuran lapangan sepakbola modifikasi

2) Bola

Bola yang digunakan adalah bola sepak dengan ukuran/berat < 410 gr 2


(42)

100 centimeter

75 centimeter

Gambar 2.2 Bola sepak (futsal) 3) Gawang

Gawang yang digunakan terdiri dari dua tiang setinggi 75 cm dan lebar 100 cm. Dengan gawang terbuat dari pipa pralon / kayu.

Gambar 2.3 Gawang sepakbola modifikasi 4) Papan Pantul

Papan pantul digunakan sebagai pengganti garis lapangan, yang berguna sebagai pemain tambahan (teman satu tim). Papan pantul dapat menggunakan papan-papan biasa atau meja bekas (rusak) yang ujung-ujungnya di berikan bantalan pelindung.


(43)

2.9.3. Peraturan Permaian

2.9.3.1. Jumlah Pemain

Setiap pertandingan terdapat 10 pemain yang masing masing tim 5 orang dan tanpa penjaga gawang.

2.9.3.2. Perlengkapan Pemain

1. Pemain memakai seragam/rompi olahraga. 2. Memakai sepatu olahraga (sepatu bola/futsal). 3. Memakai kaos kaki.

4. Memakai rompi bola.

2.9.3.3. Lama Permainan dan Tendangan Permulaan

1. Lama permainan adalah 15 menit setiap pertandingan.

2. Untuk memulai, kick off dilakukan dari titik tengah lapangan. 2.9.3.4. Wasit

1. Permainan soccer ball bounce dipimpin oleh satu wasit.

2. Wasit mempunyai wewenang mutlak untuk memimpin jalannya pertandingan.

3. Wasit berada di luar lapangan. 2.9.3.5. Cara Mencetak Gol

Bola masuk kedalam gawang, dengan catatan hanya satu orang yang berhak membuat gol dan berada didalam area serang.

2.9.3.6. Tendangan Hukuman

1. Pemain yang melakukan handball di daerah luar garis gawang, tim lawan diberikan hukuman tendangan bebas (dua kali sentuhan).


(44)

2. Setiap pemain hanya memperoleh kesempatan empat langkah dalam menggiring bola, apabila melebihi dari empat langkah pemain lawan berhak mendapatkan tendangan hukuman.

3. Tendangan pinalti diberikan apabila terjadi pelanggaran kepada tim lawan yang berjarak tiga meter di depan gawang.

4. Tendangan pinalti bisa didapatkan apabila pemain bertahan memasuki daerah serang, kotak dua meter di luar gawang dan dilakukan tepat di titik tengah lapangan dengan catatan tanpa ada penjaga gawang dan pemain lainnya ada di pinggir lapangan. 2.9.3.7. Tendangan Kedalam

Tendangan kedalam dilakukan dengan cara bola ditendang dengan aturan, pemain lawan berjarak dua langkah di depan bola yang akan ditendang oleh tim yang tidak menyentuh bola terakhir sebelum bola keluar lapangan permainan. Bola di tendang tepat di atas garis keluar. Bola di tendang tepat diatas garis keluar, apabila salah tim lawan yang berhak mengambil tendangan kedalam itu.

2.9.3.8. Offside

Dalam permainan soccer ball bounce tidak ada peraturan off side. 2.9.3.9. Tendangan Sudut

Dalam permainan soccer ball bounce tidak ada peraturan tendangan sudut.


(45)

2.9.3.10. Cara Bermain

Dalam satu tim terdapat lima orang pemain dan tanpa ada seorang penjaga gawang. Untuk memulai pertandingan diawali dengan istilah tos koin untuk menentukan bola atau gawang. Bagi tim yang memilih bola berarti melakukan penyerangan dengan tendangan awal / kick off, sedangkan tim yang memilih gawang maka yang bertahan terlebih dahulu. Kick off dimulai dari titik tengah lapangan, tim yang menyerang melakukan kick off dengan aturan dua kali sentuh, atau mengumpan ke rekan timnya terlebih dahulu. Sedangkan tim yang bertahan pada saat kick off membuat pagar betis untuk menjaga pertahanannya. Jarak bola dengan pertahanan pagar betis ± 3 meter. Lama permainan 15 menit setiap pertandingan, yang terdiri dari 1 babak. Pemain mempunyai batasan dalam membawa/menggiring bola, makasimal 4 langkah pemain di perbolehkan untuk menggiring bola. Apabila menggiring bola melebihi 4 langkah, akan dikenakan pelanggaran. Agar dapat menggiring bola lebih dari 4 kali, dianjurkan untuk memantulkan bola ke papan agar bola kembali aktif atau bisa juga di pasing ke rekan satu tim.

