PENDAHULUAN Ir. Jeddi Daud, M.Eng 4. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si

16

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Pada 26 Desember 2004, bencana gempa bumi dan tsunami menghancurkan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, membawa dampak yang sangat luas di kedua propinsi tersebut, terutama Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Belum cukup penderitaan yang dialami masyarakat di kedua propinsi tersebut, tiga bulan berselang, tepatnya pada tanggal 28 Maret 2005 terjadi gempa bumi yang sekali lagi melanda wilayah kedua propinsi tersebut. Ini menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada bidang infrastruktur dan perumahan Harian Serambi Indonesia, 2005. Berdasarkan data dari International Organization for Migration IOM sekitar 173.673,01 hektare wilayah pemukiman mengalami dampak akibat bencana 34.8 diantaranya hancur total, rumah yang rusak mencapai 116.880 unit 57 hancur total, 12 mengalami kerusakan yang sangat parah. Di bidang infrastruktur, jalan arteri mengalami kerusakan sepanjang 654 km 27,5 hancur total, 45,5 rusak parah, jalan pemukiman yang mengalami kerusakan sepanjang 1.361 km 33,7 hancur total, 21 rusak parah, jalan propinsi rusak sepanjang 603 km 38 hancur total, 14 rusak parah, sedangkan jumlah jembatan yang mengalami kerusakan Universitas Sumatera Utara 17 2.267 unit 66,5 hancur total, 18 rusak parah, saluran air yang rusak berjumlah 9.122 unit 83 hancur total, 6 rusak parah IOM, 2005. Terkait dengan pengembangan kehidupan masyarakat, infrastruktur dan perumahan mempunyai peran penting dalam mendukung upaya mengembangkan kehidupan masyarakat dan wilayah, infrastruktur berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui efisiensi di bidang produksi, transportasi, komunikasi, dan transaksi. Peran infrastruktur juga sangat penting dalam mendukung perkembangan sosial kemasyarakatan, termasuk di dalamnya mendukung upaya mewujudkan lingkungan permukiman yang sehat dan berbudaya, serta mampu menimbulkan rasa aman masyarakat terhadap ancaman bencana alam. Dalam konteks pengembangan wilayah, infrastruktur mempunyai peran utama sebagai driving force dan sekaligus tulang punggung untuk menggerakkan dinamika peri-kehidupan suatu wilayah. Jumlah rumah yang dibangun dalam rangka rekonstruksi dan rehabilitasi pasca tsunami khususnya di Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan sebanyak 216 rumah yang tersebar di 18 desa. Hanya ada satu desa yang tidak menerima bantuan pembangunan rumah yaitu desa Jambo Manyang. Jumlah bantuan rumah juga bervariasi. Kedai Padang merupakan desa dengan bantuan rumah terbanyak yaitu 30 rumah sedangkan desa dengan bantuan rumah paling sedikit terdapat di desa Krueng Batee yang hanya berjumlah 3 unit IOM, 2005. Pemerintah dengan berbagai undang-undangnya telah mengatur berbagai hal tentang perumahan ini melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. Universitas Sumatera Utara 18 6 Tahun 1962 Tentang Pokok-Pokok Perumahan. Pada Pasal 1. Ayat 2 Perwakilan negara asing dan warga negara asing dapat membangun perumahan untuk keperluannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk pemerintah. Kemudian pada Pasal 2. Ayat 1 Pemakaian atau penggunaan perumahan adalah sah apabila memperoleh persetujuan pemilik. Pada Pasal 3. Ayat 1 Urusan perumahan diatur oleh Menteri Sosial, kecuali yang termasuk bidang Departemen lain dan ayat 2 Ketentuan- ketentuan pidana yang diperlukan dalam melaksanakan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini ditetapkan tersendiri dalam Peraturan-peraturan Pemerintah yang mengatur pelaksanaannya. PP Pengganti UU, 1962. Dalam proses pembangunan kembali daerah bencana, perencanaan yang berbasis masyarakat merupakan suatu tahapan penting dimana kehidupan masa depan digagas dan hendak diwujudkan. Suatu perencanan akan efektif apabila masyarakat sebagai subyek dan sekaligus obyek pembangunan dilibatkan dalam proses perencanaan, untuk secara bersama-sama ikut memberikan kontribusi pemikiran mengenai wujud masa depan yang mereka kehendaki. Untuk itu, proses penjaringan aspirasi masyarakat menjadi syarat penting dalam proses penyusunan pembangunan yang aspiratif. Karena partisipasi masyarakat merupakan bagian dari sebuah proses pembangunan, dimana sebuah pembangunan idealnya harus mengusung aspek sosial dalam arti mampu mengakomodasikan kepentingan, aspirasi dan concerns masyarakat yang terkena pengaruh pembangunan tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Pengakomodasian