B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n
Ho : β
1,2
= 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
Ha : β
1,2
≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengalaman dan independensi auditor terhadap kualitas audit.
b Menentukan nilai signifikansi yaitu 5 atau 0,05 dan derajat bebas dk = k ; n
– k – l, untuk mengetahui daerah F
tabel
sebagai batas daerah penerimaan dan penolakkan.
Selanjutnya menghitung nilai F
hitung
sebagai berikut :
Sumber: Sugiyono, 2005:267
Dimana: R = koefisien kolerasi ganda
k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel
c Hasil F
hitung
dibandingkan dengan F
tabel
dengan kriteria : 1. Tolak Ho jika F
hitung
F
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien positif.
2. Tolak Ho jika F
hitung
F
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien negatif.
3. Tolak Ho jika nilai F sign penelitian α 0 ,05.
d Penarikan Kesimpulan
R
2
k F =
1-R
2
n-k-1
B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji Statistik t
Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variabel - variabel bebas X terhadap variabel terikat Y, selanjutnya pengujian dilakukan
dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah - langkah sebagi berikut: a Menentukan hipotesis parsial antara variabel bebas pengalaman
auditor terhadap variabel terikat kualitas audit. Hipotesis statistik dari penelitian ini adalah :
Ho : β₁ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman auditor terhadap kualitas audit.
Ha : β₁ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan pengalaman auditor terhadap kualitas audit.
b Menentukan hipotesis parsial antara variabel bebas independensi auditor terhadap variabel terikat kualitas audit. Hipotesis statistik dari
penelitian ini adalah : Ho : β₁ = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan independensi
auditor terhadap kualitas audit. Ha : β₁ ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan independensi auditor
terhadap kualitas audit. c Menentukan tingkat signifikan. Ditentukan dengan 5 dari derajat
bebas dk = n - k - l, untuk menentukan t
tabel
sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang
digunakan adalah 0,05 atau 5 karena dinilai cukup untuk mewakili
B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n
hubungan variabel-variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.
d Menghitung nilai t
hitung
dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :
dan
Dimana : r = Korelasi parsial yang ditentukan
n = Jumlah sampel t = t
hitung
e Kemudian dibuat kesimpulan mengenai diterima tidaknya hipótesis setelah dibandingkan antara t
hitung
dan t
tabel
dengan kriteria : 1. Tolak Ho jika t
hitung
t
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien positif. 2. Tolak Ho jika t
hitung
t
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien negatif. 3. Tolak Ho jika nilai t sign penelitian ɑ 0,05.
n – k – 1
t
1
= r
x1
y 1
– r
x1
y
2
n – k – 1
t
2
= r
x2
y 1
– r
x2
y
2
B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n
3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan
Gambar 3.1 Uji daerah penerimaan dan penolakan hipotesis
4. Penarikan Kesimpulan
Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika t
hitung
jatuh di daerah penolakan penerimaan, maka Ho ditolak diterima dan Ha diterima ditolak. Artinya koefisian regresi
signifikan tidak signifikan. Kesimpulannya, pengalaman dan independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Tingkat signifikannya
yaitu 5 α = 0,05, artinya jika hipotesis nol ditolak diterima dengan taraf kepercayaan 95, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan
mempunyai kebenaran 95 dan hal ini menunjukkan adanya tidak adanya pengaruh yang meyakinkan signifikan antara dua variabel tersebut.
74
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik
4.1.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik
KAP menurut SK. Menkeu No.43kmk.0171007 tanggal 27 Januari 1997 sebagaimana diubah dengan SK. Menkeu No 470kmk.0171999 tertanggal 4
Oktober 1999, adalah lembaga yang memiliki izin dari menteri keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya.
Praktek akuntan di Indonesia di mulai sejak jaman VOC 1642. Akuntan- akuntan Belanda itu kemudian mendominasi akuntan di perusahaan-perusahaan
yang dimonopoli penjajah, hingga abad 19. Pada masa pendudukan Jepang, pendidikan akuntansi hanya diselenggarakan oleh Departemen Keuangan berupa
kursus akuntansi di Jakarta. Pesertanya pada saat itu 30 orang termasuk Prof. Soemardjo dan Prof. Hadibroto.