Jika terjadi pelanggaran diluar garis gawang tim yang melakukan pelanggaran diberi hukuman yaitu tendangan bebas. Tendangan bebas dilakukan oleh tim yang dilanggar. Tendangan bebas tidak bisa dilakukan secara langsung, tetapi dengan cara memberi umpan ke pada rekan satu tim terlebih dahulu (dua kali sentuh). Pinalti diberikan bila


(46)

pemain bertahan melakukan pelanggaran dengan jarak tiga meter di depan gawang.

Di luar gawang ada garis yang disebut area serang, kotak yang berukuran 2 m X 3m ini hanya diperuntukan bagi tim yang menyerang. Jadi tim yang bertahan dilarang untuk melewati garis serang, apalagi memasuki area serang tersebut tim lawan (serang) mendapatkan tendangan tidak langsung di luar garis serang.

Dalam permainan soccer ball bounce ini bola out atau bola keluar akan jarang terjadi, dikarenakan sebagian garis batas lapangan diganti dengan papan sebagai pembatas lapangan sekaligus berguna untuk mempermudah pemain untuk melakukan permainan ini. Papan ini di umpamakan sebagai pemain tambahan bagi setiap tim, karena setiap pemain diperbolehkan menggunakan papan tersebut dengan cara memantulkan bola pada papan tersebut.

Jika bola keluar lapangan, maka untuk menghidupkan bola kembali dilakukan tendangan kedalam oleh tim yang tidak menyentuh bola terakhir sebelum bola keluar dengan aturan bola di tendang tepat di atas garis out tempat bola keluar tadi. Jarak lawan ± 2 meter dari bola mati tersebut.

Setiap terjadi gol maka untuk memulai permainan dilakukan tendangan dari tengah lapangan seperti pada saat kick off , tendangan dilakukan oleh tim yang kemasukan gawangnya.


(47)

Dalam permainan tidak ada off side dan tendangan sudut, permainan dipimpin oleh satu orang wasit yang berada di luar lapangan permainan.

Apabila skor seri, maka akan di lakukan tendangan penalti sampai salah satu tim ada yang menang.

2.9.4. Aspek Yang Terkandung Dalam Pengembangan Permainan Sepakbola

1) Kognitif dalam modifikasi permainan sepakbola ini yaitu :

(1) memberi pengetahuan pada siswa bahwa setiap permainan tidak selalu menggunakan sarana dan prasarana yang sama dengan permainan yang sebenarnya,

(2) siswa mengetahui dan memahami aturan bermain, (3) siswa mengetahui dan memahami cara bermain,

(4) siswa dapat mengetahui perbedaan permainan sepakbola yang sebenarnya dengan sepakbola yang dimodifikasi.

2) Afektif dalam modifikasi permainan sepakbola yaitu :

(1) siswa disiplin dan mentaati peraturan modifikasi permainan sepakbola, (2) siswa dapat bekerjasama dengan teman satu tim,

(3) sportif dalam permainan,

(4) siswa dapat menerima, mengakui, dan menghargai keunggulan dan kelemahan tim lawan.


(48)

3) Psikomotorik dalam modifikasi permainan sepakbola yaitu :

(1) siswa dapat melakukan tendangan ke gawang dengan kesulitan yang berbeda,

(2) siswa dapat bermain lebih baik dengan teman satu tim nya,

(3) siswa dapat mengkoordinasi teman satu tim nya dalam sebuah permainan yang sudah dimodifikasi

4) Komponen kondisi fisik dalam pengembangan permainan sepakbola yaitu : kekuatan, kelincahan, kecepatan, keseimbangan, daya tahan, daya ledak. Tabel 2.1 Perbedaan Sepakbola Dengan Soccer Ball Bounce

Sepakbola Normal Soccer Ball Bounce Keterangan Ukuran lapangan

110 m x 73.44 m

Ukuran lapangan Tidak ada ukuran baku, dan untuk pertandingan 20 m x 13 m

Untuk skala besar sekaligus skala kecil

Ukuran gawang 7.32 m x 2.44 m

Ukuran gawang 100 cm x 75 cm

Untuk skala besar dan skala kecil

Ukuran / berat bola 410-450 gr

Ukuran / berat bola < 410 gr

Untuk memudahkan siswa dalam permainan

Memakai 2 gawang Memakai 2 gawang

Ukuran dan tingkat kesulitan berbeda 11 pemain setiap

tim dengan 1 penjaga

5 pemain setiap tim dan tanpa penjaga gawang

10 pemain tanpa penjaga gawang untuk skala kecil.


(49)

gawang 30 pemain tanpa penjaga gawang dan diujikan tiga kali untuk skala besar

Lemparan ke dalam

Jarang terjadi tendangan bola ke dalam

Mempergunakan seluruh luas lapangan dan benda yang terdapat dalam lapangan Waktu

2 x 45 menit

Waktu

15 menit setiap permainan

Pemain dalam

permainan lebih aktif

Peraturan offside berlaku

Peraturan offside tidak berlaku

Semua pemain bebas berposisi dimanapun Tackling dan

benturan fisik diperbolehkan

Tackling dan benturan fisik tidak diperbolehkan

Dengan lapangan yang kecil sangat rentan terjadi cedera apabila melakukan tackling

2.10 Kerangka Berpikir

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek


(50)

kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melaui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional (Depdiknas 2006).

Sesuai dengan kompetensi dasar dalam kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di sekolah, siswa diharapkan dapat mempraktekkan permainan sepakbola dengan peraturan yang sudah dikembangkan dengan memanfaatkan lahan kosong di lingkungan sekolah. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran permaianan sepakbola di sekolah masih dalam bentuk permainan yang sesuai peraturan baku, baik dalam hal peralatan, lapangan yang digunakan maupun peraturannya. Dari pelaksanaan pembelajaran tersebut dijumpai anak-anak yang merasa tidak senang, bosan, dan kurang aktif bergerak dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Pengembangan pembelajaran permainan sepakbola merupakan salah satu upaya yang harus diwujudkan. Model pembelajaran permainan sepakbola melalui permainan sepakbola jalanan berpasangan diharapkan mampu membuat anak lebih aktif bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang menyenangkan, ketika mengikuti pembelajaran permainan sepakbola.


(51)

BAB III

Metode Pengembangan

3.1. Metode Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang biasanya disebut penelitian berbasis pengembangan (research-based development) merupakan jenis penelitian yang tujuan penggunaanya adalah menghasilkan produk berupa pembelajaran soccer ball bounce bagi siswa SMP.

Suharsimi Arikunto (2006: 7) mengatakan bahwa penelitian pengembangan atau penelitian developmental adalah penelitian yang mengadakan percobaan dan penyempurnaan.

Adapun langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk modifikasi peraturan permainan sepakbola ini adalah sebagai berikut:

1) Melakukan penelitian pendahuluan dan pengumpulan informasi, termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka.

2) Mengembangkan bentuk produk awal (permainan soccer ball bounce). 3) Evaluasi ahli pendidikan jasmani dan satu orang ahli pembelajaran, uji coba

kelompok kecil dengan menggunakan kuesioner, konsultasi dan evaluasi yang kemudian dianalisis.

4) Revisi produk pertama, revisi produk berdasarkan hasil dari evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil. Revisi ini untuk perbaikan terhadap produk awal yang dibuat oleh peneliti.


(52)

5) Uji lapangan.

6) Revisi produk akhir yang dilakukan berdasarkan hasil uji lapangan.

7) Hasil akhir pengembangan model permainan sepakbola untuk siswa SMP N 13 Magelang Kota Magelang yang dihasilkan melalui revis uji lapangan.

3.2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan pada model pengembangan permainan soccer ball bounce ini dilakukan melalui berbagai tahapan. Tahapan-tahapan pengembangan permainan soccer ball bounce

Analisis Kebutuhan

Pembuatan Produk Awal

Revisi Produk Pertama Uji Lapangan 30 siswa SMP N 13 Magelang

Revisi Produk Akhir Produk Akhir

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Permainan Sepakbola. Tinjauan Ahli Permainan

dan Ahli Pembelajaran

Uji Coba Skala Kecil 10 Siswa SMP 13 Magelang


(53)

3.2.1 Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian ini. Langkah ini bertujuan untuk menentukan apakah peraturan permainan soccer ball bonce ini dibutuhkan atau tidak. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi di SMP N 13 Magelang Kota Magelang tentang pelaksanaan modifikasi olahraga sepakbola dengan cara melakukan pengamatan lapangan tentang aktifitas fisik siswa.

3.2.2. Pembuatan Produk Awal

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersebut, maka langkah selanjunya adalah pembuatan produk model permainan soccer ball bounce. Dalam pembuatan produk dikembangkan, peneliti membuat produk berdasarkan kajian teori yang kemudian dievaluasi oleh satu ahli penjas dan dua ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang dengan jumlah subyek 10 siswa.

3.2.3. Uji Coba Produk

Pelaksanaan uji coba dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu : (1) menetapkan desain uji coba, (2) menentukan subjek uji coba, (3) penyusunan instrumen pengumpulan data, dan (4) menetapkan teknik analisis data.


(54)

3.2.4. Revisi Produk Utama

Setelah uji coba produk, maka dilakukan revisi produk dari hasil evaluasi ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk yang telah diujicobakan.

3.2.5. Uji Coba Lapangan

Pada tahap ini dilakukan uji lapangan terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba 30 siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang diambil secara acak atau random sampling.

3.2.6. Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji lapangan yang telah diujicobakan siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang yang berjumlah 30 siswa.

3.2.7. Hasil Akhir

Hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa model pengembangan permainan soccer ball bounce dalam pembelajaran sepakbola.

3.3 Uji Coba Produk

Uji coba produk bertujuan untuk memperoleh efektivitas, efisiensi, dan kebermanfaatan dari produk. Langkah – langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :

3.3.1 Desain Uji Coba

Desain uji coba yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan dan segi kemanfaatan produk yang dikembangkan. Uji coba produk


(55)

pengembangan melalui dua tahap, yaitu : Uji kelompok kecil ( dilakukan pada 10 siswa kelas VIII), dan uji coba lapangan (siswa kelas VIII yang berjumlah 30 subjek yang di ujikan sebanyak 3 kali). Desain uji coba yang dilaksakan terdiri dari :

3.3.1.1. Evaluasi Ahli

Sebelum produk pembelajaran yang dikembangkan diujicobakan kepada subjek, produk yang dibuat dievaluasi terlebih dahulu oleh satu ahli penjas (Mohammad Annas, S.Pd, M.Pd.) dan ahli pembelajaran (SUNARYANTO). Variable yang di evaluasi oleh ahli meliputi fasilitas dan perlengkapan, memainkan permainan, aktivitas siswa dalam permainan. Untuk menghimpun data dari para ahli digunakan kuesioner. Hasil evaluasi dari para ahli yang berupa masukan dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakan sebagai acuan dasar pengembangan produk.

3.3.1.2. Uji Coba Kelompok Kecil

Pada tahap ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli kemudian diuji cobakan kepada siswa SMP Negeri 13 Magelang Kota Magelang. Pada uji coba kelompok kecil ini menggunakan 10 siswa sebagai subjeknya. Pengambilan siswa dengan menggunakan sempel secara random karena karakteristik dan tingkat kesegaran jasmani siswa berbeda-beda.