kepentingan masyarakat salah satunya dapat Universitas Sumatera Utara 19 dilakukan dengan mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap pembangunan yang sedang ataupun akan dilakukan. Oleh karena itu pembangunan yang partisipatif juga sangat penting dilakukan dalam pembangunan kembali daerah yang terkena bencana, karena dalam konsep maupun praktek, perencanaan partisipatif tidak pernah terlepas dari pelibatan, peranserta, dan pemberdayaan masyarakat. Konsep perencanaan partisipatif dalam praktek dapat dilakukan dalam bentuk organisasi apapun, baik organisasi tertutup maupun terbuka, formal mapun informal sehingga dapat dikatan merupakan bagian dari praktek dalam sistem jaringan dan kelembagaan proses pembangunan. Peran serta masyarakat membuka kemungkinan keputusan yang diambil didasarkan kebutuhan, prioritas dan kemampuan masyarakat. Hal ini akan dapat menghasilkan rancangan rencana, program dan kebijaksanaan yang lebih realistis. Selain itu memperbesar kemungkinan masyarakat bersedia dan mampu menyumbang sumber daya mereka seperti uang dan tenaga. Selanjutnya peran serta masyarakat merupakan salah satu komponen yang harus diikutsertakan dalam aktifitas pembangunan. Peran serta masyarakat menjamin penerimaan dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dibangun Conyers,1982. Peran serta masyarakat dalam proses pembangunan telah diakui secara luas sebagai pendekatan yang efektif, hal tersebut karena berbagai alasan berikut ini, yaitu: 1 secara rasional pragmatis, peran serta masyarakat merupakan sarana untuk mendapatkan pandangan tentang kondisi dan kebutuhan lokal; 2 secara logis, masyarakat akan merasan memiliki dan loyal terhadap pembangunan apabila mereka Universitas Sumatera Utara 20 dilibatkan dalam persiapan dan pelaksanaannya; dan 3 secara filosofis, peran serta masyarakat adalah bentuk dasar hak demokrasi dimana masyarakat mempunyai hak untuk menentukan pembangunannya sendiri planning for people Conyers, 1982 Peran serta atau partisipasi masyarakat dianggap dapat menjadi kunci keberhasilan pembangunan sampai pada tingkat bawah. Sebagai contoh, Uma Lele mengulas proyek-proyek pembangunan pedesaan Afrika dan menemukan bahwa peranserta merupakan suatu komponen positif dan penting. “Peranserta dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program dapat mengembangkan kemandirian self-reliance yang dibutuhkan oleh para anggota masyarakat pedesaan demi akselerasi pembangunan”. Diungkapkan bahwa hal terbaik untuk meramalkan keberhasilan ialah banyaknya atau besarnya aksi lokal dalam proyek Burke, 2004. Dalam persepsinya Burke: 2004, perencanan pembangunan yang menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dilihat sebagai “a negotiated social prosess”. Artinya perencanaan pembangunan bukanlah fokus utama, namun merupakan suatu proses yang memberikan ‘ruang bagi publik’ dan aktor pembangunan lainnya untuk mengekspresikan dan menegosiasikan masalah mereka dalam proses perencanaan pembangunan tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menunjukkan proses dimana masyarakat mampu mempengaruhi dan mengendalikan sumberdaya dan keputusan public yang langsung terkait dengan kepentingan mereka. Serta yang tidak kalah penting adalah bahwa perubahan penting dalam menerapkan perencanaan pembangunan partisipatif adalah bagaimana Universitas Sumatera Utara 21 masyarakat belajar bersama untuk mengenali dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Midgley mengatakan bahwa secara umum, partisipasi masyarakat dapat diartikan sebagai keikutsertaan, keterlibatan, dan kebersamaan anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Keterlibatan tersebut dimulai dari gagasan, perumusan kebijaksanaan, hingga pelaksanaan program. Partisipasi secara langsung berarti anggota masyarakat tersebut ikut memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan yang dilaksanakan. Partisipasi tidak langsung berupa bantuan keuangan, pemikiran, dan materi yang dibutuhkan Midgley, 1986. Meningkatkan partisipasi masyarakat tidaklah semata-mata berarti melibatkan masyarakat dalam tahap perencanaan atau dalam evaluasi pembangunan belaka. Dalam partisipasi tersirat makna dan integritas keseluruhan pembangunan. Partisipasi merupakan sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain; partisipasi berarti perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan suatu pembangunan sehubungan dengan kehidupan masyarakat Midgley, 1986. Selanjutnya Midgley 1986 mengatakan bahwa dari sudut pandang politik, partisipasi dibedakan atas