Pengaruh Pengalaman Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

(1)

(2)

THE EFFECT OF EXPERIENCE AND AUDITOR

INDEPENDENCE ON THE AUDIT QUALITY

(RESEARCH ONSOMEPUBLIC ACCOUNTING FIRMS

INBANDUNG)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratUjian Sidang Guna Memperoleh Gelar Serjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : DANIEL DWI JAYA

NIM : 21108106

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

(4)

i

Bandung. Fenomena yang terjadi adalah kurangnya pengalaman seorang auditor dalam melakukan pengauditan, yang menghasilkan kualitas audit yang kurang memadai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada beberapa Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.

Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (verifikatif). Populasi dalam penelitian ini adalah 10 Kantor Akuntan Publik yang berjumlah 43 auditor dan sampelnya adalah 30 auditor. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan regresi berganda, korelasi Pearson, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 18.0 for Windows.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik, selanjutnya variabel independensi auditor termasuk kriteria baik juga pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Variabel kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung termasuk kategori sangat baik. Pengalaman dan independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kemudian berdasarkan pengujian secara simultan dan parsial pengaruh pengalaman dan independensi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.


(5)

ii

ABSTRACT

The research was conducted at several public accounting firms in Bandung. The Phenomenon that occurs is an auditor's lack of experience in conducting audits, which resulted in an inadequate audit quality. The purpose of this study is to determine the effect of experience and independence of the auditor to audit quality of some public accounting firms in Bandung.

The method in this research is qualitative (descriptive) and quantitative (verifikatif). The population in this study were 10 public accounting firms, amounting to 43 auditors and the sample was 30 auditors. Statistical test used is the calculation of multiple regression, Pearson correlation, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the aid program SPSS 18.0 for Windows applications.

The results of this research indicate that auditor experience in public accounting firms in Bandung as a whole region is included in both criteria, then the auditor independence variables including included in both criteria in the public accounting firms in Bandung. Variable audit quality in the public accounting firms in Bandung, including the category is very good. Experience and independence of the auditor has a positive and significant impact on audit quality. Then based on simultaneous testing and partial experience and independence of the auditor also has a positive and significant impact on audit quality.


(6)

iii

Segalapujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT, yang telahmelimpahkanrahmatdankarunia-Nyaberupapikiran, tenagadansegalasesuatu yang dianugerahkan-NyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanSkripsiini.

Skripsiiniberjudul“PENGARUH PENGALAMAN DAN

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

(PENELITIAN PADA BEBERAPA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BANDUNG)”.yangdisusunsebagaisyaratuntukmemenuhisalahsatusyaratujiansida nggunamemperolehgelarSarjanaEkonomi Program StudiAkuntansi.

Karenaketerbatasanwaktu, pengetahuan, pengalaman, sertakesempatan

yang ada,

penulismenyadaribahwapenyusunanSkripsiinimasihjauhdarisempurnabaikdarimat

eri, analisis,

maupunsistematikapembahasanya.Walaupundemikianpenulisberharapsemogapeny usunanSkripsiinidapatmemberimanfaatdanpengetahuanbagikitasemua.

Selanjutnyapadakesempataninipenelitimenyampaikanketulusanhatiuntukm enggungkapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnyakepada :

1 Dr. Ir. Eddy SoeryantoSoegoto, M.Sc., selakuRektorUniversitasKomputer Indonesia, Bandung.

2 Prof. Dr. Hj. Ria Ratna Ariawati, MS., Ak., selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Komputer Indonesia.


(7)

iv

3 Prof. Dr. Hj. UmiNarimawati,Dra.,SE.,M.Si., selakuDekanFakultasEkonomi, UniversitasKomputer Indonesia.

4 Sri Dewi Anggadini, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5 Wati ArisAstuti, SE., M.Si., selaku Dosen Wali Penulis yang selalu sabar dan baik dalam membimbing Penulis dari tahun ke tahun hingga sampai pada tahap penelitian ini.

6 Lilis Puspitawati, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing penulis yang selalu sabar dan baik dalam membimbing dan memberikan arahan serta saran kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7 Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Univesitas Komputer Indonesia.

8 Mamah dan Papah tersayang, dan seluruh keluarga Penulis ucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam, karena telah membimbing, membantu, membesarkan penulis, dan mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi kelangsungan hidup Penulis.

9 Kakak dan kakak ipar tersayang Penulis ucapkan terimakasih atas segala bantuan, pengorbanan dan semangat yang telah diberikan kepada Penulis. 10 Agus Hanifka Gusti, selaku saudara Penulis dan keluarga besar YOMA

Komputer ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan pengorbanannya yang telah diberikan kepada Penulis.

11 Semua auditor pada Kantor Akuntan Publik yang telah berkenan menjadi responden dalam penelitian ini.


(8)

v

amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Bandung, Agustus 2012


(9)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 9


(10)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Audit ... 12

2.1.1.1 Pengertian Audit ... 12

2.1.1.2 Standar Auditing ... 13

2.1.2 Pengalaman Auditor ... 15

2.1.2.1 Pengertian Pengalaman Auditor ... 15

2.1.2.2 Indikator Pengalaman Auditor ... 17

2.1.3 Independensi Auditor ... 18

2.1.3.1 Pengertian Independensi Auditor... 18

2.1.3.2 Indikator Independensi Auditor ... 19

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang mengganggu Independensi Auditor ... 20

2.1.4 Kualitas Audit... 21

2.1.4.1 Pengertian Kualitas Audit ... 21

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Profesi Akuntan Publik ... 22

2.1.4.3 Indikator Kualitas Audit ... 23

2.2 Kerangka Pemikiran ... 24

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit ... 25


(11)

viii

2.2.3 Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap

Kualitas Audit... 27

2.3 Hipotesis ... 30

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 33

3.2.1 Desain Penelitian ... 35

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 37

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data... 40

3.2.3.1 Sumber Data ... 40

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 41

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 44

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 74

4.1.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik ... 74

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 79

4.1.3 Job Description ... 82

4.1.4 Aktivitas Perusahaan... 87

4.2 Karakteristik Responden ... 90


(12)

ix

4.3 Analisis Deskriptif ... 93

4.3.1 Analisis Deskriptif Pengalaman Auditor ... 94

4.3.2 Analisis Deskriptif Independensi Auditor... 99

4.3.3 Analaisis Deskriptif Kualitas Audit ... 104

4.4 Analisis Verifikatif ... 110

4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 110

4.4.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 110

4.4.1.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 115

4.4.2 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit ... 121

4.4.2.1 Koefisien Korelasi ... 121

4.4.2.2 Koefisien Determinasi ... 122

4.4.2.3 Pengujian Hipotesis... 123

4.4.3 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit ... 126

4.4.3.1 Koefisien Korelasi ... 126

4.4.3.2 Koefisien Determinasi ... 127

4.4.3.3 Pengujian Hipotesis... 128

4.4.4 Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit... 131

4.4.4.1 Koefisien Korelasi ... 131


(13)

x

4.4.4.3 Pengujian Hipotesis... 133

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 137

5.2 Saran ... 139

5.2.1 Saran Secara Praktis ... 139

5.2.2 Saran Secara Akademis... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141

RIWAYAT HIDUP ... 144


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan yakni relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Auditor independen juga sering disebut sebagai akuntan publik. Singgih dan Bawono (2010)

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka dalam melaksanakan tugas auditnya, auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar


(15)

B A B I P e n d a h u l u a n | 2

pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Elfarini (2007).

Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Elfarini (2007).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya. Utami (2003). De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003: 25) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Hasil penelitian Josoprijonggo (2005) agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara independen. Termasuk saat menghadapi persoalan audit yang kompleks. Auditor harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas dengan


(16)

pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang.

Faktor lain yang juga penting dalam mempengaruhi kualitas audit yaitu pengalaman. Menurut Loehor (2002: 2) pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama, benda, alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardianingsih (2002) disebutkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adi Setiantoro (2005) yang memberikan kesimpulan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas audit. Jangka waktu bekerja seseorang sebagai auditor menjadi bagian penting yang mempengaruhi kualitas audit. Dengan bertambahnya waktu bekerja auditor maka akan diperoleh pengalaman baru. Berdasarkan uraian di atas dan dari penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat dibentuk diantaranya melalui pengetahuan dan pengalaman. Elfarini (2007)

Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2009) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah


(17)

B A B I P e n d a h u l u a n | 4

dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan. Elfarini (2007)

Independensi menurut Mulyadi (2002 : 26-27) adalah Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Alim dkk (2007) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Demikian juga, Castellani (2008) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit baik secara parsial maupun simultan.

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan


(18)

publik. Seperti kasus yang menimpa PT Taspen yang di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan, telah terjadi kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. (Bisnis Indonesia, 2006)

PT Taspen memberi waktu sepekan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan untuk memberikan penjelasan resmi terkait kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. Direktur Utama PT Taspen Achmad Subianto mengatakan kesalahan audit itu bukan terjadi dalam pencatatan keuangan Taspen, melainkan dilakukan pada tahap auditing oleh KAP bersangkutan berupa salah kutip maupun salah tulis. Dia menyebutkan kesalahan itu di antaranya mengenai pencatatan aktiva bersih 2004 yang seharusnya Rp245 miliar, namun ditulis Rp249 miliar. “Tak ada potensi kerugian negara Rp4 miliar. Mereka salah kutip.” Kesalahan fatal lainnya, adalah salah ketik laba setelah pajak PT Arthaloka Indonesia yakni senilai Rp4,175 miliar dan Rp4,385 miliar. Dalam audit mereka, angka itu dikategorikan sebagai laba sebelum pajak. (Bisnis Indonesia, 2006)

Lebih lanjut dia mengakui kualitas KAP tersebut memang lebih buruk dibandingkan KAP-KAP yang sebelumnya disewa seperti Grand Thornton atau Tasnin, mengingat tarif kontrak mereka terbilang murah. Bahkan, lanjut Achmad Subianto, KAP Ngurah Arya itu merupakan yang pertama melalui tender. Pada 2000 audit laporan keuangan Taspen dilakukan BPKP, 2001 dan 2002 oleh Grand Thornton, Tasnin pada 2003, BPK (2004), dan tahun lalu melalui tender yang diikuti sembilan KAP. Sementara terkait perbedaan kontrak audit dengan realisasi


(19)

B A B I P e n d a h u l u a n | 6

di lapangan mengenai hari efektif dan jumlah auditor, dia menjelaskan hal itu karena tim audit kesulitan mencapai target waktu dalam kontrak, sehingga mengerahkan personil lebih banyak dibandingkan di kontrak. “Memang ada juga kelebihan pembayaran dari nilai kontrak, tapi kami sudah melakukan pengembalian,” jelasnya. (Bisnis Indonesia, 2006)

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian-penelitian terdahulu. Peneliti menggunakan Subjek yang berbeda yaitu Badan Pemeriksa Keuangan. Penelitian ini menjadi penting karena kualitas audit saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting karena hasil audit digunakan oleh banyak pihak dan digunakan untuk mengambil keputusan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merencanakan mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Bandung)”.


(20)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kualitas Audit dipengaruhi oleh auditor yang berpengalaman dengan berdasarkan kode etik auditor dan standar audit.

2. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah independensi. Independensi adalah Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

3. Kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya kurang memadai, dikarenakan telah terjadi kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. Berkaitan dengan hal itu pencatatan aktiva bersih 2004 yang seharusnya Rp245 miliar, namun ditulis Rp249 miliar.


(21)

B A B I P e n d a h u l u a n | 8

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengalaman Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

2. Bagaimana Independensi Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

3. Bagaimana Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

4. Bagaimana pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP), baik secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung, baik secara simultan maupun parsial.


(22)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pengalaman Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Independensi Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung

3. Untuk mengetahui Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung, baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian

Pada penelitian ini Penulis mengharapkan manfaat yang maksimal, walaupun dilaksanakan dengan kemampuan yang terbatas, sehingga penyajian jauh dari kesempurnaan. Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang Pengaruh Pengalaman dan Independen Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP).


(23)

B A B I P e n d a h u l u a n | 10

1.4.2 Kegunaan Akademis

1. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi Penulis mengenai Pengaruh Pengalaman dan Independen Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan penelitian ini juga penulis berharap dapat menambah pemahaman lebih terhadap dunia perusahaan terutama yang berkaitan dengan sesuai judul yang penulis ambil.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain atau para akademis yang akan mengambil skripsi atau tugas akhir dalam kajian yang sama sekaligus sebagai referensi di dalam penulisan.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Wilayah Bandung,


(24)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan selesai dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian Pada Tahun 2012

No Kegiatan

Februari

Minggu

Maret

Minggu

April

Minggu

Mei

Minggu

Juni

Minggu

Juli

Minggu

Agustus

Minggu

1

Pra Survey 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

a. Persiapan Judul b. Pengajuan Proposal

2

Usulan Penelitian :

a. Penulisan UP

b. Bimbingan UP

c. Seminar UP

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi:

a. Bimbingan Skripsi

b. Sidang Skripsi

c. Pengumpulan draf


(25)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan criteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan, “Report of the Committee on Basic Auditting Concepts of the American Accounting Association” (Accounting Review, vol. 47) memberikan definisi audit sebagai :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa audit harus dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Auditor juga harus memiliki sikap mental


(26)

independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Arens et al (2008 : 5)

2.1.1.2 Standar Auditing

Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. SPAP (2001: 110.1)

Arens et al (2008 : 42) menyatakan Standar auditing bahwa:

“Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti.”

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut Sukrisno Agoes (2004: 33) :

a. Standar Umum;

b. Standar Pekerjaan Lapangan; c. Standar Pelaporan.


(27)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 14

Uraian tentang standar auditing sebagai berikut: a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.


(28)

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

2.1.2 Pengalaman Auditor

2.1.2.1Pengertian Pengalaman Auditor

Menurut Loehoer (2002: 2) Pengalaman adalah :

“Akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 26) Pengalaman adalah :

“Sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan, pengalaman merupakan gabungan dari semua yang diperoleh dari hasil interaksi atau semua yang pernah dialami.”


(29)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 16

Sukrisno Agoes (2004: 33) berpendapat bahwa auditor yang berpengalaman adalah :

“Auditor yang mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.”

De Angelo dalam Frianty (2005: 22) membagi keahlian auditor menjadi 2 bagian yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dapat diukur dari tingkat pendidikan seseorang, baik yang formal maupun non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang ditempuh sesuai jenjang pendidikan yang diwajibkan. Pendidikan formal yang dimaksud seperti pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang biasanya memiliki jangka pendek, seperti kursus atau pelatihan.

Di samping pengetahuan, pengalaman juga mempengaruhi keahlian seseorang. Pengetahuan berperan penting dalam menambah ilmu atau teori kepada seseorang, sedangkan pengalaman lebih kepada praktek dalam mengimplementasi teori yang ada. Terkadang pengetahuan saja tidak cukup untuk mencapai kualitas tinggi, harus ditambah dengan pengalaman yang cukup pula. Loeher dalam Elfarini (2007: 24) menyatakan mengenai pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang – ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Pengetahuan dan pengalaman merupakan komponen dari kompetensi yang berkaitan dengan kemungkinan auditor untuk menemukan


(30)

pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien. Sedangkan pelaporan dalam pelanggaran berkaitan dengan independensi auditor.

2.1.2.2Indikator Pengalaman Auditor

Auditor harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika dan berupaya terus untuk meningkatkan kemampuan, kualitas pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab profesionalnya untuk mendapatkan kemampuan auditor yang baik. Kemampuan atau kompetensi didapat dari perpaduan pendidikan dan pengalaman. Dimulai dengan penguasaan pendidikan umum bagi penunjukkan sebagai auditor Kode etik profesi dalam Sukrisno Agoes (2004 : 306).

1. Setiap auditor harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin kualitas pelayanan auditor telah sesuai dengan tingkatan professional yang dituntut oleh standar profesi

2. Pemeliharaan kemampuan untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan profesionalnya.

3. Auditor harus tekun dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien.

4. Perencanaan dan pengawasan dengan cukup professional.

Ditambah dengan pengungkapan tentang indikator pengalaman audit oleh Tubbs dalam Mayangsari (2003: 30).

1) Lama melakukan audit

2) Jumlah klien yang sudah diaudit 3) Jenis perusahaan yang sudah diaudit


(31)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 18

2.1.3 Independensi Auditor

2.1.3.1Pengertian Independensi Auditor

Independensi auditor menurut Arens et al (2008 : 111) dapat diartikan:

“Mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.”

Independensi auditor menurut Mulyadi (2002: 26-27) dapat diartikan:

“Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.”

Independensi auditor menurut Siti Kurnia R dan Ely Suhayati (2010, 13) dapat diartikan:

“Sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, obyektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun”.

Standar umum audit yang kedua menyatakan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Sukrisno Agoes (2004: 35).


(32)

2.1.3.2Indikator Independensi Auditor

Pada penelitian ini independensi diproksikan dengan 4 sub variabel menurut teori yang dikemukakan oleh Sukrisno Agoes (2004: 302) yaitu :

1. Lama hubungan dengan klien 2. Tekanan dari klien

3. Telaah dari rekan auditor 4. Jasa non audit

Uraiannya sebagai berikut:

1. Lama hubungan dengan klien

Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.

2. Tekanan dari Klien

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

3. Telaah dari Rekan Auditor

Peer review adalah review oleh akuntan publik, atas ketaatan KAP pada sistem pengendalian mutu kantor itu sendiri.


(33)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 20

4. Jasa Non audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.

2.1.3.3Faktor-Faktor yang mengganggu Independensi Auditor

Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut Mulyadi (2002: 27) :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Terdapat 4 hal yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu Elfarini, (2007).:

1. Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien,

2. Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri,

3. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4. Bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien.


(34)

2.1.4 Kualitas Audit

2.1.4.1 Pengertian Kualitas Audit

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2003: 25) mendefinisikan kualitas audit adalah:

“Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien”.

Sedangkan menurut Akmal (2006: 65), kualitas audit adalah:

“Suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut.”

Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.


(35)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 22

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Profesi Akuntan Publik

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 44) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

1. Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian professional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, audit memiliki fungsi sebagai proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan


(36)

para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Elfarini (2007: 24).

2.1.4.3 Indikator Kualitas Audit

Adapun indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411, PSA No.72, 2001 yaitu sebagai berikut:

a) Ketepatan waktu penyelesaian audit b) Ketaatan pada standar auditing

c) Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien d) Perencanaan dan pelaksanaan


(37)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 24

2.2 Kerangka Pemikiran

Kualitas Audit Menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2003 : 25) adalah Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya.

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor.

Selain itu, sebelum melakukan pengauditan auditor harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.


(38)

Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Elfarini (2007).

Dengan konsep di atas maka laporan audit menghasilkan informasi laporan keuangan yakni telah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Sehingga laporan keuangan yang berkualitas dapat dipakai bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan yang menggunakan laporan tersebut. Dan juga meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Karena laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit

Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan pengalaman memadai dalam bidang auditing, maka tidak akan memberikan kualitas audit yang baik. SPAP dalam Sukrisno Agoes (2004: 34)


(39)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 26

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji, baik karena kekeliruan atau kecurangan. Auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu salah saji karena kekeliruan atau kecurangan yang ada dalam laporan keuangan tidak berarti sendirinya merupakan bukti kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai, tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan atau pertimbangan, tidak menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, dan kegagalan untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan SPAP. Siti Kurnia R dan Ely Suhayati (2010: 42)

2.2.2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

Bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis auditor jika auditor memihak pada salah satu kepentingan maka dia tidak bisa mempertahankan kebebasan pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak, berarti auditor tidak memiliki sikap mental independen. Independen secara interistik merupakan masalah mutu pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan ke dalam Aturan Etika, hal ini akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi, yang akan memberikan penglihatan dalam melaksanakan pekerjaan dan menentukan kualitas audit. Sukrisno Agoes (2004: 35)


(40)

2.2.3 Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Standar tersebut mengharuskan auditor untuk mempunyai sikap kompeten dan independen didalam dirinya, yang dimana standar tersebut memberikan keyakinan tinggi terhadap masyarakat agar memberikan penilaian yang baik. Disamping itu, kompeten dan independen juga memberikan pengaruh langsung terhadap kualitas audit yang di lakukan seorang akuntan tersebut dalam melakukan pengauditan. Sukrisno Agoes (2004: 3001)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun

Penelitian Judul Hasil Penelitian

1. Trimanto Setyo Wardoyo, Puti Ayu Seruni,

2011 Pengaruh

Pengalaman dan Pertimbangan Profesional Auditor Terhadap Kualitas Bahan Bukti Audit Yang

dikumpulkan

Pengalaman auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit dengan bahan bukti audit yang dikumpulkan

