masih ada komponen-komponen lain seperti lipid, urea, asam amino, glukosa, amoniak dan vitamin. Sedangkan komponen anorganik saliva terutama adalah
elektrolit dalam bentuk ion seperti Na
+
,K
+
, Ca
2+
, Mg
2+
, Cl
-
, SO
4 2-
, H
2
PO
4
,dan HPO
4
Komposisi saliva dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang diterima.
4
Misalnya bila memakan makanan yang mengandung banyak karbohidrat, maka kandungan amylase dalam campuran saliva akan meningkat. Komposisi saliva juga
dipengaruhi oleh laju aliran saliva.
2
.
14
Komposisi saliva yang normal akan mempengaruhi keefektifan masing- masing fungsi saliva dalam mempertahankan kondisi yang konstan di lingkungan
rongga mulut.
2.4.3 Sekresi saliva
Keadaan sekresi saliva dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu aliran saliva, volume saliva, pH saliva, dan buffer saliva.
a. Aliran saliva Laju aliran saliva merupakan pengaturan fisiologis sekresi saliva. Pada keadaan
normal, laju aliran saliva berkisar antara 0,05-1,8 mLmenit.
11,14
Kelenjar saliva dapat distimulasi dengan cara mekanis yaitu dengan pengunyahan, kimiawi yaitu dengan
rangsangan rasa, neural yaitu melalui saraf simpatis dan parasimpatis, psikis dan rangsangan rasa sakit. Bila dirangsang akan meningkat menjadi 2,5-5 mLmenit.
Universitas Sumatera Utara
Laju aliran saliva akan meningkat karena adanya rangsangan seperti rangsangan pengecapan, rangsangan psikologi, ataupun rangsangan akibat perawatan gigi
misalnya karena peralatan dokter gigi. Selain itu, laju aliran saliva dipengaruhi oleh ritme sirkardian circardian rhythms, yaitu irama jantung yang teratur dalam fungsi
tubuh yang terjadi selama 24 jam.
11
Aliran saliva akan berkurang pada saat tidur. Begitu juga pada saat kita dalam keadaan takut.
Bila aliran saliva menurun, maka akan terjadi peningkatan frekuensi karies gigi. Jika laju aliran saliva meningkat, akan menyebabkan konsentrasi sodium, kalsium,
klorida, bikarbonat dan protein meningkat, tetapi konsentrasi fosfat, magnesium dan urea akan menurun. Dengan meningkatkannya komponen bikarbonat saliva, maka
hasil metabolik bakteri dan zat-zat toksik bakteri akan larut dan tertelan sehingga keseimbangan lingkungan rongga mulut tetap terjaga dan frekuensi karies gigi akan
menurun.
13
Untuk melakukan pemeriksaan laju aliran saliva, sebaiknya dianjurkan kepada pasien untuk tidak makan, minum, mengunyah permen karet ataupun merokok
sedikitnya satu sampai dua jam sebelum pemeriksaan.
10,14
b. Volume saliva Volume saliva yang disekresikan setiap hari diperkirakan antara 1,0-1,5 Liter.
14
Seperti yang telah diketahui, bahwa saliva disekresi oleh kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis dan kelenjar minor. Pada malam hari, kelenjar parotis
sama sekali tidak berproduksi. Jadi, sekresi saliva berasal dari kelenjar submandibularis, yaitu lebih kurang 70 dan sisanya 30 disekresikan oleh
Universitas Sumatera Utara
kelenjar sublingualis dan kelenjar ludah minor. Sekresi saliva dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang diterima oleh kelenjar saliva. Rangsangan tersebut dapat terjadi
melalui jalan berikut
14
: 1.
Mekanis : mengunyah permen karet ataupun makanan yang keras 2.
Kimiawi : rangsangan rasa seperti asam, manis, asin, pahit dan juga pedas 3.
Psikis : stres yang akan menghambat sekresi saliva, dapat juga karena
membayangkan makanan yang enak sehingga sekresi saliva meningkat. 4.
Neural : rangsangan yang diterima melalui sistem saraf otonom baik simpatis maupun parasimpatis.
5. Rangsangan rasa sakit: misalnya karena adanya peradangan, gingivitis dan
juga karena protesa yang akan menstimulasi sekresi saliva. Sekresi saliva sebenarnya tidak tergantung pada umur, tetapi pada efek samping
dari obat-obatan tertentu yang dikonsumsi sehingga mengurangi aliran saliva. Sekresi saliva yang berkurang akan mengakibatkan mulut kering, penurunan pengecapan,
kesukaran mengunyah dan menelan makanan, timbulnya keluhan rasa sakit pada lidah dan mukosa, juga dapat menyebabkan karies dan kehilangan gigi. Sedangkan
sekresi saliva yang berlebihan, yang ditandai dengan sekresi saliva encer seperti air yang keluar terus-menerus sehingga mengakibatkan sudut mulut meradang angular
cheilitis dan dermatitis.
17
c. pH dan sistem buffer saliva
pH dan kapasitas buffer saliva memiliki hubungan yang signifikan. Hubungan ini dilihat dari adanya hubungan secara statistik antara kapasitas buffer saliva yang tinggi
pada saliva yang tidak distimulasi dan tingkat karies rendah.
11
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas buffer saliva merupakan faktor primer yang penting pada saliva untuk mempertahankan derajat keasaman saliva berada dalam interval normal sehingga
keseimbangan homeostatis mulut terjaga. Sistem buffer yang member kontribusi utama 85 pada kapaasitas total buffer saliva adalah sistem bikarbonat dan 15
oleh fosfat, protein dan urea.
11,15
Kapasitas buffer saliva dan pH saliva juga naik bersamaan dengan kenaikan kecepatan sekresi. Pada saat tidak distimulasi keadaan istirahat, pH saliva adalah
6,10-6,47 selanjutnya stimulasi pada sekresi saliva akan meningkatkan pH mencapai angka netral yaitu 7,62.
10
Mekanisme efek buffer pada saliva tergantung pada aliran saliva dan kandungan bikarbonatnya. Konsentrasi bikarbonat merupakan sistem buffer yang terpenting
dalam saliva dan berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva. Jika konsentrasi bikarbonat semakin tinggi maka semakin tinggi pula pH dan kapasitas buffer dalam
saliva.
11,15
HCO
3
+ H H
2
CO
3
H
2
O + CO Keadaan pH dan kapasitas buffer saliva mempengaruhi keberadaan karies
dalam rongga mulut. Semakin rendah pH saliva, maka karies cenderung semakin tinggi.
1,18
Pada lesi karies yang dalam, ditemukan bahwa pH akan lebih rendah dibandingkan pH lesi karies dangkal yang lebih mendekati pH saliva.
1 2
Dari beberapa penelitian, ditemukan adanya relasi laju aliran saliva, volume, pH dan kapasitas buffer saliva.
11,15
Laju aliran saliva sangat bervariasi tidak hanya dibandingkan dengan orang lain, tetapi juga pada individu yang sama tergantung
waktu pemeriksaan, posisi tubuh, banyak cahaya dan faktor lain. Navazesh et al
Universitas Sumatera Utara
menemukan bahwa laju aliran saliva yang tidak distimulasi memiliki kekuatan validitas prediksi yang sangat kuat untuk memperkirakan risiko karies.
14
Apabila laju aliran saliva meningkat, maka pH dan kapasitas buffernya juga akan meningkat, dan volume saliva juga akan bertambah sehingga risiko terjadinya
karies makin rendah.
22
Penurunan pH dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan pH dapat
terbentuk kolonisasi bakteri yang menyimpang dan meningkatnya pembentukan kalkulus. Rendahnya laju aliran saliva dan kapasitas buffer saliva dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan saliva untuk membersihkan sisa makanan, mematikan kuman, mengurangi kemampuan menetralkan asam dan kemampuan menimbulkan
remineralisasi lesi enamel. Penurunan laju aliran saliva dapat diikuti oleh peningkatan jumlah S.mutans dan
Laktobasilus. Dengan demikian, aktivitas karies yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang laju aliran saliva berkurang.
14
2.4.4 Saliva sebagai alat diagnosa karies
Seperti yang telah diketahui, bahwa saliva mempengaruhi terjadinya karies. Secara teoritis, saliva mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara
8
, yaitu: 1. Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga
menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara
2. Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan fluoride ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi karies
dini. 3. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amoniak dan urea
dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas penyangga dan pH saliva erat
hubungannya dengan kecepatan sekresinya. Nilai pH kelenjar parotis meningkat dari 5,7 ketika saliva tidak terangsang menjadi 7,4 pada saat tingkat produksi sedang
tinggi. Peningkatan nilai pH seperti tersebut bagi kelenjar submandibula adalah dari 6,4 ke 7,1. Peningkatan tingkat kecepatan saliva juga mengakibatkan naiknya
kapasitas buffernya. Pada kedua keadaan tersebut, penyebabnya adalah meningkatnya kadar natrium dan bikarbonat.
4. Beberapa komponen saliva yang termasuk dalam komponen non imunologi seperti lysozyme, lactoperoxydase,dan lactoferrin mempunyai daya anti bakteri yang
langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogeniknya berkurang. 5. Molekul immunoglobulin A IgA disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat
di dalam kelenjar saliva, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan IgA di saliva berbanding
terbalik dengan timbulnya karies. 6. Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan acquired pellicle sehingga
dapat membantu menghambat pengeluaran ion fosfat dan kalsium dari enamel. Apabila saliva akan digunakan sebagai indikator pengukuran risiko karies, maka
harus diperhatikan kondisi saliva dalam dua keadaan, yaitu sebelum distimulasi
Universitas Sumatera Utara
unstimulated saliva dan sesudah distimulasi stimulated saliva.
13
Saliva sebelum distimulasi maksudnya adalah saliva yang diproduksi tanpa adanya rangsangan,
sedangkan saliva setelah distimulasi maksudnya adalah saliva yang disekresi setelah diberi rangsangan.
13
Rangsangan yang sangat mempengaruhi sekresi saliva adalah rangsangan mekanik yang tampak dalam bentuk pengunyahan maupun rangsangan kimiawi yang
tampak dalam bentuk pengecapan. Dalam beberapa teknik pengukuran risiko karies yang menggunakan saliva, kedua rangsangan ini tidak difungsikan sekaligus. Jika
teknik pengukuran membutuhkan rangsangan pengunyahan saja, biasanya rangsangan diberikan dengan mengunyah lilin paraffin paraffin wax selama 5 menit untuk
melihat laju aliran saliva yang akan mempengaruhi volume, pH dan kapasitas buffer saliva. Paraffin wax merupakan bahan yang telah diuji keterandalan dan
kesahihannya dalam mempengaruhi sekresi saliva untuk mengumpulkan saliva yang distimulasi.
12
Dalam pengukuran saliva dengan menggunakan stimulasi pengunyahan, posisi tubuh subjek harus dalam posisi berdiri dan pengumpulan saliva dilakukan 2 jam
setelah makan terakhir. Posisi tubuh subjek harus berdiri karena posisi tubuh berdiri meningkatkan kecepatan aliran saliva yang mencapai kecepatan aliran saliva
tertinggi. Pengumpulan saliva juga harus dilakukan 2 jam setelah makan terakhir agar kondisi rongga mulut dan sekresi saliva berada dalam kondisi normal dan bebas dari
pengaruh makanan.
12,14
Cara mengumpulkan saliva yang digunakan adalah dengan metode draining. Metode ini diperkenalkan oleh Navazesh dan dipakai dalam setiap penelitian yang
Universitas Sumatera Utara
menggunakan saliva akibat rangsangan pengunyahan. Metode ini merupakan suatu metode yang pasif, dimana pasien atau subjek disuruh untuk mengalirkan salivanya
keluar dari dalam mulut ke dalam tabung berskala saliva collection cup. Metode ini digunakan karena telah teruji kesahihan dan keterandalannya. Metode ini juga paling
sederhana dan paling besar menghasilkan sejumlah saliva yang diperlukan untuk pengukuran.
12
Dalam pengukuran saliva, jumlah S.mutans juga digunakan untuk melihat bagaimana hubungan sekresi saliva dengan pengalaman karies. Seperti yang telah
diketahui bahwa di dalam saliva terdapat flora normal yang ternyata sangat mempengaruhi proses terjadinya karies. Bakteri tersebut adalah S.mutans dan
Laktobasillus.
8,9
S.mutans adalah organisme yang sangat berperan pada permulaan terjadinya karies gigi. S.mutans mampu memetabolisme karbohidrat menjadi asam,
sehingga menurunkan pH saliva di bawah pH kritis, yaitu 5,5 bahkan 4,1 sehingga dapat melarutkan enamel.
9
Individu dengan jumlah S.mutans yang rendah biasanya memiliki skor karies yang rendah. Sedangkan individu dengan jumlah S.mutans yang
banyak merupakan individu yang berisiko tinggi terserang karies. Karena itu jumlah S.mutans dalam saliva yang telah distimulasi digunakan juga untuk mengetahui risiko
karies seseorang.
4,9
Dengan mengevaluasi laju aliran, volume, pH, kapasitas buffer dan jumlah S. mutans yang terdapat dalam saliva, maka kita dapat membuat beberapa hal yang
dapat mencegah terjadinya karies pada seseorang sesuai dengan kebutuhannya
8
, antara lain dengan mengoptimalkan kebersihan mulut, meningkatkan pH oral,
meningkatkan bioavailibilitas kalsium dan fosfat, meningkatkan pemberian fluoride
Universitas Sumatera Utara
dan mengurangi frekuensi mengonsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi.
17
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap
saliva sebagai suatu cara untuk menentukan risiko karies seseorang. Keuntungan tersebut dapat dirasakan baik oleh dokter gigi maupun pasien. Keuntungan tersebut
antara lain meningkatkan diagnosa, deteksi awal terhadap karies, meningkatkan komunikasi dan motivasi kepada pasien dan dapat meningkatkan kepedulian pasien
terhadap kesehatan rongga mulut.
22
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis rancangan
Jenis penelitian ini adalah studi observasional yang mempelajari hubungan keadaan saliva dengan risiko karies.
3.2 Sampel penelitian
Universitas Sumatera Utara