Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah membutuhkan dana yang sangat besar untuk membiayai pengeluaran negara. Salah satu sumber penerimaan negara adalah penerimaan dari sektor pajak. Bila ditinjau dari sistem keuangan negara, pajak mempunyai peranan dan sekaligus merupakan unsur yang penting sebagai pemasok dana terbesar sebagai sumber penerimaan negara. Penerimaan dari sektor pajak ini menjadi sektor yang sangat penting karena porsi penerimaan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Iswahyudi, 2005:24. Pada akhir tahun 1970-an sampai dengan awal tahun 1980-an, tumpuan penerimaan negara bersumber dari sektor minyak dan gas bumi migas. Seiring dengan menurunnya penerimaan negara dari sektor migas akibat gejolak pasar minyak dunia, sumber penerimaan negara yang dianggap mampu untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan yaitu berasal dari sektor pajak. Melihat besarnya peranan pajak tersebut, tentunya potensi pajak yang ada saat ini perlu digali secara optimal untuk meningkatkan penerimaan pajak sehingga pembangunan negara yang berkesinambungan dapat terwujud dan dapat tercipta kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dialokasikan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa, seperti sektor 2 pertanian, perdagangan, industri, perbankan, kesehatan, dan pendidikan. Dapat dilihat betapa sektor pajak sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik agar tujuan dari pajak itu sendiri dapat tercapai. Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan negara dapat dilihat dari penerimaan pajaknya. Pajak dipungut untuk dikembalikan ke rakyat melalui pengeluaran-pengeluaran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Manfaat pajak sangat strategis, yaitu sebagai urat nadi kehidupan bangsa. Pajak menempati porsi paling besar dalam pemasukan negara. Sekitar 70 dari penerimaan dalam negeri berasal dari pajak. Seperti dikutip oleh Hutagaol 2006:209 dalam kurun waktu 2001-2005, penerimaan pajak tumbuh diatas 20 pertahun, seperti ditunjukkan dalam tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Penerimaan Pajak dalam jutaan rupiah 2001 2002 2003 2004 2005 Total Penerimaan Pajak 185.540,9 210.087,5 242.048,2 280.879,9 346.833,7 Tax Ratio 11,02 11,07 11,6 12,12 12,71 Sumber: Direktorat Perencanaan, Potensi dan Sistem Perpajakan – Direktorat Jenderal Pajak. Jika dilihat dari rasio perpajakan terhadap Produk Domestik Bruto PDB yang disebut juga rasio pajak tax ratio, jumlah penerimaan pajak di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Seperti dikutip oleh Mustikasari 2007:2, tax ratio Indonesia paling 3 rendah di kawasan ASEAN yaitu hanya rata-rata sebesar 12,2 - 13,5 untuk tahun 2001 – 2006 Berita Pajak, 1 September 2005. Sementara itu, tax ratio negara-negara ASEAN lainnya yaitu sebesar: 20,17 Malaysia, 21,4 Singapura, 18,8 Brunai, dan 17,28 Thailand. Rendahnya tax ratio merupakan cerminan dari rendahnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983, yaitu melalui perubahan sistem pemungutan official assessment menjadi self assessment. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak, sedangkan self assessment system yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang Mardiasmo, 2006:7. Kesadaran wajib pajak merupakan kunci dari self assessment system. Dalam self assessment system, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, melaporkan serta menyetorkan sendiri pajak yang terutang sesuai peraturan perpajakan. Oleh karena itu, apabila kesadaran wajib pajak semakin tinggi atas kewajiban perpajakannya maka tidak mustahil target penerimaan pajak akan tercapai Gunadi, 2003:38. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan self assessment system perlu diikuti dengan tindakan pengawasan agar sasaran dari kebijakan perpajakan itu dapat tercapai. 4 Pelaksanaan self assessment system tentunya masih mengalami berbagai kendala, diantaranya yaitu masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini bisa disebabkan karena persepsi masyarakat yang negatif, yakni menganggap pajak sebagai suatu beban atau paksaan karena wajib pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung ataupun karena ketidakpercayaan wajib pajak atas pengelolaan pajak itu sendiri. Agar dapat tercipta persepsi yang positif dari masyarakat sehingga kesadaran untuk memenuhi kewajiban dapat meningkat, tentunya diperlukan usaha yang optimal dari pemerintah. Langkah nyata yang diambil pemerintah untuk dapat terus menggali potensi penerimaan pajak yaitu melalui modernisasi perpajakan yang dimulai sejak tahun 2002. Modernisasi ini dilakukan melalui perbaikan sistem administrasi perpajakan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak. Upaya lain yang dilakukan pemerintah yaitu dapat dilakukan melalui amandemen Undang-undang perpajakan, intensifikasi dan ekstensifikasi perpajakan, serta menerapkan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak. Pada tahun 2007, pemerintah telah mensahkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan KUP dan berlaku sejak tanggal 1 Januari 2008. Bersamaan dengan berlakunya undang-undang tersebut, diberlakukan pula sebuah kebijakan baru dalam dunia perpajakan di Indonesia, yaitu Sunset Policy. Secara umum, Sunset Policy adalah penghapusan sanksi administrasi yang terbagi atas dua bagian. Pertama, wajib pajak yang dalam tahun 2008 5 menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Pajak SPT penghasilan sebelum tahun pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar, diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak. Kedua, wajib pajak orang pribadi yang dalam tahun 2008 mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP secara sukarela dan menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya, diberikan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang tidak atau kurang dibayar untuk tahun pajak 2007 dan sebelumnya. Sunset Policy mulai berlaku efektif bersamaan dengan Undang- Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada 1 Januari 2008 dan berakhir pada 31 Desember 2008. Dengan berlakunya kebijakan ini tentunya diharapkan dapat tercipta persepsi yang positif dari wajib pajak dan dapat menambah pemasukan APBN secara signifikan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Anisah 2007 bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari persepsi peran account representative terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1 pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak 2 konsultasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak 3 pengawasan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak 4 pelayanan, konsultasi, dan pengawasan secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib 6 pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Malik 2007 bertujuan untuk menguji pengaruh pengalaman, motivasi, dan kepribadian wajib pajak badan dan untuk menguji pengaruh persepsi wajib pajak badan terhadap pelaksanaan self assessment system . Hasil dari penelitian ini adalah 1 pengalaman, motivasi, dan kepribadian wajib pajak badan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi 2 persepsi wajib pajak badan berpengaruh terhadap pelaksanaan self assessment system . Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan persepsi antara wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi terhadap Sunset Policy. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP SUNSET POLICY” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan terhadap Sunset Policy?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Terhadap Pembayaran Pajak dan Pelaporan SPT Tahunan di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

5 119 74

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan wajib pajak dalam penyampaian surat pemberitahuan (SPT) tahunan wajib pajak badan (Studi kasus pada KPP Pratama Kebayoran Lama)

2 11 202

Analisis efektivitas penerapan kewajiban kepemilikan nomor pokok wajiab pajak (NPWP) sebagai faktor pendukung dalam pelaksanaan program ekstensifikasi Pajak : studi kasus pada kpp pratama jakarta kebayoran lama.

1 37 115

Analisis pengaruh penerapan sensus pajak, sosialisasi pajak dan persepsi efektifitas sistem perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada KPP wilayah Jakarta Selatan

1 11 132

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak orang pribadi : studi kasus pada kpp pratama kebayoran lama

8 28 114

Pengaruh Kualitas pelayanan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Orang pribadi Di KPP Pratama Soreang)

4 31 49

Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di KPP Pratama Bandung Cibeunying

4 45 141

Pengaruh Persepsi Keadilan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus : KPP Pratama Bojonagara).

4 11 17

Peranan Sunset Policy terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus pada KPP Pratama Bandung Bojonagara).

0 0 17

WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI( STUDI PADA KPP PRATAMA LAMONGAN)

0 0 16