2. Andini Ika Setyorini

2011 Pengaruh Kompleksitas Audit,Tekanan Anggaran Waktu, dan

Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Variabel

Pengalaman auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit


(41)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 28

Moderating Pemahaman terhadap

Sistem Informasi 3. Yanyan

Wang Lisheng Yu Zhenyu Zhang Yuping Zhao

2012 Engaging Audit Partner

Experience and Audit Quality

Pengalaman auditor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit

4. Trisni Hapsari, M. Nizarul alim,

Liliek Purwanti

2007 Pengaruh

Kompetensi Dan Independensi Terhadap

Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel

Moderasi

Penelitian menemukan bukti empiris bahwa kompetensi

dan independensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

5. Rapina, Lili Marlen Saragi, Verani Carolina,

2010 Pengaruh Independensi Eksternal Auditor Terhadap

Kualitas Pelaksanaan Audit

Bahwa independensi eksternal auditor memiliki pengaruh yang signifikan sebesar 14,8%

6. Elyzabet I. Marpaung, Santy Setiawan,

2012 Pengaruh

Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi dan

Independensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.


(42)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Kualitas Audit

Kompeten Auditor

Standar Audit &

Kode Etik Profesi

Independen

Kemampuan Keahlian Pengalaman Informasi

Laporan Keuangan Yang Berkualitas

Memeriksa/Mengaudit Laporan Keuangan

Pemakai Laporan Keuangan Yang Sudah


(43)

B A B I I K a j i a n P u s t a k a , K e r a n g k a P e m i k i r a n d a n H i p o t e s i s | 30

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

2.3 Hipotesis

Hipotesis berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang lemah, disebut demikian karena masih berupa dugaan yang belum teruji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2009: 64) hipotesis penelitian adalah:

“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Pengalaman Auditor (X1)

Independensi Auditor (X2)


(44)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa :

H1: Penglaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. H2: Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. H3: Pengalaman dan independensi auditor berpengaruh signifikan


(45)

32

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi pasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Husein Umar (2003:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek

penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Menurut Suharismi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek” (2001:29) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan

inti dari problematika penelitian”.

Objek penelitian yang diteliti oleh penulis adalah Pengalaman Auditor, Independensi Audior dan Kualitas Audit pada Beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung.


(46)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Umi Narimawati (2008: 127) Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah metode deskriptif dan verifikatif, menurut Sugiyono dalam bukunya “Statistika Untuk Penelitian” (2005: 2) adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak

digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008: 45) menyatakan bahwa :

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar atau tidaknya apabila

dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang

telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa.”

Sesuai dengan hipótesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan telaah statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan Analisis Regresi Berganda.

Pendekatan penelitian dilakukan untuk mempelajari suatu kasus yang diteliti sehingga diperoleh data-data yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Selanjutnya penelitian analitis ditujukan untuk menguji hipotesa dan mengadakan interpretasi lebih dalam tentang hubungan. Menurut Nazir dalam bukunya “Metode Penelitian” (2003:7) menyatakan bahwa metode deskriptif analitis adalah sebagai berikut:


(47)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 34

“Penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang” Dilihat dari masalah yang diselidiki, maka penelitian ini merupakan suatu jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan verifikatif yang berusaha mencerminkan sebuah unit tertentu dan mencoba menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya suatu keadaan serta perkembangan variabel tersebut. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh secara jelas tentang suatu situasi atau keadaan tertentu, sedangkan penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan suatu variabel (menguji hipotesis) melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey explanatory, yaitu penelitian survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok atau utama. Menurut Sugiyono (2008: 7):

“Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi

besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

Informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empiris, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti, dimana yang menjadi unit analisisnya adalah para individu pada daerah objek penelitian yang semuanya mempunyai


(48)

kesempatan yang sama untuk dipilih. Metode survei ini dilakukan tanya jawab oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner. Proses tanya jawab dilakukan secara tertulis untuk menjawab pertanyaan yang ada. Metode ini merupakan metode atau cara yang paling praktis untuk mendapatkan informasi atau pendapat responden tentang objek yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya ”Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” (2006: 79) desain penelitian dijelaskan sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun

serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan

tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Menurut Moh. Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian" (2003: 84), desain penelitian adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”


(49)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 36

Penjelasan desain penelitian menurut Sugiyono (2009:30) bahwa terdapat enam aspek utama di dalam desain penelitian, yaitu :

1. Rumusan Masalah 2. Landasan Teori 3. Perumusan Hipotesis 4. Pengumpulan Data

a. Populasi dan Sampel b. Instrumen Penelitian 5. Analisis Data

6. Kesimpulan dan Saran

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian yaitu:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;


(50)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Tujuan Penelitian

Desain Penelitian Jenis

Penelitian

Metode Yang Digunakan

Unit Analisis Time

Horizon

T – 1 Descriptive Decriptive dan Survey Perusahaan Cross

section & time series

T – 2 Descriptive Decriptive dan Survey Perusahaan Cross

section & time series

T – 3 Descriptiv& Verifikatif

Descriptive dan Explonatory Survey

perusahaan Cross section & time series

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo dalam bukunya yang berjudul

