Czarnobilska memaparkan bahwa patogenesis dermatitis kontak nikel dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu 1 nikel berikatan dengan protein ekstraseluler dan
kemudian oleh antigen precenting cell APC akan disajikan sebagai molekul MHC klas II yang akan mengaktifkan limfosit CD4+ untuk memproduksi semakin banyak IL-5, 2
nikel akan berpenetrasi kedalam sel dan berikatan dengan protein intraseluler dan selanjutnya disajikan sebagai molekul MHC klas I yang meningkatkan aktivitas limfosit
CD8+ sehingga produksi sitokin meningkat, atau 3 nikel dapat juga berperan sebagai superantigen dengan cara berikatan dengan molekul MHC Klas II dan menyebabkan
peningkatan proliferasi limfosit melalui ikatannya dengan reseptor TCR.
22
2.1.6 Diagnosis A. Anamnesis penyakit
Diagnosis dermatitis kontak nikel dapat ditegakkan melalui anamnesis, seperti riwayat penyakit, riwayat keluarga, observasi klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
uji tempel. Riwayat keluarga perlu ditanyakan karena genetik, walaupun dalam persentasi
yang kecil, diduga mempunyai peranan terhadap kesensitivitasan seseorang terhadap nikel yang akan mempermudah seseorang menderita dermatitis kontak nikel dan bila seseorang
tersensitisasi oleh nikel maka semakin besar resiko anggota keluarga derajat 1 dari pasien tersebut untuk tersensitisasi.
20
Tetapi, lingkungan merupakan faktor yang paling berperan sebagai penyebab dermatitis kontak nikel, seperti melalui inhalasi, ingesti dan kontak
langsung.
12
Paparan terhadap nikel pada manusia yang secara inhalasi adalah melalui polusi udara, secara ingesti melalui konsumsi makanan dengan kandungan nikel yang
Universitas Sumatera Utara
tinggi seperti gandum, coklat, gelatin, kacangan-kacangan, dan beberapa jenis ikan dengan kadar melebihi 0,6 mghari dan yang paling sering adalah melalui kontak langsung dengan
alat-alat yang mengandung nikel.
10,11
Beberapa faktor predisposisi dapat meningkatkan resiko dermatitis kontak nikel, antara lain semakin banyak dan seringnya partikel-partikel
nikel terpapar ke kulit yaitu bila lebih dari 0,5 μgcm
2
minggu melalui pemakaian peralatan- peralatan yang mengandung nikel, adanya campuran bahan-bahan lain yang mempermudah
pelepasan nikel ke kulit, keadaan kulit pada saat kontak durasi, temperatur dan pH kulit dan keadaan sawar epidermis sedang mengalami inflamasi, adanya mikroorganisme,
dimana keadaan–keadaan tersebut dapat meningkatkan bioavailabilitas ion-ion nikel.
2,12,24
B. Gambaran klinis
Secara garis besar lesi dermatitis nikel dapat dibagi menjadi lesi lokal dan lesi sistemik. Lesi lokal timbul melalui paparan kontak langsung, sedangkan lesi sistemik
biasanya timbul akibat paparan melalui inhalasi dan ingesti.
12
Calnan mengklasifikasikan lesi lokal dari dermatitis nikel menjadi 2 kelompok : a Lesi primer : lesi yang timbul pada lokasi kontak langsung dengan nikel lesi
eksematosa dan terkadang papular. Lesi eksematosa berupa papul-papul, vesikel-vesikel yang dijumpai pada lokasi kontak langsung dan b lesi sekunder : lesi yang timbul
simetris dengan lokasi kontak langsung dan berhubungan dengan aktivitas lesi primer. Paparan dengan peralatan yang hanya mengandung sedikit nikel dan hanya sesaat hanya
akan menimbulkan gambaran klinis berupa eritema. Lokasi lesi sekunder paling sering timbul adalah lipat siku, kelopak mata, leher dan wajah dan terkadang lesi dapat menjadi
generalisata.
10
Beberapa penderita dermatitis kontak nikel melaporkan bahwa lesi
Universitas Sumatera Utara
semakin berat terutama pada musim kemarau karena penderita akan semakin banyak mengeluarkan keringat. Pada saat berkeringat kandungan klorida pada keringat akan
meningkat sehingga menguraikan garam-garam nikel dan mengakibatkan peningkatan absorbsi garam-garam nikel ke kulit.
12
Lesi akibat alergi nikel secara sistemik dapat dijumpai disemua lokasi tubuh, tetapi tangan merupakan lokasi tersering dijumpainya lesi ini, dengan gambaran klinis
berupa pomfoliks atau seperti gambaran dermatitis tangan pada umumnya. Beberapa fakta yang membuktikan paparan nikel melalui ingesti juga dapat menyebabkan lesi
antara lain, a timbulnya eksema dan atau reaksi uji tempel positif bila dilakukan uji nikel secara oral, b lesi mengalami perbaikan bila penderita melakukan diet nikel, c
lesi membaik dengan pemberian disulfiram secara oral yang mempunyai efek melarutkan nikel dan meningkatkan ekskresi nikel.
12
2.2 Derajat kepositifan uji tempel