Bersama empat akuntan lulusan pertama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan enam lulusan Belanda, Prof. Soemardjo merintis Ikatan Akuntan
Indonesia IAI tanggal 23 Desember 1957. Pada tahun yang sama pemerintah melakukan nasionalisasi perusahaan milik Belanda. Hal ini menyebabkan
akuntan-akuntan dari Belanda kembali ke negerinya dan sejak itu para akuntan Indonesia semakin berkembang.
Perkembangan itu semakin pesat setelah presiden meresmikan kegiatan pasar modal 10 Agustus 1977 yang membuat peranan akuntan dan laporan
B A B I V H a s i l d a n P e m b a h a s a n
keuangan menjadi penting. Bulan Januari 1986 Menteri Keuangan mengeluarkan SK Nomor 431986 tentang jasa akuntan menggantikan Kepmenkeu 7631977.
Selain mewajibkan akuntan publik memiliki sertifikat akuntan publik, juga akuntan publik asing diperbolehkan praktek di Indonesia, sepanjang memenuhi
persyaratan. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan mengeluarkan SK Nomor 423KMK.062002 tentang jasa akuntan publik menggantikan SK Nomor
431997. Selain mewajibkan Akuntan Publik memiliki sertifikat akuntan publik, juga akuntan publik asing diperbolehkan praktek di Indonesia, sepanjang
memenuhi persyaratan. Pada tahun 2002 Menteri Keuangan mengeluarkan SK Nomor 423KMK.062002 tentang jasa akuntan publik menggantikan SK Nomor
431997. Sekarang ini di Indonesia berdasarkan directory 2008 yang disusun oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia terdapat 425 Kantor Akuntan Publik di seluruh Wilayah Indonesia, kemudian Kantor Akuntan Publik yang bekerjasama dengan
Kantor Akuntan Publik Asing menurut buku setengah abad Profesi Akuntan ada sebanyak 40 Kantor Akuntan Publik.
Kantor Akuntan Publik mempunyai tanggung jawab yang lebih jelas dan lebih banyak persyaratan professional yang harus dipenuhi oleh kantor akuntan
publik publik daripada organisasi lainnya karena tanggungjawabnya lebih besar terhadap pemakai laporan audit. Kantor Akuntan Publik mempunyai hak legal
untuk melaksanakan laporan keuangan berdasarkan peraturan yang berlaku. Bentuk hukum suatu kantor akuntan publik dapat berupa perusahaan perseorangan
atau persekutuan. Kantor Akuntan Publik memiliki tanggung jawab yang besar,
B A B I V H a s i l d a n P e m b a h a s a n
sehingga merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja di kantor akuntan publik memiliki independensi dan kompetensi yang tinggi.
Bentuk usaha KAP yang dikenal menurut hukum di Indonesia ada dua macam, yaitu:
1. Bentuk usaha sendiri Sole Practitioners, menggunakan nama Akuntan
Publik yang bersangkutan.
2. Bentuk usaha kerjasama Partnership, beberapa Akuntan Publik
bergabung dalam satu KAP atau mengguakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama Akuntan Publik yang menjadi rekan.
Kantor Akuntan Publik terdiri dari: 1. Kantor Akuntan Publik Pusat.
2. Kantor Akuntan Publik Cabang.
Tabel 4.1 Perkembangan Audit
Perkembangan Waktu
Pemakaian Laporan Auditor
Tujuan Audit Pendekatan
Tahun 1800an Pemilik organisasi Penemuan kecurangan
Tes keseluruhan Awal 1900
Pemilik dan kreditur
Penemuan kecurangan Tes keseluruhan
1900-1930 Pemilik, kreditur,
dan pemerintah Pernyataan bahwa laporan
keuangan adalah benar Testing lebih
kecil
1930 sd sekarang Pemilik, kreditur,
pemerintah, masyarakat
Pernyataan pendapat atas kewajaran penyajian
laporan keuangan Dipilih sampel