Metodologi Penelitian Bisnis” (2002:69), menyatakan :

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo dalam bukunya yang berjudul

Metodologi Penelitian Bisnis” (2007:32), menyatakan :

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh


(51)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 38

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Pengalaman dan Independen Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung, untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberi batasan-batasan sebagai berikut:

a. VariabelBebas(Independent variable)

Variabel independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi faktor-faktor lain. Namun, variabel independen merupakan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel yang akan diuji dibedakan atas dua variabel, menurut Sugiyono dalam bukunya “Statistik Untuk Penelitian” (2009: 39) menyatakan :

Variable independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependent (terikat).” Variabel independen penelitian ini adalah Pengalaman dan Independen Auditor.

b. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel dependen adalah variabel tidak bebas dimana keberadaannya dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya. Menurut Sugiyono dalam bukunya

yang berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D” (2009 : 39). menyatakan :


(52)

“Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Variabel dependen penelitian ini adalah Kualitas Audit.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Sub

Variabel Indikator Skala

No Kuesioner

Pengalaman Auditor yang mempunyai

pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Sukrisno Agoes (2004)

1. Setiap auditor harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin kualitas pelayanan auditor telah sesuai dengan tingkatan professional yang dituntut oleh standar profesi

2. Pemeliharaan kemampuan untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. 3. Auditor harus tekun dalam

melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien.

4. Perencanaan dan pengawasan dengan cukup professional. (Kode etik profesi dalam Sukrisno

Agoes, 2004 : 306)

Ordinal 1-3

4-5

6-7

8-10

Independen Sikap mental yang bebas dari

pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi (2002 : 26-27))

Lama hubungan dengan klien

Lama mengaudit klien Ordinal 11-13

14 15 16 17 18 19 20 Tekanan dari klien

a. Besar fee audit yang akan

diberikan oleh klien

b. Pemberian sanksi dan ancaman

pergantian auditor oleh klien

c. Fasilitas dari klien

Telaah dari rekan auditor

a. Manfaat telaah dari rekan

auditor

b. Konsekuensi terhadap auditor

yang buruk

Jasa Non

Audit

a. Pemberian jasa audit & non

audit kepada klien yang sama

b. Pemberian jasa lain dapat

meningkatkan informasi laporan keuangan

(Lawrence B.Sawyer, 2005) Kualitas

Audit

Kemungkinan (probability)

dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien (De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003 : 25))

a Ketepatan waktu penyelesaian

audit

b Ketaatan pada standar auditing

c Komunikasi dengan tim audit

dengan manajemen klien

d Perencanaan dan pelaksanaan

e Independensi dalam pembuatan

outcome / laporan audit (SPAP, SA Seksi 411, PSA

No.72, 2001)

Ordinal 21-22

23-24 25-26 27-28 29-30


(53)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 40

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data Primer. Menurut Sugiyono (2009:137) data primer sebagai berikut:

“Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah:

1. Pengalaman auditor yang diperoleh dari auditor yang terdapat di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung,

2. Independen auditor yang diperoleh dari auditor yang terdapat di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung,

3. Kualitas audit yang diperoleh dari auditor yang terdapat di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung,


(54)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukan mengenai populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi adalah:

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini populasi yang diambil oleh peneliti adalah 10 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Bandung diantaranya adalah :

Tabel 3.3

Daftar Populasi Penelitian

No Nama KAP Jumlah Auditor

1. Dr. LA Midjan & Rekan 3

2. AF. Rachman & Soetjipto 4

3. Arifin, Halid & Rekan 4

4. Drs. Sehat, Bukit, Keteran 5

5. Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 4

6. Sahat P Situmorang 4

7. Erwand, Sugandhi & Soetjipto 5

8. Dra. Yati Ruhiati 4

9. Ahmad Rasyid 4

10. Sanusi, Supardi, dan Soegiharto 6

Jumlah 43

Jumlah auditor dari ke 10 KAP tersebut menjadi 43 orang auditor sehingga populasi dalam penelitian ini adalah 43 auditor.


(55)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 42

2. Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Sugiyono (2011: 81) menjelaskan sampel adalah:

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.”

3. Sampling

Mengenai jenis teknik sampling yang tepat ditimbang dari kondisi dan karakteristik populasi yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Stratifield Random, Maka populasi yang dilakukan peneliti adalah 43 auditor dari 10 KAP di Wilayah Bandung, dari populasi tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang. Sampel tersebut akan disebarkan ke 10 KAP di Wilayah Bandung.

Metode penarikan sampel yang digunakan mengacu kepada pendekatan Slavin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati (2010:38)

Ket:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka sampelnya dengan batas kesalahan 5% adalah :


(56)

Dengan demikian, sampel dengan batas kesalahan 5% dalam penelitian ini berjumlah 30 Auditor.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari Kantor Akuntan Publik).

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung dialokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

c. Kuesioner

Merupakan teknik pengumpuln data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk kemudian dijawabnya. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang telah diberi skor, dimana data tersebut nantinya akan dihitung secara statistic kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada responden yang berhubungan dengan penelitian ini.


(57)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 44

Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahulu yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara memperoleh data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian, memperbanyak literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41), rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).

