b ≤ OR 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko
depresi antenatal. Kejadian preeklampsia menurunkan kemungkinan risiko depresi antenatal.
b ≥ OR 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko
depresi antenatal. Kejadian preeklampsia meningkatkan kemungkinan risiko depresi antenatal.
J. Etika Penelitian
Penelitian ini akan menekankan masalah etika dalam pemberian kuesioner kepada responden menurut Notoatmodjo 2010 yang meliputi :
1. Informed concents
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama
pengumpulan data. Orang yang bersedia menjadi responden, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sedangkan yang tidak bersedia peneliti
tidak memaksa dan menghormati haknya.
2. Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas, responden tidak diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam
inisial huruf kemudian lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3.
Kerahasiaan
Confidentiallity.
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi baik identitas maupun data yang diberikan oleh responden.
commit to user
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan
analisis multivariat. Penelitian dilakukan terhadap 75 subjek penelitian yaitu ibu hamil yang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus pada bulan Maret-Mei 2015.
1. Karakteristik Sampel
Karakteristik ibu hamil diidentifikasi berdasarkan umur, paritas, umur kehamilan, pendidikan, dan kejadian preeklampsia. Tabel distribusi frekuensi
karakteristik responden dapat dijelaskan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian
preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Karakteristik N
Mean Standar
Deviation Min
Max
Umur a.
20 tahun b.
20-35 tahun c.
35 tahun Paritas
a. G1P0A0
b. G2P0A1
c. G2P1A0
d. G3P1A1
e. G3P2A0
f. G4P3A0
Umur Kehamilan a.
20-27 minggu b.
28-37 minggu Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
3 59
13
29 2
29 1
10 4
33 42
14 19
27 15
29,37
-
28,60
- 5,92
-
6,14
- 16
-
20
- 42
-
37
- perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Kejadian Preeklampsia
a. Kehamilan
normal b.
Kehamilan dengan
preeclampsia 50
25 -
- -
-
Sumber : data primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel di atas, mayoritas umur subjek penelitian pada kisaran
20-35 tahun 78,7, primigravida dan sekundigravida mempunyai jumlah yang sama 38,7, umur kehamilan pada kisaran 28-37 minggu 56, pendidikan
SMA 36, dan mayoritas kehamilan normal 66,7.
2. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Univariat
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Variabel n
Persentase Kejadian Preeklampsia
a. Kehamilan normal
b. Kehamilan dengan
preeklampsia Umur
a. Usia non reproduksi
b. Usia reproduksi
Paritas a.
Primigravida b.
Multigravida Pendidikan
a. SMA
b. SMA
Pendapatan a.
UMR Kab. Kudus b.
≥UMR Kab. Kudus Dukungan Sosial
a. Rendah
b. Baik
50 25
16 59
29 46
33 42
44 31
20 55
66,7 33,3
21,3 78,7
38,7 61,3
44 56
58,7 41,3
26,7 73,3
Sumber : data primer diolah, 2015 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pada variabel kejadian preeklampsia, kehamilan normal 50 66,7 lebih tinggi dibandingkan kehamilan dengan
preeklampsia yaitu 25 33,3, usia reproduksi lebih banyak yaitu sebesar 59 78,7 dibandingkan usia non reproduksi sebesar 16 21,3 pada
variabel umur. Pada variabel paritas diketahui lebih banyak multigravida yaitu 46 61,3 dibandingkan primigravida sejumlah 29 38,7. Pada
variabel pendidikan diketahui lebih banyak SMA yaitu 42 56 dibandingkan dengan SMA sebesar 33 44. Pada variabel pendapatan
UMR Kab. Kudus yaitu 44 58,7 lebih banyak dibandi ngkan ≥UMR
Kab. Kudus sebesar 31 41,3. Pada variabel dukungan sosial baik yaitu 55 73,3 lebih tinggi dibandingkan dukungan sosial rendah yaitu 20 26,7.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal Variabel
f Non Depresi Antenatal
Depresi Antenatal 26
49 34,7
65,3 Jumlah
75 100
Sumber: data primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa subjek penelitian yang
mengalami depresi antenatal lebih banyak yaitu sebesar 49 65,3 dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak mengalami depresi
antenatal yaitu sebesar 26 34,7.
c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan
kejadian preeklampsia
terhadap risiko
depresi antenatal
dengan menggunakan uji
chi square
dengan menggunakan
software
SPSS. Variabel yang memiliki nilai p0,05 adalah variabel yang berpengaruh secara
signifikan dengan risiko depresi antenatal. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
1 Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal
Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan kejadian preeklampsia dan depresi antenatal
Kejadian Preeklampsia
Depresi Antenatal Total
OR P
Non Depresi
Antenatal Depresi
Antenatal N
N N
Kehamilan normal Kehamilan dengan
preeklampsia 17
9 34
36 33
16 66
64 50
25 100
100 0,91
0,864
Total 26
49 100
Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.4 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan kehamilan normal sebesar 66, sedangkan kehamilan
dengan preeklampsia sebesar 64. Analisis bivariat pada tabel 4.4 menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,91 berarti ibu hamil dengan preeklampsia kemungkinan risiko depresi antenatal 0,91 kali lebih rendah
daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan p=0,864.
2 Hubungan antara umur dan depresi antenatal
Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal
Umur Depresi Antenatal
Total OR
P Non
Depresi Antenatal
Depresi Antenatal
N N
N Usia non
Reproduksi Usia
Reproduksi 5
21 31,3
35,6 11
38 68,7
64,4 16
59 100
100 0,82
0,746
Total 26
34,7 49
65,3 75
100 Sumber: data primer diolah, 2015
commit to user
Pada Tabel 4.5 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan usia non reproduksi sebesar 68,7, sedangkan usia reproduksi sebesar 64,4. Analisis bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,82 berarti ibu hamil dengan usia reproduksi kemungkinan risiko depresi antenatal 0,82 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan
usia non reproduksi. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak
signifikan p=0,746. 3
Hubungan antara paritas terhadap depresi antenatal Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal
Paritas Depresi Antenatal
Total OR
P Non
Depresi Antenatal
Depresi Antenatal
N N
N Primigravida
Multigravida 7
19 24,1
41,3 22
27 75,9
58,7 29
46 100
100 0,45
0,128 Total
26 34,7 49 65,3 75
100 Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.6 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan primigravida sebesar 75,9, sedangkan multigravida sebesar 58,7. Analisis bivariat pada tabel 4.6 menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,45 berarti ibu hamil multigravida kemungkinan risiko depresi antenatal hampir setengah kali lebih rendah daripada ibu hamil
primigravida. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan
p=0,128. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4 Hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal
Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal
Pendidikan Depresi Antenatal
Total OR
P Non
Depresi Antenatal
Depresi Antenatal
N N
N SMA
SMA 6
20 18,2
47,6 27
22 81,8
52,4 33
42 100
100 0,24
0,008 Total
26 34,7 49 65,3
75 100
Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.7 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan pendidikan SMA sebesar 81,8, sedangkan pendidikan SMA sebesar 52,4. Analisis bivariat pada tabel 4.7
menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,24 berarti ibu hamil dengan pendidikan SMA kemungkinan risiko depresi antenatal seperempat kali
lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendidikan SMA. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan p=0,008.
5 Hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal
Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal
Pendapatan Depresi Antenatal
Total OR
P Non
Depresi Antenatal
Depresi Antenatal
N N
N UMR Kab. Kudus
≥UMR Kab. Kudus 9
17 20,5
54,8 35
14 79,5
45,2 44
31 100
100 0,21
0,002 Total
26 34,7 49 65,3
75 100
Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.8 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan
antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendapatan UMR Kab. Kudus sebesar 79,5,
sedangkan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 45,2. Analisis bivariat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,21 berarti ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus kemungkinan risiko
depresi antenatal seperlima kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dan secara
statistik signifikan p=0,002. 6
Hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi
antenatal
Dukungan Sosial
Depresi Antenatal Total
OR P
Non Depresi
Antenatal Depresi
Antenatal N
N N
Rendah Baik
1 25
5 45,5
19 30
95 54,5
20 55
100 100
0,06 0,001
Total 26 34,7
49 65,3 75
100 Sumber: data primer diolah, 2015
Pada Tabel 4.9 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dengan uji
chi square
. Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi
antenatal dengan dukungan sosial rendah sebesar 95, sedangkan dukungan sosial baik sebesar 54,5. Analisis bivariat pada tabel 4.9
menunjukkan nilai
Odds Ratio
sebesar 0,06 berarti ibu hamil dengan dukungan sosial baik kemungkinan risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih
rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hasil uji
chi square
menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan p=0,001.
commit to user
d. Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat, dengan ketentuan bahwa variabel independen pada analisis bivariat
menunjukkan nilai p 0,05 dengan tujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis bivariat
menunjukkan seluruh variabel nilai yang signifikan p0,05 yaitu variabel pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Adapun hasil pengujian
seluruh variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda.
Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Variabel Independen exp b
OR CI 95
p Batas
bawah Batas
atas Kejadian Preeklampsia
0,44 0,11
1,75 0,249
Umur usia reproduksi 1,55
0,29 8,10
0,599 Paritas multigravida
0,33 0,09
1,19 0,092
Pendidikan SMA 0,42
0,10 1,74
0,236 Pendapatan ≥UMR
0,26 0,08
0,88 0,031
Dukungan Sosial baik 0,06
0,00 0,63
0,019 N observasi
75 -2 Log likelihood
70,89 Nagelkerke R
2
40,3 Sumber: data primer diolah, 2015
Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda hubungan
antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antental. Terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan
dukungan sosial terhadap risiko depresi antental. Pada ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi antenatal 0,44 kali lebih rendah
daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif
dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan OR=0,44; CI=95; 0,11- 1,75; p=0,249.
commit to user
Ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal 1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Hubungan
umur terhadap risiko depresi antenatal memiliki pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan OR=1,55; CI=95; 0,29-8,10;
p=0,599. Pada ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal sepertiga kali
lebih rendah daripada primigravida. Hubungan paritas terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik
mendekati signifikan OR=0,33; CI=95; 0,09-1,19; p=0,092. Pada ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki risiko depresi antenatal 0,42 kali
lebih rendah daripada pendidikan SMA. Hubungan pendidikan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan sedang, namun
secara statistik tidak signifikan OR=0,42; CI=95; 1,10-1,74; p=0,236. Pada ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus memiliki risiko
depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hubungan pendapatan terhadap risiko
depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik signifikan OR=0,26; CI=95; 0,08-0,88; p=0,031.
Pada ibu hamil dengan dukungan sosial baik memiliki risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial
rendah. Hubungan dukungan sosial terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik signifikan
OR=0,06; CI=95; 0,00-0,63; p=0,019. Nilai -2 Log likelihood merupakan parameter yang menunjukkan
kesesuaian antara model analisis regresi logistik dan sampel yang dianalisis, makin kecil parameter tersebut makin sesuai antara model dan datanya. Pada
penelitian ini nilai -2 Log likelihood sebesar 70,89. Angka ini cukup kecil sehingga antara model dan data sampel cukup sesuai. Nilai Negelkerke R
2
sebesar 40,3 berarti bahwa keenam variabel bebas umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan kejadian preeklampsia
commit to user
mampu menjelaskan variasi risiko depresi antenatal sebesar 40,3 dan sisanya yaitu sebesar 59,7 dijelaskan oleh faktor lain di luar model
penelitian.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan sesuai dengan alur kerangka konsep yang ada dengan menghubungkan teori dan temuan penelitian
sebelumnya. 1.
Hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal
Analisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi
antenatal lebih rendah. Presentasi subjek penelitian ibu hamil dengan preeklampsia dibandingkan ibu hamil dengan kehamilan normal yaitu sebesar
33,3 ibu hamil dengan preeklampsia dan 66,7 ibu hamil dengan kehamilan normal.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal OR=0,44; CI=95; 0,11-1,75;
p=0,249, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia 0,44 kali lebih rendah memiliki risiko depresi antenatal daripada
ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan kuat, namun secara
statistik tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan Räisänen
et al.
2014 dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002-
2010 menemukan bahwa 0,8 dari 511938 ibu hamil mengalami depresi. Ibu hamil dengan preeklampsia lebih berisiko terjadi depresi antenatal, akan tetapi
hubungan ini secara statistik tidak signifikan p=0,52. Sebesar 1,2 ibu hamil dengan preeklampsia yang mengalami depresi antenatal.
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Qiu
et al.
2007 di Peru. Subjek penelitian yang digunakan sejumlah 676 ibu hamil perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dengan rincian 339 ibu hamil dengan preeklampsia sebagai kelompok kasus, dan 336 ibu hamil normal sebagai kelompok kontrol. Depresi antenatal pada
kelompok kasus sejumlah 159 dan kelompok kontrol sejumlah 123. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal ini mempunyai hubungan
yang secara statistik signifikan OR=1,54; CI=95; 1,13-2,09. Kim
et al.
2013 dalam temuannya di Amerika pada 254 ibu hamil sebagai sampel penelitian, dengan rincian 25 ibu hamil dengan preeklampsia dan 229 ibu
hamil normal. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Hasil yang didapatkan adalah sebesar 14 ibu hamil dengan preeklampsia mengalami
depresi antenatal dan sebesar 72 ibu hamil normal mengalami depresi antenatal. Kesimpulan dari temuan ini adalah preeklampsia mempunyai hubungan dengan
depresi antenatal OR=2,78; CI=95; 1,20-6,41. Menurut Kharaghani
et al.
2012 dalam studinya di Tehran terkait preeklampsia dan depresi antenatal dengan menggunakan 312 subjek penelitian
dengan rincian 156 sebagai kelompok kasus yaitu ibu hamil dengan preeklampsia dan sebesar 156 sebagai kelompok kontrol yaitu ibu hamil normal. Hasil yang
diperoleh sebanyak 113 mengalami depresi antenatal pada kelompok kasus dan sebesar 92 pada kelompok kontrol. Hubungan ini menunjukkan secara statistik
signifikan OR=1,79; CI=95; 1,11-2,87. Berdasarkan perbedaan hasil temuan oleh beberapa ahli di atas, dapat
peneliti simpulkan bahwa perbedaan hasil yang diperoleh terkait hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dapat dimungkinkan
karena perbedaan ras, genetik, metodologi penelitian, subjek penelitian, uji statistik yang digunakan, instrumen penelitian, dan penyakit tertentu yang
diderita, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus.
2. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal
Analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal lebih
rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Presentasi subjek penelitian perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
ibu hamil dengan usia non reproduksi dibandingkan ibu hamil dengan usia reproduksi yaitu sebesar 21,3 ibu hamil dengan usia non reproduksi dan 78,7
ibu hamil dengan usia reproduksi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko
depresi antenatal OR=1,55; CI=95; 0,29-8,10; p=0,599, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki risiko
depresi antenatal 1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal memiliki
pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan Qiao
et al.
2009 yang mengungkapkan gejala kecemasan dan depresi yang muncul pada ibu hamil di Shanghai sebesar 6,8
dan 4,8. Faktor risiko yang terkait dengan munculnya gejala kecemasan dan depresi adalah usia muda 20 tahun berdasarkan analisis regresi logistik
OR=10,09; CI=95; 1,41-71,8. Pearson
et al.
2013 juga mengungkapkan bahwa ibu hamil yang berusia 18 tahun 1,28 kali lebih cenderung memiliki risiko
depresi antenatal OR=1,28; CI=95; 1,08-1,51; p=0,003. Räisänen
et al.
2014 dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002-2010 menemukan bahwa 0,8 dari 511938 ibu
hamil mengalami depresi. Usia muda ≤19 tahun mempunyai 1,58 lebih besar risiko depresi antenatal
adjusted
OR=1,58; CI=95; 1,38- 1,81; p=≤0,001.
Berbeda dengan hasil yang diperoleh di atas, Shi
et al.
2007 dalam studinya pada 600 ibu hamil di China dengan menggunakan kuesioner
The Edinburgh Postnatal Depression Scale
EPDS. Hasil analisis yang diperoleh, salah satu faktor risiko yang berhubungan erat dengan depresi antenatal adalah
usia tua. Patel
et al.
2010 mengungkapkan bahwa rentang umur 30-50 tahun pada wanita berhubungan erat dengan kejadian depresi. Koleva
et al.
2011 mengemukakan bahwa usia tua yaitu 35 tahun sebagai prediktor yang signifikan
untuk terjadinya depresi antenatal. Peneliti berpendapat bahwa seperti kehamilan dengan usia 20 tahun dan
35 dan tahun termasuk kategori kehamilan risiko tinggi. Maka, ibu hamil
commit to user
tersebut cenderung mudah terkena dan merasa depresi. Hal ini dimungkinkan karena kondisi organ reproduksi yang belum maksimal dan kesiapan mental yang
belum matang pada usia 20 tahun serta pada usia 35 tahun kondisi organ reproduksi yang sudah menurun kinerjanya seiring bertambahnya usia.
3. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal
Analisis hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil multigravida memiliki resiko depresi antenatal lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil primigravida. Presentasi subjek penelitian ibu hamil multigravida dibandingkan ibu hamil primigravida yaitu sebesar 61,3 ibu
hamil dengan multigravida dan 38,7 ibu hamil primigravida. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko
depresi antenatal OR=0,33; CI=95; 0,09-1,19; p=0,092. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal
sepertiga kali lebih rendah daripada primigravida. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik
mendekati signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ajinkya
et al.
2013 dalam studinya di Navi-Mumbai pada 185 ibu hamil. Sebesar 9,18 dari subyek penelitian
mengalami depresi antenatal. Paritas erat kaitannya dengan risiko depresi antenatal. Ibu hamil multigravida mempunyai risiko lebih rendah terjadi depresi
antenatal dibandingkan dengan ibu primigravida. Hubungan ini secara statistik mendekati signifikan p=0,0092. Karmaliani
et al.
2009 dalam studinya di Pakistan pada 1376 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 20-26 minggu.
Sebanyak 18 dari jumlah sampel mengalami depresi antenatal. Salah satu faktor risiko yang diteliti dan mempunyai hubungan dengan depresi antenatal
adalah paritas. Ibu hamil primigravida mempunyai risiko terjadi depresi antenatal lebih besar dibandingkan ibu hamil multigravida. Hubungan ini secara statistik
signifikan OR=2,31; CI=95; 1,37-3,92; p=0,002. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Koleva
et al.
2011 mengemukakan bahwa jumlah kehamilan sebelumnya atau paritas mempunyai hubungan yang signifikan terjadinya depresi antenatal.
Menurut Notoatmodjo 2007, paritas erat kaitannya dengan pengalaman yang diperoleh. Ibu yang baru pertama kali hamil tentu belum mempunyai
pengalaman, jika dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah hamil berkali-kali. Peneliti berpendapat bahwa ibu hamil multigravida memiliki risiko depresi
antenatal lebih rendah dibandingkan ibu hamil primigravida. Hal ini terkait dengan pengalaman yang dialami ibu. Kecenderungan ibu yang sudah
mempunyai pengalaman merasa lebih menikmati kehamilan dengan belajar dari pengalaman sebelumnya.
4. Hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal
Analisis hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki resiko
depresi antenatal lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil dengan pendidikan SMA. Presentasi subjek penelitian ibu hamil yang mengalami depresi antenatal
dengan pendidikan SMA sebesar 81,8, sedangkan pendidikan SMA sebesar 52,4.
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal OR=0,42; CI=95; 0,10-1,74; p=0,236. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki risiko depresi antenatal 0,42 lebih rendah daripada pendidikan SMA.
Hubungan pendidikan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan sedang, namun secara statistik tidak signifikan
Hal ini sejalan dengan penelitian Pearson
et al.
2013 terkait faktor risiko depresi antenatal dan postnatal pada ibu hamil usia 18 tahun di Inggris. Subyek
penelitian sebanyak 3335 ibu hamil. Separuh lebih yaitu sebesar 1691 ibu hamil dengan pendidikan rendah hanya wajib belajar sampai usia 16 tahun.
Kesimpulan dari temuan ini bahwa pendidikan rendah meningkatkan 1,27 kali risiko terjadinya depresi antenatal OR=1,27; CI=95; 1,02-1,57; p=0,030.
commit to user
Temuan dari da Silva 2010 juga demikian, yaitu tentang depresi antenatal di pelayanan kesehatan di Brazil. Sebanyak 255 ibu hamil 21,1 mengalami
depresi antenatal. Ibu hamil dengan pendidikan SMA mempunyai hubungan dengan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan PR=1,71;
CI=95; 1,22-2,40; p 0,001. Pendidikan erat kaitannya dengan daya tangkap serta daya tanggap
seseorang terhadap suatu informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan daya tangkap dan daya tanggap terhadap informasi yang diberikan
Mandriwati, 2008. Menurut Notoatmodjo 2007 bahwa tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan
memahami suatu informasi. Peneliti setuju dengan pendapat para ahli di atas yang menjelaskan kaitan
pendidikan dengan risiko depresi antenatal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahamannya sehingga semakin tinggi pula
pengetahuannya. Pengetahuan inilah yang dapat digunakan ibu hamil untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
5. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal OR=0,26; CI=95; 0,08-0,88; p=0,031. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus memiliki risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada
ibu dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Leigh dan Milgrom 2008 terkait faktor
risiko yang terkait dengan depresi antenatal. Sebanyak 367 ibu hamil dengan usia kehamilan dalam rentang 26-32 minggu. Hasil analisis dengan menggunakan
regresi linear berganda, pendapatan yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya depresi antenatal dan secara statistik signifikan β=-0,05; p0,05. da Silva
commit to user
2010 dalam temuannya terkait depresi antenatal di Brazil pada 1264 ibu hamil. Sebanyak 461 ibu hamil 36,6 berada dalam status ekonomi yang rendah dan
118 ibu hamil 25,6 mengalami depresi antenatal. Hubungan antara status ekonomi yang rendah erat kaitannya dengan risiko depresi antenatal dan secara
statistik signifikan OR=1,97; CI-95; 1,21-3,19; p=0,001. Peneliti berpendapat bahwa pendapatan erat kaitannya dengan depresi
antenatal. Kebutuhan ibu hamil tentu meningkat terlebih untuk persiapan persalinan. Apabila pendapatan tetap tetapi kebutuhan meningkat tentunya
menimbulkan masalah dan beban bagi ibu hamil.
6. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal
Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal OR=0,06; CI=95; 0,00-0,63; p=0,019. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan dukungan social baik memiliki risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil
dengan dukungan sosial rendah. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik
signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Dibaba et al. 2013 tentang hubungan
antara kehamilan yang tidak diinginkan dan dukungan sosial terhadap depresi antenatal di Ethiopia dengan jumlah sampel 627 ibu hamil. Hasil yang diperoleh
adalah dukungan sosial mempunyai hubungan yang terkuat dalam temuan ini. Ibu hamil yang memiliki dukungan sosial tinggi 0,26 lebih rendah berisiko
terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial rendah. Sama halnya dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial
sedang 0,27 lebih rendah berisiko terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial rendah. Fall
et al.
2013 juga berpendapat sama, kesimpulan temuannya berdasarkan analisis multivariat yang
dilakukan bahwa dukungan sosial erat kaitannya dengan depresi antenatal. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Hubungan ini secara statistik signifikan OR=7,66; CI=95; 6,30-9,31; p0,001.
Sarafino 2006 berpendapat bahwa akan ada banyak efek dari dukungan sosial karena dukungan sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan
psikis seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi terdekat keluarga merupakan salah satu
proses psikologis yang dapat menjaga kesehatan seseorang. Peneliti berpendapat bahwa dukungan sosial sangat penting diberikan bagi
ibu hamil untuk mencegah depresi antenatal dan mengatasi masalahnya. Pemberian dukungan ini dapat berupa informasi, pemberian fasilitas yang
dibutuhkan, dan ikut serta memeriksakan di fasilitas kesehatan.
C. Keterbatasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan melibatkan variabel umur, paritas,
pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Penelitian ini masih banyak keterbatasan dan bias yang telah diupayakan untuk mengatasinya. Keterbatasan yang
ada diharapkan mampu dikembangkan dan disempurnakan oleh peneliti selanjutnya, keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :
1. Penelitian ini menggunakan jumlah subyek penelitian yang sedikit yaitu
sebanyak 75 ibu hamil. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, hubungan yang diperoleh karena faktor kebetulan sangat besar, dengan
penambahan jumlah responden hal ini dapat dijadikan koreksi. 2.
Pemilihan subyek penelitian tidak menggunakan randomisasi sehingga semua populasi ibu hamil di RSI Sunan Kudus tidak mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan subyek penelitian. 3.
Kualitas data juga dipengaruhi oleh kemampuan subyek penelitian mencerna pertanyaan dalam kuesioner sehingga dapat terjadi bias akibat keterbatasan
pengetahuan. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4. Sebelum pengisian kuesioner tidak dilakukan uji kebohongan dengan kuesioner
Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory,
sehingga jawaban yang sudah diberikan pada kuesioner penelitian tidak diketahui ada atau tidaknya kejujuran
pada subyek penelitian. 5.
Risiko depresi antenatal tidak hanya dilihat dari kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Masih banyak faktor risiko
yang lain yang dapat menyebabkan depresi antenatal karena pada penelitian ini hanya menyumbang 40,3, misalnya status kehamilan diinginkan atau tidak,
kepribadian
premorbid
, konflik keluarga, dan penyakit penyerta. Dengan adanya keterbatasan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan inspirasi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam.
commit to user
49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan