remineralisasi.
4,8
Tetapi apabila makanan dan minuman berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel gigi tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
2.2 Pengukuran Risiko Karies
Komponen utama program pencegahan adalah untuk menilai risiko seseorang akan perkembangan suatu penyakit. Agar perawatan pasien dapat berhasil dengan
baik, maka hal penting yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi bila menemui kasus karies adalah mengidentifikasinya, tidak hanya faktor etiologi tetapi juga faktor
non-etiologi, yang disebut dengan istilah indikator risiko karies. Indikator risiko karies ini bukan merupakan faktor penyebab tetapi faktor yang pengaruhnya
berkaitan dengan terjadinya karies. Efek faktor tersebut dibedakan menjadi faktor risiko dan faktor modifikasi.
Faktor risiko merupakan faktor yang memiliki hubungan sebab akibat dengan terjadinya karies. Individu dengan risiko karies yang tinggi adalah seseorang yang
mempunyai faktor risiko karies yang lebih banyak. Faktor risiko karies terdiri atas karies, fluor, oral higiene OH, bakteri, saliva dan pola makan.
4
Faktor modifikasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam perkembangan karies selain dari faktor risiko. Faktor ini memang tidak langsung menyebabkan
karies, namun pengaruhnya berkaitan dengan perkembangan karies. Faktor tersebut adalah umur, jenis kelamin, perilaku, faktor sosial, genetik dan pekerjaan, dan
kesehatan umum.
4,5
4
Universitas Sumatera Utara
Setiap individu memiliki keadaan lingkungan rongga mulut yang berbeda yang dapat mempengaruhi terjadinya proses karies. Oleh karena itu, pemeriksaan faktor
risiko karies harus dilakukan secara individual. Risk atau risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya sesuatu yang membahayakan. Menurut Hausen et al, risiko karies
adalah kemungkinan seseorang untuk mempunyai beberapa lesi karies dalam jangka waktu tertentu.
4
Pengukuran risiko karies adalah suatu cara untuk memprediksi terjadinya sebuah lesi karies atau berkembangnya suatu lesi yang baru dan bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi sebelum mereka menjadi individu dengan karies aktif, selain itu juga untuk melindungi pasien dengan risiko rendah,
yaitu dengan menentukan jadwal kunjungan berkala yang baik, serta untuk memonitor perubahan status penyakit pada pasien dengan karies aktif.
Risiko karies pada setiap orang memang tidak sama, bahkan tidak tetap seumur hidup, sebab hal ini dapat berubah apabila pasien melakukan tindakan
pencegahan karies baik oleh dirinya sendiri maupun yang dilakukan dokter gigi.
4
Pengukuran risiko karies menentukan kemungkinan terjadinya karies dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran risiko karies juga termasuk melihat kemungkinan
akan adanya perubahan dalam bentuk atau aktivitas lesi di dalam mulut. Kebanyakan dokter gigi menggabungkan beberapa bentuk pengukuran risiko karies ketika
mengukur risiko karies pada pasien berdasarkan kesan yang diperoleh secara keseluruhan pada pasien yang digabungkan dengan pengalaman karies pasien untuk
Pengukuran yang teratur sangat dibutuhkan sehingga tindakan pencegahan yang tepat dapat
dilakukan jika lesi karies berkembang.
Universitas Sumatera Utara
memperoleh nilai prediksi yang tepat, tetapi dalam hal ini belum jelas bagaimana seorang dokter gigi secara sistematis menggabungkan informasi tersebut ke dalam
langkah-langkah perawatan yang telah ditetapkan. Namun, beberapa hasil penelitian menyarankan bahwa pengukuran risiko karies
tidak digabungkan dengan hampir separuh dari keseluruhan rencana perawatan pasien. Proses perencanaan hasil deteksi karies, diagnosa dan pengukuran risiko,
sama baiknya dengan memberitahu pasien tentang hasil pemeriksaan dan bagaimana perawatan serta prognosanya karena sangat penting untuk menyesuaikan manajemen
perawatan karies yang efektif. Pengukuran risiko karies dinilai oleh ahli sangat penting dalam manajemen
perawatan karies, sebab karies merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak faktor multifactorial disease. Oleh karena itu, suatu pengukuran risiko karies harus
mengevaluasi seluruh faktor yang terlibat dalam penyakit tersebut. Pengukuran seluruh faktor risiko tidak hanya membuat pengukuran risiko karies tersebut menjadi
lebih akurat, tetapi juga untuk mengidentifikasi faktor etiologi yang bertanggung jawab terhadap timbulnya karies tersebut pada pasien tertentu. Jadi, pengukuran
risiko karies berguna untuk penanggulangan karies di klinik dengan membantu dental professional untuk
21
a. Mengevaluasi tingkat perkembangan risiko karies pasien untuk menentukan
intensitas perawatan dan frekuensi dari kunjungan berkala selanjutnya. :
b. Membantu mengidentifikasi faktor etiologi utama yang berperan pada karies
tersebut karena serangan yang diterima dapat berpengaruh terhadap perkembangan
Universitas Sumatera Utara
penyakit dan dalam menentukan jenis perawatan contohnya kontrol plak, kontrol diet, meningkatkan penggunaan fluoride, menggunakan antimikrobial agent.
c. Menentukan apakah diperlukan prosedur diagnosa tambahan misalnya
analisa kecepatan aliran saliva, analisa diet d.
Membantu menentukan perawatan restorasi misalnya disain kavitas, memilih bahan yang akan digunakan.
e. Meningkatkan rehabilitas prognosa perawatan yang telah direncanakan.
f. Menilai keefektifan perawatan pencegahan yang telah direncanakan untuk
kunjungan berikutnya. Metode yang sering digunakan dalam pengukuran risiko karies, yaitu Uji
Aktivitas Karies UAK.
5
Uji Aktivitas Karies UAK merupakan salah satu cara yang dipilih dalam hal pencegahan karies karena uji ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya karies
pada masa yang akan datang. Di samping itu, UAK sangat bermanfaat untuk melakukan seleksi pasien yang memiliki kecenderungan karies yang tinggi.
Namun, tidak ada satu pun dari tes tersebut yang dapat mengukur ketahanan host, mikroba patogen dan kariogenisitas makanan sekaligus.
Dengan mengkombinasikan pengalaman karies dengan jumlah S.mutans, dapat diperoleh tes yang lebih prediktif daripada tes yang lain.
Suatu uji yang dapat diandalkan harus dapat menunjukkan stadium dini proses karies terutama sebelum lesi baru tersebut mencapai tahap irreversible. Suatu uji
aktivitas karies harus dapat memberikan informasi tentang fase penyerangan,
Universitas Sumatera Utara
ketahanan dan proses remineralisasi karies untuk mengetahui apakah suatu gigi mempunyai risiko yang tinggi terhadap karies. Bila faktor penyerang tinggi dan
faktor ketahanan lebih tinggi, maka tidak terjadi karies. Bila faktor penyerang rendah, maka karies dapat juga terjadi apabila faktor ketahanan lebih rendah. Keadaan ini
menunjukkan ada kesatuan antara organisme yang menyerang dengan ketahanan dan perbaikan gigi dan ini merupakan hal yang lebih penting diperhatikan daripada
melihatnya secara terpisah. Ada beberapa UAK yang berkembang sebagai upaya untuk mengetahui
hubungan uji aktivitas karies dengan uji insidens karies seseorang di masa yang akan datang. Uji tersebut dapat menggunakan saliva sebagai medianya. Namun ada juga
beberapa teknik UAK yang sedang berkembang, yaitu Cariogram, Cariostat, dan TL- M.
Untuk uji yang menggunakan saliva sebagai media, dapat dilakukan uji pada bakteri yang terkandung di dalam saliva ataupun dengan melakukan uji pada faktor-
faktor yang mempengaruhi komposisi dan kondisi sekresi saliva, yaitu laju aliran saliva, dan kapasitas buffer saliva. Uji tersebut adalah:
a. Penghitungan jumlah Laktobasillus
Tes ini merupakan uji yang pertama kali digunakan para ahli sebagai uji aktivitas karies. Cara ini pertama sekali diperkenalkan oleh Hadley 1933.
4
Tes ini dilakukan dengan menggunakan saliva. Saliva yang diperoleh dari penderita karies
aktif biasanya mengandung bakteri Laktobasillus dalam jumlah tinggi, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
saliva penderita bebas karies tidak mengandung Laktobasillus atau sedikit dibanding dengan individu yang menderita karies.
Uji aktivitas ini selalu berguna dalam menentukan apakah penderita harus membatasi pemakaian karbohidrat dan untuk mengetahui keaktifan penderita dalam
melaksanakan program pencegahan di rumah. Dari uji ini dapat diketahui status karies seseorang dengan melihat apakah kariesnya sangat tinggi atau sangat rendah.
Tes ini juga berguna untuk menjadi alat identifikasi lokasi Laktobasillus yang sulit diketahui.
Biasanya penghitungan dibuat mulai skor 1 sampai 4 dan dikategorikan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Apabila skor ini bertambah, maka skor
Laktobasillus yang tinggi dan DMFS rendah. Sebaliknya, apabila skor Laktobasillus
rendah, maka ada hubungan dengan ketahanan karies.
4
Tabel 1. Kategori risiko karies pada penghitungan Laktobasillus.
b. Uji S. mutans
6
Uji Aktivitas Karies
cfumL KATEGORI RISIKO KARIES
Rendah Sedang
Tinggi Jumlah
Lactobacillus 10
4
10
4
-10
5
≥10
5
Universitas Sumatera Utara
Uji ini merupakan indikator yang layak digunakan dalam pengukuran karies, namun uji ini kurang sensitif untuk memprediksi karies dini. Penghitungan jumlah ini telah
terbukti dapat menunjukkan perkembangan infeksi karies. S.mutans dapat menyimpan polisakarida intraseluler yang terutama mendiami
permukaan gigi sehingga menambah kemungkinan produksi asam bertambah lama selama intake karbohidrat oleh host.
6
Jadi, S.mutans merupakan mikroorganisme asidogenik yang pertama berkolonisasi pada permukaan gigi. Pada uji ini diperlukan
pengenceran dengan menggunakan 1 mL spesimen saliva.
Tabel 2. Kategori risiko karies pada uji S.mutans
6
Uji Aktivitas Karies
cfumL KATEGORI RISIKO KARIES
Rendah Sedang
Tinggi Uji S.mutans
10
5
10
5
-10
6
≥10
6
c. Pengukuran rata-rata aliran saliva Rata-rata aliran saliva berkaitan erat dengan peningkatan karies. Prosedur tes ini
meliputi: 1.
Parafin sebanyak 1 gr dikunyah untuk merangsang saliva. 2.
Saliva langsung ditampung dengan silinder kalibrasi selama 5 menit. 3.
Kemudian aliran saliva rata-rata diukur dengan cara menghitung jumlah saliva yang terkumpul dibagi waktu yang digunakan untuk mengumpulkan saliva.
Tabel 3. Kategori risiko karies pada pengukuran rata-rata aliran saliva
6
KATEGORI RISIKO KARIES
Universitas Sumatera Utara
Aliran rata-rata saliva
Rendah Sedang
Tinggi ≤ 0,7 mLmenit
0,7-1 mLmenit ≥ 1 mLmenit
d. Buffer saliva Metode pengukuran kapasitas buffer saliva ini diperkenalkan oleh Frostell
dengan menggunakan sistem Dentobuff. Prosedur tes ini meliputi: 1.
Parafin sebanyak 1 gr dikunyah selama 2 menit untuk merangsang saliva. 2.
Sebanyak 1 mL saliva dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan Dentobuff.
3. Lalu tabung dikocok selam 10 detik.
4. Kandungan karbondioksida yang ada diuapkan selama 2 menit.
5. Warna yang muncul dibandingkan dengan indikator warna yang ada pada
Dentobuff.
Tabel 5. Kategori risiko karies pada pengukuran buffer saliva
6
KATEGORI RISIKO KARIES
Kapasitas buffer saliva
Rendah Sedang
Tinggi pH 5 – 7
warna ungu pH 4 – 5
warna hijau pH 3 – 4
warna kuning
2.3 Klasifikasi Risiko Karies