Sebelum kuisioner digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik


(58)

yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesalahan (validitas) dan kekosistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

1. Uji Validitas

Menurut Cooper (2006: 720) validitas adalah

untuk mengukur sejauh mana ketepatan alat ukur penelitian tentan isu atau arti sebenarnya yang diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pertanyaan dengan skor total. Untuk menguji tingkat kesahihan alat ukur digunakan teknik korelasi, yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing item pernyataan atau pertanyaan terhadap totalnya. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Teknik korelasi untuk menentukan validitas item ini samapai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan. Item yang memiliki korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika r = 0,377. Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,377 maka butir dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid. Selanjutnya angka korelasi yang bernilai positif berarti bahwa data valid.


(59)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 46

Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Uji keberatan koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikan 5%). Rumusan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Dimana :

n = Ukuran sampel

r = Koefisien Korelasi Pearson

Keputusan pengujian validitas instrument dengan menggunakan taraf signifikan dengan 5% satu sisi adalah:

1. Item instrument dikatakan valid jika thitung lebih besar dari atau sama dengan t0,05 maka instrument tersebut dapat digunakan.

2. Item instrument dikatakan tidak valid jika thitung kurang dari t0,05 maka item tersebut tidak dapat digunakan.


(60)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Pengalaman Auditor (X1) Kuesioner

X1

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0.237 0,377 Tidak Valid

2 0.418 0,377 Valid

3 0.318 0,377 Tidak Valid

4 0.274 0,377 Tidak Valid

5 0.495 0,377 Valid

6 0.390 0,377 Valid

7 0.446 0,377 Valid

8 0.557 0,377 Valid

9 0.450 0,377 Valid

10 0.424 0,377 Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel X1 yaitu Pengalaman Auditor setelah melalui proses pengolahan uji validitas dengan menggunakan korelasi pearson SPSS 18 yang dinyatakan valid karena nilai korelasi yang dihasilkan pada korelasi diatas 0,377, ternyata hanya variabel yang tidak valid yaitu kuesioner 1, 3 dan 4.


(61)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 48

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Independensi Auditor (X2) Kuesioner

X2

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0. 291 0,377 Tidak Valid

2 0. 482 0,377 Valid

3 0. 156 0,377 Tidak Valid

4 0. 080 0,377 Tidak Valid

5 0. 409 0,377 Valid

6 0. 329 0,377 Tidak Valid

7 0. 413 0,377 Valid

8 0. 540 0,377 Valid

9 0. 529 0,377 Valid

10 0. 392 0,377 Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel X2 yaitu Independensi setelah melalui proses pengolahan uji validitas dengan menggunakan korelasi pearson SPSS 18 yang dinyatakan valid karena nilai korelasi yang dihasilkan pada korelasi diatas 0,377 , ternyata hanya variabel yang tidak valid yaitu kuesioner 1, 3, 4 dan 6.


(62)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kualitas Audit Kuesioner

Y

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0. 395 0,377 Valid

2 0. 525 0,377 Valid

3 0. 389 0,377 Valid

4 0. 071 0,377 Tidak Valid

5 0. 415 0,377 Valid

6 0. 268 0,377 Tidak Valid

7 0. 509 0,377 Valid

8 0. 538 0,377 Valid

9 0. 093 0,377 Tidak Valid

10 0. 157 0,377 Tidak Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel Y yaitu Kualitas Audit setelah melalui proses pengolahan uji validitas dengan menggunakan korelasi pearson SPSS 18 yang dinyatakan valid karena nilai korelasi yang dihasilkan pada korelasi diatas 0,377 , ternyata hanya variabel yang tidak valid yaitu kuesioner 4, 6, 9 dan 10.

Pada tabel di atas dapat dilihat nilai koefisien korelasi setiap butir pernyataan dengan total item lainnya lebih besar dari nilai 0,377, hasil uji ini mengindikasikan bahwa semua butir pernyataan yang diajukan pada ketiga variabel valid dan layak digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian dan dapat diikutsertakan pada analisis selanjutnya.


(63)

B A B I I I O b j e k d a n M e t o d e P e n e l i t i a n | 50

2. Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006: 716) reliabilitas adalah :

Reliability is a characteristic of meansurenment concerned with accuracy, precision, and consistency”.

Selain memiliki tingkat kesahihan (validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.

b. Skor untuk masing-masing kelompok dijumlahkan sehingga terdapat skor total untuk kelompok I dan kelompok II.


(1)

B A B V K e s i m p u l a n d a n S a r a n | 139

5.2 Saran

5.2.1 Saran Secara Praktis

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang pengaruh pengalaman dan independensi auditor terhadap kualitas audit, maka penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung, yaitu sebagai berikut:

1. Pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung sudah baik, namun di setiap Kantor Akuntan Publik pasti tidak semuanya seorang auditor memilki pengalaman auditor yang baik juga. Untuk menghindari hal tersebut penulis menyarankan bahwa pada setiap Kantor Akuntan Publik khususnya di Wilayah Bandung agar dapat memberi pelatihan–pelatihan pada auditor junior–junior yang baru bergabung pada KAP tersebut.

2. Independensi auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung sudah baik, namun dilihat dari segi auditor sikap independen merupakan sikap yang juga mempengaruhi dalam pelaksanaan audit. Penulis memberi saran kepada auditor pada Kantor Akuntan publik di Wilayah Bandung, agar dapat terus mempertahankan sikap independen tersebut guna memberikan pandangan yang lebih baik kepada klien-klien yang sedang di auditnya ataupun klien di masa mendatang.

3. Kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung berada kategori yang sangat baik, namun setiap orang mempunyai tingkat kehati-hatian yang berbeda-beda, oleh sebab itu penulis menyarankan kepada


(2)

B A B V K e s i m p u l a n d a n S a r a n | 140

setiap auditor agar lebih hati-hati dalam pelaksanaan audit agar dapat terus memberikan kualitas audit yang sangat baik terutama pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.

4. Pengalaman dan independensi auditor memiliki pengaruh terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Penulis menyarankan kepada auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung agar tetap mempertahankan dan meningkatkan pengalaman auditor yang lebih baik serta sikap independen yang tidak mudah terpengaruhi oleh klien maupun pihak luar.

5.2.2 Saran Secara Akademis

Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya. Berikut rekomendasi yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya :

1. Memperluas objek penelitian mencakup Wilayah se-Provinsi atau se-Jawa 2. Menambah variabel lain di luar variabel yang di bahas oleh peneliti

3. Selanjutnya dari hasil penelitian ini minimal dapat mendorong dan memicu dilakukannya penelitian-penelitian berikutnya dibidang auditing. 4. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode wawancara dalam


(3)

141

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M.N.; Hapsari, T., dan Purwanti, L. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007

Arens, Alvin A, Elder, Randal J, Besley, Mark S .2006. Auditing and Assurance Services. Prentice Hall International. New York.

Arens, Alvin A, Randal & Mark. 2008. Auditing dan Jasa Assurance (Pendekatan Terintegrasi). Edisi Keduabelas. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Boynton, William C, Kell, Walter G. 2000. Modern Auditing. 7th edition. New York.

Castellani. Justinia 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Trikonomomika Vol. 7, No. 2, Desember 2008.

Christiawan, Yulius Jogi, 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.4 No.2 (Nov) Hal. 79-92.

Cooper, Donald R. dan William Emory. 1997. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kelima, Jilid 1, penerjemah Ellen Gunawan dan Imam Nurmawan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

DeAngelo, L.E. 1981a. “Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure Regulation”. Journal of Accounting and Economics. August. pp. 113— 127.

Eunike Christina Elfarini. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Husein Umar. 2002. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Profesional Akuntan Publik.

Kompartemen Akuntan Publik IAI. Jakarta.

Indah, S.N.M. 2010. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi FE Universitas Diponegoro, Semarang.

Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-pengalaman.


(4)

D a f t a r P u s t a k a | 142

Kusharyanti. 2003. Temuan Penelitian Mengenai Kualitas Audit dan Kemungkinan Topik Penelitian di Masa Datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen (Desember). Hal 25-60.

Messier, William F, Steven M. Glover, Douglas F. Prawitt. 2006. Auditing and Assurance Service: A System Approach. Edisi Empat. Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Paradiredja Kanakan & Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6. Salemba Empat. Jakarta.

Richard M. Tubbs. October 1992. The Effect of Experience on The Auditor Organization an Amount of Knowledge. University of Iowa. The Accounting Review. Vol 67 No 4.

Rizal Iskandar Batubara. 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Tesis. Universitas Sumatera Utara Medan.

Sawyer’s Internal Auditing: The Practice of Modern Internal Auditing. Edisi lima. Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sekar Mayangsari. 2003. Pengaruh keahlian dan independensi terhadap pendapat audit: Sebuah kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.6 No.1 (Januari).

Simamora, Henry. 2002. Auditing. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffesional Care, dan Akuntanbilitas terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Siti Kurnia R dan Ely Surhayati. 2009. Auditing (Konsep Dasar dan Pedoman Pemeriksaan Akuntan publik). Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sugiarto, Dergibson Siagian, Lasmono Tri Sunaryanto, Deny S. Oetomo. 2003.

Teknik Sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung. Sukrisno Agoes. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh KAP. Edisi III.


(5)

D a f t a r P u s t a k a | 143

Teguh Harhinto. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur. Semarang. Tesis Maksi : Universitas Diponegoro.

Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Kanisius: Bandung. Umi Narimawati. (2010) Metodelogi Penelitian : Dasar Penyusunan Penelitian

Ekonomi. Jakarta: Penerbit Genesis.

Yulianti. 2008. Pengaruh Kualitas Jasa Audit terhadap Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan Swasta di Jawa. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.

Sumber lain


(6)

144

RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertandatangan di bawahini :

Nama : Daniel Dwi Jaya

Umur : 22tahun

Tempat, TanggalLahir : Cirebon, 22 Agustus 1990 Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belummenikah Tinggi/BeratBadan : 172 cm/ 54kg

Alamat : Jl. Dipatiukur No. 120. Bandung Telepon : 085777511082

Menerangkandengansesungguhnya : PENDIDIKAN

No Tingkat Pendidikan Tahun Gelar

1. TK Tunas Karya 1994 – 1996 Lulus 2. SD NegeriRatnabudaya 1996 – 2002 Lulus 3. SMP Negeri I Purwadadi 2002 – 2005 Lulus 4. SMA PGRI I Subang 2005 – 2008 Lulus 5. UniversitasKomputerIndonesia

JurusanAkuntansi 2008

Belum Lulus