Pertama-tama siswa diberikan penjelasan peraturan permainan yang kemudian melakukan uji coba permainan soccer ball bounce. Setelah selesai melakukan uji coba, siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang telah


(56)

dilakukan. Tujuan uji coba kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui tanggapan awal dari produk yang telah dikembangkan.

3.3.1.3 Revisi Produk Utama

Hasil dari data evaluasi satu ahli penjas dan satu ahli pembelajaran, serta uji coba kelompok kecil tersebut dianalisis, selanjutnya acuan untuk merevisi produk yang telah di buat.

3.3.1.4 Uji Coba Lapangan

Hasil analisis uji coba kelompok kecil serta revisi produk pertama, selanjutnya dilakukan uji lapangan. Uji lapangan ini dilakukan pada siswa kelas VIII SMP N 13 Magelang yang berjumlah 30 siswa dan dilakukan sebanyak 3 kali.

Pertama – tama siswa diberikan penjelasan peraturan permainan soccer ball bounce yang telah direvisi dan kemudian melakukan uji coba permainan soccer ball bounce. Uji coba permainan dilakukan sebanyak 3 kali dengan 10 pemain setiap ujicoba. Setelah selesai melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang permainan yang telah dilakukan.

3.3.2. Subjek Uji Coba

Adapun subjek yang teribat dalam penelitian antara lain : 1) Satu orang ahli Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. 2) Satu orang guru pembelajaran Penjasorkes.

3) Siswa dalam uji coba skala kecil sebanyak 10 orang. 4) Siswa dalam uji coba skala besar sebanyak 30 orang.


(57)

3.3.3. Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang berupa kritik dan saran dari ahli penjas dan pakar pembelajaran penjasorkes SMP secara lisan maupun tulisan sebagai masukan untuk bahan revisi produk. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari kuesioner siswa.

3.3.4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah berbentuk observasi, lembar evaluasi dan kuesioner. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan proses pembelajaran sepakbola di SMP N 13 Magelang. Lembar evaluasi digunakan untuk menghimpun data dari ahli penjas dan ahli pembelajaran. Koesioner digunakan untuk mengumpulkan data dari evaluasi ahli dan uji coba. Alasan memilih koesioner adalah jumlah subjek yang relatif banyak, sehingga data dapat diambil secara serentak dan waktu yang singkat. Kepada ahli dan siswa diberikan kuesioner yang berbeda. Koesioner ahli dititik beratkan pada produk pertama yang dibuat, sedangkan koesioner siswa dititik beratkan pada kenyamanan dalam menggunakan produk. Yaitu dalam permainan soccer ball bounce (sepakbola bola pantul)

Koesioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam koesioner berupa kualitas model permainan ketrampilan sepakbola. Serta komentar dan saran umum jika


(58)

ada. Rentang evaluasi dimulai dari “tidak baik” sampai dengan “sangat baik” dengan cara member tanda “ ” pada kolom yang tersedia.

1 : tidak baik 2 : kurang baik 3 : cukup baik 4 : baik

5 : sangat baik

Berikut ini adalah faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada koesioner ahli :

Tabel 3.1 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner

No Faktor Indikator Jumlah

1 Kualitas model Kualitas produk terhadap standart kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SMP

15

Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah pertanyaan, yang harus dijawab oleh siswa dengan alternatif jawaban “ya” dan “tidak”. Faktor yang digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif. Cara pemberian skor pada alternatif jawaban adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Skor jawaban kuesioner “ya” dan “tidak”

Alternatif jawaban Positif Negatif

Ya 1 0

Tidak 0 1


(59)

Berikut ini adalah faktor-faktor, indikator, dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa :

Tabel 3.3 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner

No Faktor Indikator Jumlah

1 Psikomotorik

Kemampuan siswa mempraktikkan variasi bermain dalam model permainan soccer ball bounce.

10

2 Kognitif

Kemampuan siswa memahami peraturan dan pengetahuan tentang model

permainan soccer ball bounce.

10

3 Afektif

Menampilkan sikap dalam bermain model permainan soccer ball bounce, serta nilai kerjasama, sportifitas, dan kejujuran.