dua macam, yaitu partisipasi otonomik dan partisipasi mobilisasi. Partisipasi otonomik muncul dari kesadaran, kamauan sendiri dan sukarela, sedangkan partisipasi mobilisasi digerakkan bahkan kadang-kadang dipaksakan. Penganut partisipasi yang menganggap sebagai hak demokrasi memberi Universitas Sumatera Utara 22 nilai tinggi pada partisipasi otonomik, tetapi pada kenyataannya banyak partisipasi yang dimulai dengan mobilisasi. Peranserta bukannya disamakan dengan politik pemilihan umum electorical politics melainkan diberi arti yang lebih pragmatis yakni melibatkan masyarakat dalam tindak-tindak administratif yang mempunyai pengaruh langsung terhadap mereka. Peranserta biasanya dihargai karena alasan-alasan yang amat pragmatis, yakni bahwa ia dapat menghasilkan informasi yang berguna dan sering dapat memperbaiki rancangan proyek. Selain itu semua, nilai peran serta sangat bervariasi, bergantung pada siapa yang berperanserta, pada tahap administratif yang mana, dan apa jenis kegiatan yang dilakukan oleh partisipan atau pemeranserta itu. Menentukan jenis- jenis peranserta yang tepat untuk suatu tugas tertentu dan keadaan tertentu merupakan hal yang lebih penting daripada sekedar penilaian mengenai ada tidaknya peranserta. Peranserta yang lebih banyak tidak selalu lebih baik, karena nilainya bergantung pada jenis partisipasi, keadaan dan lingkungan, pelaku partisipasi, dan kepentingan yang dilayani oleh partisipasi itu. Bentuk dari partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah memanfaatkan perumahan yang telah dibangun serta sarana dan prasarana yang telah dibangun dengan maksimal. Namun kenyataannya adalah banyak hal yang timbul kemudian. Hal ini mungkin saja menunjukkan masih belum baiknya kualitas rumah yang dibangun atau kualitas rumah yang dibangun tidak memenuhi harapan maupun ekspektasi masyarakat. Universitas Sumatera Utara 23 Begitu pula halnya sarana dan prasarana, ketidakpuasan masyarakat terhadap rumah yang dibangun dapat terlihat jelas dari sikap masyarakat yang menempati rumah yang dibangun, namun ketidakpuasan atas kualitas infrastruktur yang ada masih menjadi pertanyaan. Berbagai penyebab ketidakpuasan tersebut sebaiknya digali dan dieksplorasi kembali dengan melihat bagaimana kepuasan masyarakat terhadap kualitas perumahan dan infrastruktur yang dibangun pasca terjadinya tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis memilih judul: “Analisis Hubungan Kepuasan Masyarakat Akan Pembangunan Perumahan dan Infrastruktur Pasca Bencana Alam Dengan Pengembangan Wilayah di Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan”.

1.2. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah diatas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan perumahan dengan pengembangan wilayah?. 2. Apakah ada hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan infrastruktur dengan pengembangan wilayah?. Universitas Sumatera Utara 24 3. Apakah ada hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan perumahan dan pembangunan infrastruktur secara bersama-sama dengan pengembangan wilayah?.

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan pengembangan wilayah di Kecamatan Kluet Utara Kabupaten Aceh Selatan. Adapun tujuan dari penelitian ini secara khusus adalah: 1. Untuk menganalisis hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan perumahan dengan pengembangan wilayah. 2. Untuk menganalisis hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan infrastruktur dengan pengembangan wilayah. 3. Untuk menganalisis hubungan antara kepuasan masyarakat akan pembangunan perumahan dan pembangunan infrastruktur secara bersama-sama dengan pengembangan wilayah.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi: 1. Pemerintah sebagai bahan evaluasi keberhasilan pembangunan perumahan dan pembangunan infrastruktur pasca bencana alam yang terjadi, dan sebagai bahan masukan untuk mengambil langkah-langkah dan kebijakan untuk melanjutkan pembangunan perumahan dan pembangunan infrastruktur yang telah ada. Universitas Sumatera Utara 25 2. Bermanfaat bagi masyarakat yang merasakan manfaat dari pembangunan perumahan dan infrastruktur pasca bencana alam sehingga dapat menjaga perumahan dan infrastruktur yang ada agar pengembangan wilayah dapat terus berkelanjutan dimasa yang akan datang. 3. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan di wilayah yang terkena bencana alam lainnya dan memasukkan variabel-variabel lain yang belum diteliti. Universitas Sumatera Utara 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA