Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan

43 perusahaan. Hasil ini mendukung pernyataan bahwa dengan kepemilikan manajerial dapat mendorong manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

3.0.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Perusahaan

Berdasarkan teori keagenan, perusahaan yang memisahkan struktur kepemilikannya menjadi dua yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional akan rentan terhadap konflik Jensen dan Smith, 1984. Konflik ini terjadi karena adanya perilaku menyimpang yang dilakukan manajer perusahaan. Untuk mengurangi perilaku penyimpang ini perlu adanya pengawasan oleh pihak luar perusahaan. Kepemilikan saham oleh insitusi dapat mengurangi perilaku menyimpang oleh manajer dengan melakukan pengawasan. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lain, sehingga kekuatan suara mereka atas saham yang dimiliki dapat lebih kuat dalam mengawasi dan memutuskan segala kegiatan yang dilakukan manajer. Hal ini memberikan dampak yang baik bagi perusahaan karena segala sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan pada akhirnya kinerja perusahaan akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi dan Musallam 2015 menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini mendukung pernyataan bahwa kepemilikan 44 institusional dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan kemampuannya dalam mengawasi kebijakan manajemen yang tidak sejalan dengan perusahaan agar berjalan sesuai dengan kepentingan perusahaan. H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan

3.0.3 Pengaruh leverage Terhadap Kinerja Perusahaan

Hutang merupakan salah satu strategi perusahaan dalam memperoleh sumber modal jika dana internal tidak mencukupi. Dalam pecking order theory dikatakan bahwa leverage akan mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi perusahaan Myers dan Majluf, 1984. Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi akan menghadapi risiko yang tinggi karena banyak hutang yang harus ditanggung. Hutang yang besar membuat sebagian pendapatan perusahaan digunakan untuk membayar kewajiban dalam bentuk hutang pokok berserta bunganya, hal ini mengakibatkan keuntungan yang diterima pemegang saham menjadi sedikit. Penelitian yang dilakukan oleh Yulianto 2011 menunjukkan hasil bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dari hasil penelitian tersebut mendukung bahwa pengaruh buruk hutang dapat menimbulkan masalah baru bagi perusahaan. Kinerja perusahaan menurun karena laba perusahaan semakin berkurang dengan adanya pembayaran bunga. Penggunaan hutang oleh perusahaan yang rendah berarti perusahaan memiliki dana internal yang cukup dalam mendanai aktivitasnya. Hal ini menandakan perusahaan