pengamansetiap kali berada dalamkendaraan yang bergerak. Secara normalnya jugadapatsecara
verbalmenjelaskanpersepsi mengenaidiri
sendiridan tingkatkompetensi yang dimilikiDennis, 1997.
2.2. Diabetes Melitus 2.2.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia Smeltzer, 2001.
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat
Price Wilson, 2005. Menurut Kumar, Abbas, Fausto, Robbins, dan Cotran 1999, diabetes
melitus bukanlah suatu penyakit tunggal tetapi merupakan sekelompok gangguan metabolisme yang secara umum didasari oleh hiperglikemia. Hiperglikemia ini
merupakan akibat dari kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pusat Diabetes dan Lipid RSCMFKUI 2007 menyatakan bahwa
penyakit diabetes melitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah
yang tinggi yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang lebih , tetapi kurang efektif atau resistensi insulin.
Riyadi dan Sukarmin 2008 juga menambahkan bahwa diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang melibatkan kelainan metabolisme
Universitas Sumatera Utara
karbohidrat, protein, dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis.
2.2.2. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi diabetes melitus yang utama adalah:
a. Tipe I: Diabetes melitus tergantung insulin insulin dependent diabetes mellitus
Kurang lebih 5-10 penderita mengalami diabetes tipe ini, yaitu yang tergantung pada insulin. Pada tipe ini sel-sel beta pankreas yang dalam
keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses otoimun. Sehingga penyuntikan insulin diperlukan untuk
mengendalikan kadar glukosa darah. Biasanya terjadi pada usia muda 30 tahun. Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.
Biasanya penderita bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunan yagn baru saja terjadi Smeltzer, 2001.
b. Tipe II: Diabetes melitus tidak tergantung insulin non insulin dependent diabetes mellitus
Kurang lebih 90-95 penderita mengalami diabetes tipe II, yaitu diabetes tidak tergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin resistensi insulin atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. Tipe ini bisa terjadi pada semua
usia, biasanya diatas 30 tahun dan obesitas. Mayoritas penderita mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui penurunan berat badan.
Universitas Sumatera Utara
Penderita juga kemungkinan memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau panjang untuk mencegah hiperglikemia. Ketosis jarang
terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau menderita infeksi Smeltzer, 2001.
c. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Diabetes tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu, hiperglikemik terjadi karena penyakit lain seperti penyakit pankreas,
hormonal, obat atu bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin, sindroma genetik tertentu Smeltzer, 2001.
d. Diabetes melitus gestasional gestational diabetes mellitus Tipe ini merupakan intoleransi glukosa yang terjdi selama kehamilan,
biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Hali ini disebabkan oleh hormon yang disekresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.
Risikonya terjadi komplikasi perinatal di atas normal, khususnya bayi yang secara abnormal berukuran besar Smeltzer, 2001.
e. Tipe gangguan intoleransi glukosa impaired glukosa tolerance, yaitu
tipe yang tidak dapat memenuhi kriteria diabetes melitus yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi tes toleransi glukosanya memerlihatkan
kelainan. Penderitanya tidak menunjukkan tanda atau gejala asimtomatis. Penderitanya tidak dapat digolongkan sebagai penderita
diabetes, namun tetap dianggap berisiko lebih tinggi terhadap diabetes. Kebanyakan penderita mengalaminya selama bertahun-tahun, namun
Universitas Sumatera Utara
ada juga yang spontan kembali dalam kedaan normal, tetapi setiap tahunnya 1-5 dari penderita dengan gangguan intoleransi glukosa
dapat berlanjut menjadi diabetes Price Wilson, 2005.
2.2.3. Komplikasi Diabetes Melitus
Kompikasi diabetes melitus dibagi menjadi dua kategori yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis Price Wilson, 2005.
1. Komplikasi Akut a. Koma hipoglikemia
Koma hipoglikemia terjadi karena pemakaian obat-obatan diabetik yang melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa
dalam darah. Glukosa yang ada sebagian besar difasilitasi untuk masuk ke dalam sel.
a. Ketoasidosis diabetik KDA Kadar insulin yang menurun menyebabkan hiperglikemia dan glukosa
berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, peningkatan oksidasi asam lemak bebas, disertai pembentukan benda keton. Peningkatan benda
keton dalam darah menyebabkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan
ketonuria juga dapat menyebabkan diuresis osmotik yang berakibat pada dhidrasi dan kehilangan elektrolit. Hai ini dapat menyebabkan penderita
mengalami hipotensi dan mengalami syok. Akhirnya penurunan
Universitas Sumatera Utara
penggunaan oksigen otak menyebakan pasien koma bahkan sampai meninggal.
b. Koma hiperosmolar nonketotik Koma ini terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan sketrasel
yang banyak diekskresi lewat urin. 2. Komplikasi Kronik
Komplikasi vaskular jangka panjang dari diabetes melibatkan pembuluh- pembuluh kecil, sedang, dan besar.
a. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik, dan nefropati diabetik. Perubahan mikrovaskuler ditandai dengan
penebalan dan kerusakan membran diantara jaringan dan pembuluh darah sekitar. Nefropati terjadi karena perubahan mikrovaskuler pada
struktur dan fungsi ginjal yang menyebabkan komplikasi pada pelvis ginjal. Retinopati terjadi karena adanya perubahan protein dalam retina
yang mengakibatkan gangguan penglihatan. b. Makroangiopati mengenai pembuluha darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Perubahan pembuluh darah besar dapat menyebabkan aterosklerosis. Jika
mengenai arteri perifer maka dapat megakibatkan insufisiensi vaskular perifer dan gangren pada ekstremitas serta insufisiensi serebral dan
stroke. Jika yang terkena adalah arteri koronaria dan aorta, maka dapat mengakibatkan angina dan infark miokardium.
c. Neuropati diabetik
Universitas Sumatera Utara
Akumulasi orbital di dalam jaringan dan perubahan metabolik mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik saraf menurun. Kehilangan
sensori mengakibatkan penurunan persepsi nyeri. d. Kaki diabetik
Perubahan makroangiopati,
mikroangiopati, dan
neuropati menyebabkan perubahan pada ekstremitas bawah. Komplikasinya dapat
terjadi gangguan sirkulasi, terjadi infeksi, gangren, penurunan sensasi dan hilangnya fungsi saraf sensorik dapat menunjang terjadi trauma
atau tidak terkontrolnya infeksi yang mengakibatkan gangren.
2.2.4. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan kembali aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya
komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan
gangguan serius pada pola aktivitas penderita Smeltzer, 2001. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes yaitu diet, latihan, pemantauan, terapi
farmakologis jika diperlukan, dan pendidikan.
2.3. Self Care pada Pasien Diabetes Melitus