10

3.3.5. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan teknik analisis deskriptif berbentuk persentase. Sedangkan data yang berupa saran dan alasan memilih jawaban dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif.

Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari (Sukirman.dkk, 2003: 879), yaitu:

f =

X 100 % Keterangan:

f = angka persentase.


(60)

N = banyaknya individu. 100% = konstanta

Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian diklsifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada table 4 akan ditampilkan klasifikasi persentase.

Table 3.4 Klasifikasi Persentase

Pesentase Klasifikasi Makna

0 – 20 % 20,1 – 40 % 40,1 – 70 % 70,1 – 90 % 90,1 – 100 %

Tidak baik Kurang baik

Cukup baik Baik Sangat baik

Dibuang Diperbaiki Digunakan (bersyarat)

Digunakan Digunakan Sumber Guilford (Dalam Faqih, 1996 : 57)


(61)

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN

4.1. Penyajian Data Hasil Uji Coba

4.1.1. Data Analisis Kebutuhan

Untuk mengetahui permasalahan – permasalahan yang terjadi di lapangan terutama berkaitan dengan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan, melakukan observasi pembelajaran dan melakukan studi pustaka / kajian literatur.

Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi dasar permainan sepak bola, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktikan berbagai variasi gerak dasar ke dalam permainan dan olahraga dengan peraturan yang dimodifikasi serta nilai – nilai yang terkandung didalamnya. Selama ini, pembelajaran olahraga dilakukan secara konvesional tanpa melakukan sesuatu variasi dan pengembangan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti berusaha mengembangkan model permainan sepak bola melalui permainan soccer ball bounce bagi siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik untuk


(62)

lebih berpeluang mengeksploitasi gaya bermain dan dapat bergerak secara luas dan bebas sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa.. Produk yang hasilkan juga diharapkan dapat membantu guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran sepak ke dalam permainan sederhana yang lebih bervariasi dengan menggunakan produk yang dihasilkan ini.

4.1.2. Diskriptif Draf Produk Awal

Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan berupa model permainan sepakbola yang sesuai dengan siswa SMP. Tahapan selanjutnya yang dilakukan adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai beriku :

1) Analisis tujuan dan karakteristik permainan sepakbola di Sekolah Menengah Pertama.

2) Analisis karakteristik siswa SMP.

3) Mengkaji literature tentang prinsip-prinsip atau cara membuat atau mengembangkan modifikasi permainan sepakbola.

4) Menetapkan prinsip-prinsip untuk mengembangkan model permainan sepakbola.

5) Menetapkan tujuan, isi, dan strategi pengelola pembelajaran. 6) Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. 7) Menyusun produk awal model permainan sepakbola.

Setelah melalui proses desain dan produksi maka dihasilkan produk awal model permainan sepakbola yang sesuai bagi siswa SMP. Berikut ini adalah draft


(63)

produk awal permainan soccer ball bounce yang sesuai bagi siswa SMP sebelum di evaluasi oleh ahli dan guru Penjasorkes SMP.

4.1.3. Draft Produk Awal Permainan Soccer Ball Bounce

4.1.3.1. Pengertian Model Permainan Soccer Ball Bounce

Permainan soccer ball bounce adalah sebuah permainan modifikasi yang sangat sederhana, yaitu permainan yang mengandung kerjasama, kelincahan, koordinasi, ketepatan untuk melakukan permainan sepakbola dalam sebuah lapangan sepakbola yang lebih kecil. Permaian soccer ball bounce (sepakbola pantul bola) adalah permainan sepakbola yang menggunakan papan pantul sebagai garis lapangannya, sehingga seluruh garis lapangan tertutup oleh papan.

Permainan ini dilakukan secara kelompok atau tim, lapangan yang digunakan merupakan modifikasi dari lapangan sepakbola mini atau lapangan futsal, dikarenakan sulit untuk menemukan sebuah lapangan sepakbola di tengah kota. Lapangan soccer ball bounce berbentuk persegi panjang seperti lapangan sepakbola pada umumnya. Dalam permainan soccer ball bounce ini bola out atau keluar lapangan akan jarang terjadi, karena sebagian garis batas lapangan tertutup dengan papan-papan yang berfungsi sebagai pelengkap permainan dan juga bisa menjadi rekan satu tim apabila dibutuhkan.


