dengan rincian 339 ibu hamil dengan preeklampsia sebagai kelompok kasus, dan 336  ibu  hamil  normal  sebagai  kelompok  kontrol.  Depresi  antenatal  pada
kelompok  kasus  sejumlah  159  dan  kelompok  kontrol  sejumlah  123.  Hubungan antara  kejadian  preeklampsia  dan  depresi  antenatal  ini  mempunyai  hubungan
yang secara statistik signifikan OR=1,54; CI=95; 1,13-2,09. Kim
et al.
2013 dalam temuannya di Amerika pada 254 ibu hamil sebagai sampel penelitian, dengan rincian 25 ibu hamil dengan preeklampsia dan 229 ibu
hamil normal. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Hasil yang  didapatkan  adalah  sebesar  14  ibu  hamil  dengan  preeklampsia  mengalami
depresi antenatal dan sebesar 72 ibu hamil normal mengalami depresi antenatal. Kesimpulan  dari  temuan  ini  adalah  preeklampsia  mempunyai  hubungan  dengan
depresi antenatal OR=2,78; CI=95; 1,20-6,41. Menurut  Kharaghani
et  al.
2012  dalam  studinya  di  Tehran  terkait preeklampsia  dan  depresi  antenatal  dengan  menggunakan  312  subjek  penelitian
dengan rincian 156 sebagai kelompok kasus yaitu ibu hamil dengan preeklampsia dan  sebesar  156  sebagai  kelompok  kontrol  yaitu  ibu  hamil  normal.  Hasil  yang
diperoleh  sebanyak  113  mengalami  depresi  antenatal  pada  kelompok  kasus  dan sebesar  92  pada  kelompok  kontrol.  Hubungan  ini  menunjukkan  secara  statistik
signifikan OR=1,79; CI=95; 1,11-2,87. Berdasarkan  perbedaan  hasil  temuan  oleh  beberapa  ahli  di  atas,  dapat
peneliti  simpulkan  bahwa  perbedaan  hasil  yang  diperoleh  terkait  hubungan kejadian  preeklampsia  terhadap  risiko  depresi  antenatal  dapat  dimungkinkan
karena  perbedaan  ras,  genetik,  metodologi  penelitian,  subjek  penelitian,  uji statistik  yang  digunakan,  instrumen  penelitian,  dan  penyakit  tertentu  yang
diderita, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus.
2. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal
Analisis  hubungan  antara  umur  dan  risiko  depresi  antenatal  menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal lebih
rendah  dibandingkan  dengan  usia  non  reproduksi.  Presentasi  subjek  penelitian perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
ibu  hamil  dengan  usia  non  reproduksi  dibandingkan  ibu  hamil  dengan  usia reproduksi yaitu sebesar 21,3 ibu hamil dengan usia non reproduksi dan 78,7
ibu hamil dengan usia reproduksi. Hasil  analisis  statistik  menunjukkan  ada  hubungan  antara  umur  dan  risiko
depresi  antenatal  OR=1,55;  CI=95;  0,29-8,10;  p=0,599,  dengan  demikian dapat  disimpulkan  bahwa  ibu  hamil  dengan  usia  reproduksi  memiliki  risiko
depresi  antenatal  1,55  kali  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  usia  non reproduksi.  Hubungan  antara  umur  dan  risiko  depresi  antenatal  memiliki
pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan. Hal  ini  sejalan  dengan  Qiao
et  al.
2009  yang  mengungkapkan  gejala kecemasan  dan  depresi  yang  muncul  pada  ibu  hamil  di  Shanghai  sebesar  6,8
dan  4,8.  Faktor  risiko  yang  terkait  dengan  munculnya  gejala  kecemasan  dan depresi  adalah  usia  muda  20  tahun  berdasarkan  analisis  regresi  logistik
OR=10,09;  CI=95;  1,41-71,8.  Pearson
et  al.
2013  juga  mengungkapkan bahwa ibu hamil yang berusia 18 tahun 1,28 kali lebih cenderung memiliki risiko
depresi  antenatal  OR=1,28;  CI=95;  1,08-1,51;  p=0,003.  Räisänen
et  al.
2014 dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002-2010 menemukan bahwa 0,8 dari 511938 ibu
hamil mengalami depresi. Usia muda ≤19 tahun mempunyai 1,58 lebih besar risiko depresi antenatal
adjusted
OR=1,58; CI=95; 1,38- 1,81; p=≤0,001.
Berbeda  dengan  hasil  yang  diperoleh  di  atas,  Shi
et  al.
2007  dalam studinya  pada  600  ibu  hamil  di  China  dengan  menggunakan  kuesioner
The Edinburgh  Postnatal  Depression  Scale
EPDS.  Hasil  analisis  yang  diperoleh, salah  satu  faktor  risiko  yang  berhubungan  erat  dengan  depresi  antenatal  adalah
usia  tua.  Patel
et  al.
2010  mengungkapkan  bahwa  rentang  umur  30-50  tahun pada  wanita  berhubungan  erat  dengan  kejadian  depresi.  Koleva
et  al.
2011 mengemukakan bahwa usia tua yaitu 35 tahun sebagai prediktor yang signifikan
untuk terjadinya depresi antenatal. Peneliti  berpendapat  bahwa  seperti  kehamilan  dengan  usia  20  tahun  dan
35  dan  tahun  termasuk  kategori  kehamilan  risiko  tinggi.  Maka,  ibu  hamil
commit to user
tersebut  cenderung  mudah  terkena  dan  merasa  depresi.  Hal  ini  dimungkinkan karena kondisi organ reproduksi yang belum maksimal dan kesiapan mental yang
belum  matang  pada  usia  20  tahun  serta  pada  usia  35  tahun  kondisi  organ reproduksi yang sudah menurun kinerjanya seiring bertambahnya usia.
3. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal