Interaksi sosial merupakan kontak-kontak sosial dan komunikasi yang dinamis antarmahasiswa dengan mahasiswa lain dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tertentu
bedasarkan kerja sama Pratiko,1989:45 berlangsungnya suatu proses interaksi didasari pada faktor-faktor lain : faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor –faktor
tersebut dapat bergerak sendiri maupun bersama. faktor imitasi adalah tindakan meniru prilaku orang lain, sedangkan sugesti berlangsung bila seseorang memberi suatu
pandfangan yang bersal dari diri kemudian diterima oleh fihak lain, diterimanya sikap dan panddangan ini disebut simpati, sementara itu, identifikasi merupakan keinginan-
keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Faktor-faktor yang disebutkan di atas dapat mendorong seseorang untuk
mengikuti dan mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nnilaa yang berlaku pada pihak lain, sehingga akan mendorong terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Apabila nilai nilai
kekeluargaan tertanam pada kelompok kelompok etnik, maka akan menyulitkan terjadinya imitasi, sugesti, indentifikasi dan simpati terhadap nilai nilai di luar dari
kelompok etnik yang lain. Hal ini, juga menyebabkan tidak ada komunikasi yang baik diantara mereka yang pada akhirnya tidak terjadi proses interaksi yang harmonis secara
intensif. Apabila interaksi diantara mahasiswa dapat berjalan dengan baik tentu akan
memudahkan mereka untuk mengenal lebih jauh siapa dan yang mana anggota di luar kelompoknya.
II.3.2.2 Prasangka Sosial
Allport 1958 menyatakan bahwa pengertian prasangka telah mengalami transformasi dari dahulu hingga sekarang. Pada mulanya prasangka merupakan
pernyataan yang hanya didasarkan pada pengalaman dan keputusan yang tak diuji terlebih
Universitas Sumatera Utara
dahulu. Pernyataan itu bergerak pada suatu skala suka dengan tidak suka, mendukung dengan tidak mendukung terhadapa sifat sifat tertentu. Namun, pengertian prasangka kini
lebih diarahkan padan pandangan yang emosional dan bersifat negatif terhadap seseorang atau kelompok orang tertentu. Effendy 1981 mengemukankan pengertian prasangka
dalam hubungannya dengan komunikasi bahwa prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu kegiatan komunikasi oleh karena itu, orang
orang yang mempunyai prasangka belum apa apa sudah bersikap curuga dan menentang komunikator yang melancarkan komunikasi. Dalam prasngka emosi memaksa kita untuk
menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa mengemukan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata.
Menurut jones 1971 prasangka adalah sikap antisipasi yang didasarkan pada suatu cara mengeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalaha itu mungkin saja terungkap
dengan nyata dan langsung ditujukan kepda seseorang yang menjadi anggota suatu kelompok tertantu. Prasangka merupakan sikap yang negaatif yang diarahkan kepada
seseorang atas dasar perbandingan dengan kelompok sendiri. Pernyataan tersebut sebenarnya tetap berakar pada perspektif etnosentrisme. Sehingga prasangka sosial
diduga kuat sekali pengaruhnya terhadap komunikasi antar etnik. Secara umum dapat disimpulkan bahwa prasangka merupakan suatu sikap yang
sangat negatif yang diarahkan kepada kelompok tertentu dan lebih dipokuskan pada suatu ciri ciri negatif ataupun lebih pada kelompok tersebut. Sikap demikian bisa dikatan
sebagai sikap yang mengahabat efektivita komunikasi diantara komunikator dan komunikan yang berbeda etniknya.
Dalam kajian teoritis ini Lili weri, 1994 berpendapat ada tiga faktor penentu prasangka yang diduga mempengaruhi komunikasi yaitu: stereotip, jarak sosial, dan
diskriminasi.
Universitas Sumatera Utara
1. Stereotip
Menurut Verdeber 1986 dalam Lili weri 2001, yang dimaksud dengan stereotip adalah sikap dan karakter yang dimiliki seseorang untuk menilai oarang lain semata mata
berdasarkan pengelompokan kelas atau pengelompokan yang dibuatnya sendiri. Stereotip cendrung mengarah pada sikap yang negatif terhadap orang lain, menurut
Gerungan 1988, stereotip merupakan suatu gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat sifat dasn watak pribadi orang, golongan lain yang umumnya bercorak negatif.
Selanjutnya kata Gerungan, stereotip mengenai orang lain sudah terbentuk pada orang yang berprasangka sebelum ia mempunyai kesempatan untuk bergaul sewajarnya dengan
orang orang lain yang dikenakan prasangka itu. Stereotip juga dapat dikemukan dalam lingkup nasional, di negara kita misalnya
terdapat stereotip stereotip antar suku. Tidak jarang kita mendengar bahwa orang Sunda suka basa basi, lelakinya tukang kawin , wanitanya pesolek, orang Padang pelit, orang
Jawa penganut aliran kepercayaan, orang Batak kasar dan sebagainya Mulyana 1998:236
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan jika komunikasi diantara mereka yang berbeda etnik didahului oleh stereotip yang negatif antar etnik akan mempengaruhi efektivitas
komunikasi. Bahkan pada gilirannya akan mengahambat intekgrasi manusia yang sudah pasti akan dilakukan lewat komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi
bermedia. Dengan demikian, kebeeradaan stereotip stereotip antar etnik di negara kita pun dapat pula mnghambat intekgrasi suku suku bangsa tersebut.
2. Jarak Sosial
Salah satu faktor yang diduga mempengaruhi efektivitas komunikasi antar etnik adalah jarak sosial. Menurut Deaux 1984, jarak sosial merupakan aspek lain dari
prasangka sosial yang menunjukan tingkat peneriamaan seseorang terhadap orang lain
Universitas Sumatera Utara
dalam hubungan yang terjadi diantara mereka. Doobs 1985 mengemukan jarak sosial merupakan perasaan untuk memisahkan seseorang atau kelompok tertentu berdasarkan
tingkat penerimaan tertentu. Liliweri 2001 berasumsi bahwa semangkin dekat jarak sosial seseorang
komunikator dari suatu etnik dengan seseorang kemungkinan dari etnik lain, maka semakin efektif pula komunikasi diantara mereka. Sebaiknya jika semakin jauh jarak
sosial maka semakin kurang efektif komunikasi. 3.
Diskriminasi Dalam hal ini, Doob 1985:235 mengemukakan bahwa diskriminasi suatu prilaku
yang ditujukan untuk mencegah suatu kelompok atau membatasi kelompok lain berusaha memiliki atau mendapatkan sumber daya dalam Lubis, 1999:22. diskriminasi dapat
dilakukan melalui : kebijaksanaan untuk mengurangi pemusnahan, penaklukan, pemindahan, asimilasi terhadap kelompok lain. Ini berati bahwa diskriminasi sebagai
kecendrungan prilaku nyata yang dapat diarahkan dalam bentuk negatif atau positif.
II.3.2.3 Efektivitas Komunikasi