(64)

4.1.3.2. Peraturan Permainan

Permainan ini dilakukan secara kelompok, siswa dibagi menjadi 2 kelompok/tim dengan jumlah 10 siswa tiap tim nya. Dengan peraturan sebagai berikut :

1. Permainan dilakukan di lapangan dengan ukuran 20m x 13 m. 2. Bola yang digunakan adalah bola futsal.

3. Menggunakan perlengkapan pemain dengan lengkap dan benar. 4. Tidak ada tendangan sudut dan offside.

5. Jumlah pemain dalam skala kecil dan skala besar sama, yaitu 10 orang dengan lama permainan 15 menit dan terdiri dari satu babak.

4.1.3.3. Sarana dan Prasarana

1. Bola

Bola yang dipergunakan adalah bola sepak, atau bisa juga menggunakan bola futsal


(65)

2. Lapangan permainan soccer ball bounce ini berukuran 20 m X 13 m. Dan seluruh bagian pembatas lapangan nya adalah papan.

13 meter

20 meter

Keterangan: : Tim 1 : Tim 2 : Titik Pinalti

dan : Pembatas Lapangan (papan pantul) Gambar 4.2 Lapangan permainan sepakbola modifikasi

3. Gawang

Gawang yang digunakan dari dua tiang setinggi 75 centimeter dan lebar 100 centimeter. Gawang terbuat dari pipa pralon/kayu.


(66)

Gambar 4.3 Gawang sepakbola modifikasi 4. Papan Pantul

Papan pantul digunakan sebagai pengganti garis lapangan, yang berguna sebagai pemain tambahan (teman satu tim). Papan pantul dapat menggunakan papan atau meja bekas (rusak).

Gambar 4.4 Papan pantul 5. Jumlah Pemain

Jumlah pemain dalam pertandingan adalah 10 pemain yang masing-masing tim 5 orang dan tanpa ada penjaga gawang.

6. Perlengkapan Pemain

Pemain memakai pakaian olahraga/rompi olahraga Pemain menggunakan sepatu olahraga

100 centimeter


(67)

4.1.4. Validasi Ahli

4.1.4.1. Validasi Draf Produk Awal

Produk awal pengembangan model permainan soccer ball bounce pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebelum di uji cobakan dalam uji kelompok kecil, produk yang dihasilkan perlu dilakukan validasi oleh para ahli yang sesuai dengan bidang penelitian ini. Peneltian ini melibatkan (1) ahli penjas yang berasal dari dosen, yaitu Mohammad Annas, S.Pd, M.Pd dan (2) ahli pembelajaran, yaitu SUNARYANTO.

Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf produk awal model permainan soccer ball bounce, dengan disertai lembar evaluasi untuk ahli dan guru penjas Sekolah Menengah Pertama (SMP). Lembar evaluasi berupa kuesioner yang berisi askep kualitas model permainan, saran, serta komentar dari ahli penjas dan guru penjas Sekolah Menengah Pertama terhadap model permainan soccer ball bounce. Hasil evaluasi berupa nilai dari aspek kualitas model pembelajaran dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5, caranya dengan mencontreng salah satu angka yang terdapat pada lembar evaluasi tersebut.

4.1.4.2. Deskripsi Data Validasi Ahli

Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para ahli, merupakan pedoman untuk menyatakan apakah produk model permainan soccer ball bounce ini dapat digunakan untuk uji coba skala kecil dan uji coba lapangan. Hasil


(1)

ANALISIS DATA UJI SKALA BESAR (N=30)

NO PERTANYAAN HASIL

JAWABAN PROSENTASE KRITERIA MAKNA

1

Apakah menurut kamu model pengembangan permainan soccer ball bounce merupakan permainan yang sulit?

tidak 87 baik digunakan

2

Apakah kamu bisa memainkan model permainan soccer ball bounce?

ya 100 sangat baik digunakan

3

Apakah kamu merasa kesulitan dalam

memainkan permainan soccer ball bounce ini?

tidak 73 baik digunakan

4

Apakah dalam model permainan soccer ball bounce ini kamu merasa senang?

ya 97 sangat baik digunakan

5

Apakah selama bermain soccer ball bounce kamu mudah memberikan operan bola kepada teman?

ya 80 baik digunakan

6

Apakah selama bermain soccer ball bouncekamu mudah menerima operan bola dari teman?

ya 70 cukup baik digunakan

bersyarat

7

Apakah kamu merasa kesulitan untuk melakukan serangan dalam permainan soccer ball bounceini?

tidak 80 baik digunakan

8

Apakah kamu merasa sulit untuk melakukan pertahanan dalam permainan soccer ball bounce ini?

tidak 80 baik digunakan

9

Apakah kamu merasa sulit saat mencetak gol dalam permainan soccer ball bounce ini?

tidak 63 cukup baik digunakan

bersyarat Lanjutan Lampiran 13


(2)

10

Apakah cara bermain permainan soccer ball bounce ini lebih mudah dari permainan

sepakbola yang pernah kamu kenal?

ya 60 cukup baik digunakan

bersyarat

11

Apakah kamu tahu cara bermain model

permainan soccer ball bounce ini?

ya 97 sangat baik digunakan

12

Apakah kamu tahu perbedaan permainan ini dengan sepakbola sesungguhnya?

ya 83 baik digunakan

13

Apakah kamu tahu tentang peraturan yang ada dalam dalam permainan soccer ball bonce?

ya 87 baik digunakan

14

Apakah dalam bermain kamu bisa mematuhi peraturan yang ada pada permainan soccer ball bounce?

ya 83 baik digunakan

15

Apakah setiap pemain wajib mentaati peraturan dalam permainan soccer ball bounce?

ya 93 sangat baik digunakan

16

Menurut kamu, apakah memainkan permainan soccer ball bounce ini perlu kerjasama satu tim dengan yang lain?

ya 90 baik digunakan

17

Apakah dalam

permainan soccer ball bounce ini setiap tim harus kompak?

ya 97 sangat baik digunakan

18

Apakah kamu tahu tugas wasit dalam permainan soccer ball bounce?

ya 73 baik digunakan

19

Apakah seorang wasit akan memberikan teguran kepada pemain yang tidak menaati peraturan?


(3)

20

Apakah permainan soccer ball bounce ini dapat dimainkan oleh semua orang?

ya 80 baik digunakan

21

Apakah kamu tertarik dengan model permainan soccer ball bounce?

ya 80 baik digunakan

22

Apakah kamu merasa gembira setelah membuat gol dalam permainan soccer ball bonce ini?

ya 93 sangat baik digunakan

23

Apakah kamu senang melakukan/memainkan permainan soccer ball bounce ini?

ya 93 sangat baik Digunakan

24

Apakah kamu semangat dalam melakukan permainan soccer ball bounceini?

ya 90 baik Digunakan

25

Apakah kamu bisa menerima seandainya kalah dalam bertanding?

ya 80 baik Digunakan

26

Apakah kamu bisa menghormati lawan saat bertanding dalam soccer ball bounce?

ya 93 sangat baik Digunakan

27

Apabila dalam permainan kamu

melakukan pelanggaran, apakah kamu akan segara minta maaf?

ya 100 sangat baik Digunakan

28

Apakah kamu bisa menerima keputusan wasit apabila kamu melakukan pelanggaran dalam permainan ini?

ya 87 baik Digunakan

29

Apakah kamu ingin bermain soccer ball bounce ini lagi?

ya 93 sangat baik Digunakan

30

Menurut kamu, peralatan yang digunakan dalam permainan soccer ball bounceini apakah menarik?


(4)

DOKUMENTASI

SISWA SMP N 13 MAGELANG


(5)

PEMANASAN PERMAINAN SOCCER BALL BOUNCE


(6)

KICK OFF PERMAINAN SOCCER BALL BOUNCE