. Latar Belakang Penelitian PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN SEPAKBOLA MELALUI PERMAINAN SOCCER BALL BOUNCE PADA SISWA KELAS V III SMP N 13 MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang Penelitian

Pengertian pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Seiring dengan kemajuan daya pikir dan daya cipta manusia, perubahan dan perkembangan jaman semakin maju. Keinginan manusia untuk selalu menemukan halyang baru membuat dunia semakin berwarna dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di semua aspek kehidupan. Dunia Olahraga adalah salah satu contoh ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan semua itu juga harus diiringi dengan berkembangnya sumber daya manusia itu sendiri. Dan salah satu cara untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia adalah melalui bidang pendidikan. Salah satu upaya itu adalah mewujudkan manusia yang sehat, kuat, trampildan bermoral melalui pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar dapat menghasilkan generasi muda yang baik, bertanggung jawab, berdisiplin, berkepribadian, kuat jiwa raga serta berkesadaran nasional. Dengan demikian akan lebih mampu mengisi dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara tercinta Indonesia. Pendidikan jasmani adalah wahana untuk mendidik anak. Para ahli sepakat, bahwa pendidikan jasmani merupakan media untuk membina anak agar kelak mereka mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan tercapai melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani. Aktivitas Jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang terpilih. Penjasorkes merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, perseptual, kognitif, social, dan emosional Abdulkadir Ateng, 1992:4.. Selama ini, pembelajaran olahraga dilakukan secara konvensional tanpa melakukan suatu variasi dan pengembangan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang secara rutin dilakukan dengan cara dan urutan yang relatif sama. Model pembelajaran yang biasa dilakukan dalam pembelajaran mata pelajaran olahraga terdiri dari ceramah dan pemberian contoh, kemudian siswa mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan guru biasanya hanya mengawasi. Pada tahap berikutnya seorang guru melakukan penilaian sebagai bentuk evaluasi dari materi yang diajarkan atau yang dilakukan oleh para siswa. Padahal jika seorang guru melakukan dengan pengembangan model pembelajaran yang menarik maka anak didik akan cepat meresap materi yang diajarkan dan tidak akan bosan. Pembelajaran seperti ini memiliki kekurangan yaitu kurang mengoptimalkan keterlibatan siswa untuk menemukan dan mempraktekkan materi secara mandiri, sehingga kemampuan atau potensi dari anak didik tidak akan keluar sehingga seorang guru tidak akan tahu seberapa jauh kemampuan seorang siswa tersebut. Selain itu siswa cenderung bersifat individualis karena kurangnya interaksi atau komunikasi untuk berkembang secara bersama-sama dan berbagi pengalaman yang dimiliki. Dalam proses pembelajaran seorang guru pasti menemukan suatu kejenuhan, ketidakcocokan, dan berbagai permasalahan lainnya dengan siswa terkait dengan gejala tersebut. Ditinjau dari tiga ranah tujuan pembelajaran yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa tidak akan berkembang dan maksimal dalam proses pembelajaran apabila terjadi hal-hal tersebut. Seorang siswa tidak akan mampu menerima dan menangkap pengetahuan secara benar jika emosional siswa menolak dan akan merasa jenuh. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya sebuah pengembangan model pembelajaran sebagai strategi pelaksanaan pembelajaran bagi siswa yang harus dikembangkan dan dikemas dengan menarik agar siswa tertantang dan mampu mengatasi permasalahan ini. Dengan adanya modifikasi dan pengembangan permainan sepakbola ini diharapkan siswa menjadi lebih aktif unuk mengikuti mata pelajaran penjasorkes. Sehingga standar kompetensi yang ada pada kurikulum bisa tercapai dengan baik. Rusli Lutan 1988 menyatakan : modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, dengan tujuan agar : 1 Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran 2 Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi 3 Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. SMP Negeri 13 Magelang Kabupaten Magelang terletak di jalan Pahlawan 167 Kota Magelang Utara dengan luas area 10.550 m 2 . Tidak semua SMP Negeri yang ada di wilayah Kota Magelang memiliki lapangan atau halaman untuk berolahraga pada umumnya secara lengkap, termasuk SMP Negeri 13 Magelang yang hanya mempunyai halaman sekolah yang tidak luas yang biasanya digunakan untuk kegiatan upacara bendera. Selain halaman sekolah digunakan untuk kegiatan upacara, halaman tersebut juga dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar penjas. Sebenarnya lahan tersebut kurang layak digunakan sebagai tempat belajar mengajar penjas, karena lahan tersebut tergolong sempit untuk kegiatan belajar mengajar. Sehingga guru penjas harus pandai memanfaatkan areal tersebut serta dapat memodifikasi permainan-permainan agar pembelajaran penjas menjadi lebih efektif serta menyenangkan. Telah dilakukan survei di SMP Negeri 13 Magelang untuk mengetahui sarana dan prasarana olahraga sepakbola. Serta mengetahui proses belajar mengajar pendidikan jasmani khususnya pembelajaran permainan sepakbola, dan mengetahui efektivitas permainan sepakbola yang diajarkan kepada peserta didik Sekolah Menengah Pertama SMP. Hasil survei sarana dan prasarana olahraga sepakbola di SMP Negeri 13 Magelang terlihat pada tabel berikut. Tabel 1.1 Hasil Survei Sarpras Sepakbola SMP Negeri 13 Magelang NO Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi 1 Bola Sepak 4 Sedang 2 Gawang 2 Cukup baik 3 Lapangan Sepak bola _ _ 4 Kerucut 8 Baik Sumber hasil survei awal 2012 Sesuai dengan kompetensi dasar pada materi permainan bola besar khususnya sepakbola, disebutkan bahwa siswa dapat mempraktikkan teknik dasar permainan sepak bola dengan peraturan yang dimodifikasi untuk menarik minat dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes dan meningkatkan kesegaran jasmani. Peneliti mengamati dalam proses pembelajaran sepakbola siswa kelas VIII yang berlokasi di SMP Negeri 13 Magelang. Di lokasi penelitian hasil pengamatan yang diperoleh masih jauh dari harapan dan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa serta permainan sepakbola yang diajarkan belum dimodifikasi. Pada Proses pembelajaran sepakbola ditemui beberapa hal : 1 Sarana dan prasarana yang digunakan tidak sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan siswa. Contoh : Lapangan yang dipergunakan tidak menggunakan lapangan ukuran standar dan di pakai untuk berbagai macam cabang olahraga. 2 Peraturan permainan sepak bola yang digunakan adalah peraturan sebenarnya permainan sepak bola. 3 Diketahui ada beberapa siswa khususnya siswa putri yang mengeluh merasa sakit ketika menendang bola, karena tekanan udara pada bola tidak dikurangi sehingga saat di tendang bola terasa berat dan keras. 4 Diketahui ada beberapa siswa ketika mengikuti pembelajaran hanya duduk- duduk saja dan tidak aktif mengikuti pembelajaran sepak bola. 5 Pembelajaran permainan sepak bola yang diberikan oleh guru masih belum dikemas dalam bentuk modifikasi, sehingga dijumpai siswa yang merasa tidak senang, bosan, dan malas untuk bergerak dan mengikuti pelajaran penjasorkes. Dari latar belakang diatas peneliti dapat memberikan alasan mengapa permasalahan tersebut perlu untuk diteliti, yaitu: 1 Paradigma pembelajaran penjasorkes dahulu lebih menekankan anak harus bisa menguasai teknik yang diberikan dengan baik, namun paradigma pembelajaran penjas yang berkembang sekarang bahwa yang terpenting anak sudah bergerak dan gembira merupakan tujuan utama dari pendidikan jasmani yang baik. 2 Agar siswa mampu mengenal lebih dahulu arti penting olahraga pada umumnya dan penjas pada khususnya sehingga tujuan dari penjas dan olahraga dapat tercapai. 3 Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup.

1.2 . Rumusan Masalah