Pecking Order Theory Kajian Teori

17 2. Perusahaan menyesuaikan target devidend pay-out ratio dengan kesempatan melakukan investasi. 3. Kebijakan dividen yang kaku, ditambah dengan flutuasi profitabilitas dan ketidakpastian peluang investasi, mengindikasikan bahwa aliran dana internal perusahaan kadang lebih besar atau lebih kecil dari capital expenditure. Apabila dana internal lebih besar maka perusahaan akan menggunakannya untuk melunasi hutang atau berinvestasi pada marketable securities. Sebaliknya apabila perusahaan mengalami defisit, maka perusahaan akan menurunkan saldo kas atau menjual marketable securities. 4. Jika pendanaan ekternal diminta, maka perusahaan cenderung lebih memilih hutang dahulu kemudian sekuritas. Perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal dikarenakan pendanaan internal lebih memungkinkan perusahaan untuk tidak membuka diri terhadap pihak luar, sedangkan hutang yang menjadi sumber pendanaan eksternal perusahaan yang lebih disukai dari pada penerbitan saham baru dikarenakan biaya emisi obligasi yang lebih murah dari pada biaya emisi saham. Selain itu dengan adanya penerbitan saham baru, manajemen khawatir para pemodal akan memiliki pandangan yang negatif sehingga berdampak buruk bagi harga saham Husnan, 1996. Pecking order theory ini memperkuat teori perusahaan yang mengarah pada kemakmuran pemilik perusahaan. Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan perlu mempunyai urutan-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan yang akan digunakan perusahaan. Dengan teori ini, perusahaan 18 diarahkan untuk dapat mendanai aktivitasnya dengan sumber dana internal dari pada eksternal untuk menimimalisir risiko yang timbul. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan sumber pendanaan internal ini dapat mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik.

2.1.3 Stakeholder Theory

Stakeholder Theory adalah toeri yang mendasari bahwa terdapat hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder perusahaan yang mencakup pekerja, pelanggan, pemasok dan mitra bisnis perusahaan. Freeman dalam Fontaine 2006 mendefinisikan stakeholder atau pemangku kepentingan sebagai kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi. Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap penting atau powerfull bagi perusahaan. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapkan danatau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan keuangan. Kelompok-kelompok utama stakeholder adalah pelanggan, karyawan, masyarakat sekitar, pemasok, distributor, dan pemegang saham. Meek dan Gray dalam Baroroh 2013 menyatakan bahwa konsensus yang berkembang dalam konteks teori stakeholder adalah bahwa laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang saham shareholder, sementara value added adalah ukuran yang lebih akurat yang diciptakan oleh 19 stakeholders dan kemudian didistribusikan kepada stakeholders yang sama. Keduanya value added dan return dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja organisasi. Kinerja perusahaan yang dinilai dalam bentuk return dan value added, tidak hanya dilihat dari kinerja ekonomi dan keuangan saja namun juga dilihat dari intellectual capital yang perusahaan miliki. Intellectual capital mencakup human capital, sturctural capital, dan capital employed. Manajemen perusahaan dituntut harus bisa mengelola ketiga elemen intellectual tersebut dengan baik. Semakin baik dan semakin tinggi nilai intellectual capital maka semakin tinggi value added yang dihasilkan perusahaan untuk mensejahterakan stakeholders. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengelola perusahaan.

2.2 Kinerja Perusahaan

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu dan merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki Helfert dalam Gaol, 2014: 589. Kinerja perusahaan menunjukan prestasi karyawan perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan secara optimal. Kinerja perusahaan merupakan kemampuan karyawan dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan dalam mencapai sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengalokasikan sumber daya Nur’aeni, 2010.