Table 5.7 Distribusi frekuensi dan persentase berat badan bayi yang di lahirkan oleh ibu berdasarkan tingkat paparan asap rokok saat kehamilan.
Tingkat paparan asap rokok
Berat Badan Bayi Jumlah
2400 gram
2500 – 4000 gram
4000 gram
Ringan 9
46 -
55 Sedang
6 41
- 47
Berat 2
4 -
6 Jumlah
17 91
- 108
Table 5.7 menunjukkan bahwa paparan asap rokok ringan mayoritas 46 responden melahirkan bayi dengan berat 2500 – 4000 gram, dan 9 responden melahirkan
bayi dengan berat 2400 gram. Pada paparan asap rokok sedang mayoritas 41 responden melahirkan bayi 2500 – 4000 gram dan 6 responden melahirkan bayi
dengan berat 2400 gram. Sedangan paparan asap rokok berat sebanyak 4 responden melahirkan bayi dengan berat 2500 – 4000 gram dan 2 responden
melahirkan bayi dengan berat 2400 gram. Dimana pada penelitian ini tidak di temukan responden yang melahirkan bayi 4000 gram.
1. Pembahasan
2.1 Gambaran Paparan Asap Rokok Selama Kehamilan Di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin Di Medan
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 54 responden 50 terpapar asap rokok ringan, sebanyak 41 responden 41 terpapar asap rokok sedang dan
13 responden 12 terpapar asap rokok berat selama kehamilan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Ramadhan 2012 tentang distribusi frekuensi ibu hamil
perokok pasif di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Meuraxa Kota Banda Aceh menyatakan dari 45 responden paling besar didapatkan ibu
hamil perokok pasif ringan sebanyak 26 orang 57,8.
Kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif merupakan perilaku berisiko yang patut dihindari. Rokok dapat
membahayakan kesehatan terutama ibu hamil karena zat-zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok seperti tar, nikotin, karbon monoksida CO, dan timah
hitam Pb dapat mengganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan. Dampak dari kebiasaan merokok pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran, komplikasi
kehamilan, penurunan fungsi paru pada bayi, bayi berat lahir rendah, bahkan kematian bayi pada saat dilahirkan Hindmarsh, 2008.
Didalam penelitian ini terdapat 14 responden 13 menyatakan merokok selama kehamilan dimana semua responden yang meokok menyatakan
menghabiskan lebih dari 6 batang rokokhari. Perokok aktif dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu perokok ringan dan perokok berat. Perokok ringan
adalah perokok yang menghisap 10 batang perhari dan perokok berat adalah orang yang menghisap ≥ 10 batang perhari Nindriani, 2013. Sebanyak 13
responden 12 diantaranya mengatakan mulai merokok sejak sebelum hamil atau trimester pertama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Jauniaux 2007 di
London. Jauniaux menemukan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok sejak
Universitas Sumatera Utara
awal kehamilan dapat menurunkan berat plasenta dan menyebabkan penurunan berat badan lahir bayi pada saat persalinan.
Sebanyak 94 orang responden 87 menjawab tidak merokok selama kehamilan, ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan responden dimana 49 orang
45,4 berpendidikan terakhir perguruan tinggi. Seperti yang dijelaskan oleh Notoatmodjo 2010 pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
pendidikan, pengalaman dan sumber informasi.
Proverawati 2012 mengatakan Pendidikan yang dimiliki oleh ibu adalah salah satu faktor penentu terjadinya bayi
berat lahir rendah. semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki bu maka semakin mudah memahami kiat-kiat dalam menjaga kesehatan selama kehamilan.
Penelitian ini mendapatkan 108 responden 100 menjawab tinggal serumah dengan anggota keluarga yang merokok dan sebanyak 92 responden
85,2 menjawab tinggal bersama suami. Menurut Ridwan 2000 dalam penelitiannya dengan judul “Analisis risiko pajanan asap rokok terhadap berat
badan lahir “, menunjukkan bahwa jumlah bayi yang lahir BBLR dari suami yang merokok lebih 10 batang sebesar 59,5 dan untuk yang kurang dari 10 batang
lahir BBLR sebanyak 45,5. Hasil analisis OR sebesar 1,760 95 CI.0,795- 3,897, berarti suami dengan merokok lebih 10 batang perhari berisiko 1,76 kali
lebih besar untuk mempunyai bayi berat lahir rendah BBLR. Linda 2011 mengatakan Ibu hamil yang menghirup asap rokok dari suaminya yang berada
dalam satu ruangan atau satu rumah dapat berpengaruh buruk pada kandungannya. Pengaruh asap rokok dari suami sangat berbahaya karena 75
asap rokok akan terhirup pada ibu hamil sebagai perokok pasif dapat dikatakan
Universitas Sumatera Utara
resiko tinggi terpapar asap rokok yang menjadi faktor bahaya bagi janin seperti bayi berat badan lahir rendah, bayi lahir prematur, bayi terlahir dengan gangguan
jantung bawaan, keguguran dan cacat pada janin seperti bibir sumbing. Lebih dari setengah responden 67 orang 62 menyatakan tinggal
serumah dengan anggota keluarga yang merokok lebih dari 10 batang perhari, hal ini sejalan dengan penelitian Sirajuddin 2011 mengatakan paparan asap rokok
berhubungan nyata dengan berat lahir bayi. Jumlah minimal yang memberikan efek pada status berat lahir rendah adalah 30 batangperhari, dan tidak sejalan juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasil perhitungan statistik menunjukkan rokok yang dihisap 1-10 batang per hari oleh perokok aktif di dalam rumah
selama ibu hamil, berisiko bagi ibu hamil untuk melahirkan BBLR sebesar 2,47 kali. Paparan asap rokok oleh perokok aktif yang merokok di dalam rumah lebih
dari 11 batang, berisiko 3,33 kali lebih besar bagi ibu hamil untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak ada perokok di dalam
rumahnya Irnawati, 2011. Penelitian Khattar 2013 di India yang menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap rokok memiliki peluang lebih besar
melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Semakin banyak jumlah paparan asap rokok dari batang rokok yang
dihisap maka semakin tinggi pula risiko ibu melahirkan bayi berat lahir rendah. Bila ibu hamil terpapar asap rokok dari suami yang mengkonsumsi rokok antara
11-20 batang setiap hari berisiko 4,06 kali menyebabkan terjadinya bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan yang tidak sama sekali menghisap rokok,
bahkan meningkat 17,62 kali lebih berisiko bila terpapar terpapar asap rokok dari
Universitas Sumatera Utara
suami yang mengkonsumsi rokok 20 batang setiap harinya. Sebanyak 62 responden 57,4 mengatakan kurang dari 3 jamhari menghirup paparan asap
rokok selama berada di rumah dan 60 responden 55 ,6 mengatakan kurang dari 3 jamhari terpapar asap rokok di tempat berkerja atau di lingkungan tempat
ibu berkerja. Sesuai dengan penelitian Miyake, Tanaka dan Arakawa 2013, menyatakan dalam penelitiannya di Generation RS didapatkan bahwa ibu hamil
yang terpapar asap rokok lebih dari 3 jamhari di akhir kehamilan kehamilan ≥ 25 minggu secara bermakna dikaitkan dengan peningkatan risiko BBLR, tetapi tidak
lahir prematur. Sebanyak 68 responden 63 tidak berkerja di luar rumah tetapi 57
responden 52,8 menjawab memiliki rekan yang merokok di tempat ibu berkerja atau berada dilingkungan tempat ibu berkerja. Hal ini dikarenakan ada
25 responden 23,1 memiliki perkerjaan wiraswasta.
2.2 Gambaran kehamilan dan berat badan bayi Di Beberapa Rumah Sakit dan Klinik Bersalin Di Medan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paparan asap rokok ringan mayoritas 46 responden melahirkan bayi dengan berat 2500 – 4000 gram. Pada
paparan asap rokok sedang mayoritas 41 responden melahirkan bayi 2500 – 4000 gram dan pada penelitian ini tidak di temukan responden yang melahirkan bayi
4000 gram. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Ramadhan 2012 yaitu dari 4 responden yang perokok pasif berat di dapatkan 3 75 ibu mengalami kejadian
BBLR Bayi Berat Lahir Rendah, dari 2 responden yang perokok pasif ringan di dapatkan 9 34,6 ibu melahirkan bayi berat badan normal, sedangkan dari 15
Universitas Sumatera Utara
responden yang tidak terpapar dengan asap rokok di dapatkan 15 100, ibu melahirkan dengan bayi berat badan normal tidak mengalami kejadian BBLR.
Dari hasil uji Statistik, Chi – square diperoleh nilai kemaknaan p = 0,004 p ≤ 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
ibu hamil perokok pasif dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah BBLR. Penelitian Amiruddin 2007 menunjukkan bahwa ibu hamil yang terpapar asap
rokok berisiko 3,7 kali lebih besar melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terpapar asap rokok. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, dan kadar nikotin dalam rokok. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin panjang
waktu yang dihabiskan untuk merokok, dan semakin tinggi kadar nikotin dalam rokok yang dihisap maka bahaya yang ditimbulkan dari paparan asap rokok pada
ibu hamil semakin meningkat. Kandungan nikotin dalam rokok yang dihirup oleh ibu hamil dapat meningkatkan tekanan darah dan adrenalin sehingga nafsu makan
dari ibu hamil menjadi menurun. Bila nafsu makan menurun maka asupan makanan bergizi pada ibu hamil menjadi berkurang, begitu juga untuk bayinya.
Bila asupan gizi untuk bayi tidak tercukupi maka dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam kandungan.
Sebanyak 98 responden 90,7 tidak pernah melahirkan bayi dibawah 2500 gram dan 10 responden 9,3 pernah melahirkan berat badan lahir rendah
2500 garam pada kehamilan sebelumnya dimana responden tersebut juga terpapar asap rokok di kehamilan sebelumnya tersebut.
Mayoritas 91 responden 83,5 melahirkan bayi dengan berat badan normal. Didukung dengan hasil penelitian sebanyak 90,7 ibu yang melahirkan
Universitas Sumatera Utara
tidak punya riwayat melahirkan bayi berat lahir rendah. Data hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu yang melahirkan berusia 20 sampai 35 tahun dimana
usia tersebut adalah usia produktif seorang wanita untuk hamil dan melahirkan. Umur 20-35 tahun adalah umur reproduksi yang optmal bagi seorang wanita,
karena pada umur tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental sudah matang, sudah mampu merawat bayi dan dirinya sendiri sebagai seorang ibu
Manuaba, 2012. Sedangkan pada umur dibawah 20 tahun, organ-organ reproduksi wanita tidak dapat berfungsi dengan sempurna. Bila rahim dan
panggul wanita belum mencapai ukuran dewasa akan mempermudah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan. Demikian pula pada wanita
dengan usia lebih dari 35 tahun, organ reproduksinya mengalami penurunan kesehatan karena proses degeneratif sudah mulai bermunculan Prawirohardjo,
2010. Mayoritas ibu yang melahirkan pada penelitian ini berpendapatan keluarga Rp. 4.000.000. Sesuai dengan penelitian Amalia 2009 bahwa ibu yang status
ekonominya rendah berisiko 4,354 kali melahirkan bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu yang status ekonomi tinggi. Kejadian bayi berat lahir
rendah sering terjadi pada ibu dengan tingkat sosial ekonomi rendah.
Proverawati 2012 menyatakan s
osial ekonomi masyara
kat sering dinyatakan dengan
pendapatan keluarga yang mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam
memenuhi kebutuhan, kesehatan, dan pemenuhan gizi dalam keluarganya Status gizi ibu pada masa kehamilan berkaitan erat dengan terjadinya bayi berat lahir
rendah karena status gizi pada masa kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan janin dalam kandungan Manuaba, 2012.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Hasil penelitian “Gambaran Paparan Asap Rokok selama Kehamilan dan Berat Badan Bayi yang di Lahirkan pada Ibu yang Melahirkan di Beberapa
Rumah Sakit dan Klinik Bersalin di Medan” mendapatkan 50 ibu yang melahirkan terpapar asap rokok ringan dengan berat badan bayi lahir 2500 sampai
4000 gram.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
2.1 Praktek Keperawatan Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi teman sejawat, diharapkan
dapat memberikan konseling atau penyuluhan mengenai bahaya paparan asap rokok bagi ibu hamil, sehingga kepada ibu hamil agar disarankan untuk
menghindari dari asap rokok dan apabila ada keluarga yang merokok diharapkan tidak didalam rumah.
2.2 Pendidikan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dan sumber
informasi yang penting bagi mahasiswa, dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai tingkat paparan asap rokok selama dan
kaitannya dengan berat badan bayi yang dilahirkan. 2.3
Peneliti Selanjutnya
Universitas Sumatera Utara