Etika Penelitian Keterbatasan TESIS S021308085 TIARA FATMA KUMALA

b ≤ OR 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko depresi antenatal. Kejadian preeklampsia menurunkan kemungkinan risiko depresi antenatal. b ≥ OR 1 : Ada hubungan antara kejadian preeklampsia dengan risiko depresi antenatal. Kejadian preeklampsia meningkatkan kemungkinan risiko depresi antenatal.

J. Etika Penelitian

Penelitian ini akan menekankan masalah etika dalam pemberian kuesioner kepada responden menurut Notoatmodjo 2010 yang meliputi : 1. Informed concents Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden terlebih dahulu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta dampak responden selama pengumpulan data. Orang yang bersedia menjadi responden, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sedangkan yang tidak bersedia peneliti tidak memaksa dan menghormati haknya. 2. Anonimity Untuk menjaga kerahasiaan identitas, responden tidak diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau nama dicantumkan dalam inisial huruf kemudian lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Kerahasiaan Confidentiallity. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi baik identitas maupun data yang diberikan oleh responden. commit to user 31 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat. Penelitian dilakukan terhadap 75 subjek penelitian yaitu ibu hamil yang memeriksakan diri di RSI Sunan Kudus pada bulan Maret-Mei 2015.

1. Karakteristik Sampel

Karakteristik ibu hamil diidentifikasi berdasarkan umur, paritas, umur kehamilan, pendidikan, dan kejadian preeklampsia. Tabel distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dijelaskan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal Karakteristik N Mean Standar Deviation Min Max Umur a. 20 tahun b. 20-35 tahun c. 35 tahun Paritas a. G1P0A0 b. G2P0A1 c. G2P1A0 d. G3P1A1 e. G3P2A0 f. G4P3A0 Umur Kehamilan a. 20-27 minggu b. 28-37 minggu Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA d. PT 3 59 13 29 2 29 1 10 4 33 42 14 19 27 15 29,37 - 28,60 - 5,92 - 6,14 - 16 - 20 - 42 - 37 - perpustakaan.uns.ac.id commit to user Kejadian Preeklampsia a. Kehamilan normal b. Kehamilan dengan preeclampsia 50 25 - - - - Sumber : data primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel di atas, mayoritas umur subjek penelitian pada kisaran 20-35 tahun 78,7, primigravida dan sekundigravida mempunyai jumlah yang sama 38,7, umur kehamilan pada kisaran 28-37 minggu 56, pendidikan SMA 36, dan mayoritas kehamilan normal 66,7.

2. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Univariat

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal Variabel n Persentase Kejadian Preeklampsia a. Kehamilan normal b. Kehamilan dengan preeklampsia Umur a. Usia non reproduksi b. Usia reproduksi Paritas a. Primigravida b. Multigravida Pendidikan a. SMA b. SMA Pendapatan a. UMR Kab. Kudus b. ≥UMR Kab. Kudus Dukungan Sosial a. Rendah b. Baik 50 25 16 59 29 46 33 42 44 31 20 55 66,7 33,3 21,3 78,7 38,7 61,3 44 56 58,7 41,3 26,7 73,3 Sumber : data primer diolah, 2015 perpustakaan.uns.ac.id commit to user Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui pada variabel kejadian preeklampsia, kehamilan normal 50 66,7 lebih tinggi dibandingkan kehamilan dengan preeklampsia yaitu 25 33,3, usia reproduksi lebih banyak yaitu sebesar 59 78,7 dibandingkan usia non reproduksi sebesar 16 21,3 pada variabel umur. Pada variabel paritas diketahui lebih banyak multigravida yaitu 46 61,3 dibandingkan primigravida sejumlah 29 38,7. Pada variabel pendidikan diketahui lebih banyak SMA yaitu 42 56 dibandingkan dengan SMA sebesar 33 44. Pada variabel pendapatan UMR Kab. Kudus yaitu 44 58,7 lebih banyak dibandi ngkan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 31 41,3. Pada variabel dukungan sosial baik yaitu 55 73,3 lebih tinggi dibandingkan dukungan sosial rendah yaitu 20 26,7. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi risiko depresi antenatal Variabel f Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal 26 49 34,7 65,3 Jumlah 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa subjek penelitian yang mengalami depresi antenatal lebih banyak yaitu sebesar 49 65,3 dibandingkan dengan subjek penelitian yang tidak mengalami depresi antenatal yaitu sebesar 26 34,7.

c. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dengan menggunakan uji chi square dengan menggunakan software SPSS. Variabel yang memiliki nilai p0,05 adalah variabel yang berpengaruh secara signifikan dengan risiko depresi antenatal. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 1 Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan kejadian preeklampsia dan depresi antenatal Kejadian Preeklampsia Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N Kehamilan normal Kehamilan dengan preeklampsia 17 9 34 36 33 16 66 64 50 25 100 100 0,91 0,864 Total 26 49 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.4 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan kehamilan normal sebesar 66, sedangkan kehamilan dengan preeklampsia sebesar 64. Analisis bivariat pada tabel 4.4 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,91 berarti ibu hamil dengan preeklampsia kemungkinan risiko depresi antenatal 0,91 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan p=0,864. 2 Hubungan antara umur dan depresi antenatal Tabel 4.5 Hasil analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal Umur Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N Usia non Reproduksi Usia Reproduksi 5 21 31,3 35,6 11 38 68,7 64,4 16 59 100 100 0,82 0,746 Total 26 34,7 49 65,3 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 commit to user Pada Tabel 4.5 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan usia non reproduksi sebesar 68,7, sedangkan usia reproduksi sebesar 64,4. Analisis bivariat pada tabel 4.5 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,82 berarti ibu hamil dengan usia reproduksi kemungkinan risiko depresi antenatal 0,82 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan usia non reproduksi. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan p=0,746. 3 Hubungan antara paritas terhadap depresi antenatal Tabel 4.6 Hasil analisis hubungan antara paritas dan depresi antenatal Paritas Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N Primigravida Multigravida 7 19 24,1 41,3 22 27 75,9 58,7 29 46 100 100 0,45 0,128 Total 26 34,7 49 65,3 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.6 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan primigravida sebesar 75,9, sedangkan multigravida sebesar 58,7. Analisis bivariat pada tabel 4.6 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,45 berarti ibu hamil multigravida kemungkinan risiko depresi antenatal hampir setengah kali lebih rendah daripada ibu hamil primigravida. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal, namun secara statistik tidak signifikan p=0,128. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4 Hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal Tabel 4.7 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dan depresi antenatal Pendidikan Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N SMA SMA 6 20 18,2 47,6 27 22 81,8 52,4 33 42 100 100 0,24 0,008 Total 26 34,7 49 65,3 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.7 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendidikan SMA sebesar 81,8, sedangkan pendidikan SMA sebesar 52,4. Analisis bivariat pada tabel 4.7 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,24 berarti ibu hamil dengan pendidikan SMA kemungkinan risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendidikan SMA. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan p=0,008. 5 Hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal Tabel 4.8 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dan depresi antenatal Pendapatan Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N UMR Kab. Kudus ≥UMR Kab. Kudus 9 17 20,5 54,8 35 14 79,5 45,2 44 31 100 100 0,21 0,002 Total 26 34,7 49 65,3 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.8 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . perpustakaan.uns.ac.id commit to user Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendapatan UMR Kab. Kudus sebesar 79,5, sedangkan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus sebesar 45,2. Analisis bivariat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,21 berarti ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus kemungkinan risiko depresi antenatal seperlima kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan p=0,002. 6 Hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal Tabel 4.9 Hasil analisis hubungan antara dukungan sosial dan depresi antenatal Dukungan Sosial Depresi Antenatal Total OR P Non Depresi Antenatal Depresi Antenatal N N N Rendah Baik 1 25 5 45,5 19 30 95 54,5 20 55 100 100 0,06 0,001 Total 26 34,7 49 65,3 75 100 Sumber: data primer diolah, 2015 Pada Tabel 4.9 menyajikan analisis bivariat tentang hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dengan uji chi square . Dapat dilihat pada tabel bahwa ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan dukungan sosial rendah sebesar 95, sedangkan dukungan sosial baik sebesar 54,5. Analisis bivariat pada tabel 4.9 menunjukkan nilai Odds Ratio sebesar 0,06 berarti ibu hamil dengan dukungan sosial baik kemungkinan risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan p=0,001. commit to user

d. Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat, dengan ketentuan bahwa variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai p 0,05 dengan tujuan untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis bivariat menunjukkan seluruh variabel nilai yang signifikan p0,05 yaitu variabel pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Adapun hasil pengujian seluruh variabel tersebut dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda. Tabel 4.10 Hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal Variabel Independen exp b OR CI 95 p Batas bawah Batas atas Kejadian Preeklampsia 0,44 0,11 1,75 0,249 Umur usia reproduksi 1,55 0,29 8,10 0,599 Paritas multigravida 0,33 0,09 1,19 0,092 Pendidikan SMA 0,42 0,10 1,74 0,236 Pendapatan ≥UMR 0,26 0,08 0,88 0,031 Dukungan Sosial baik 0,06 0,00 0,63 0,019 N observasi 75 -2 Log likelihood 70,89 Nagelkerke R 2 40,3 Sumber: data primer diolah, 2015 Tabel 4.10 menunjukkan hasil analisis regresi logistik ganda hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antental. Terdapat hubungan antara kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial terhadap risiko depresi antental. Pada ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi antenatal 0,44 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan OR=0,44; CI=95; 0,11- 1,75; p=0,249. commit to user Ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal 1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Hubungan umur terhadap risiko depresi antenatal memiliki pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan OR=1,55; CI=95; 0,29-8,10; p=0,599. Pada ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal sepertiga kali lebih rendah daripada primigravida. Hubungan paritas terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik mendekati signifikan OR=0,33; CI=95; 0,09-1,19; p=0,092. Pada ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki risiko depresi antenatal 0,42 kali lebih rendah daripada pendidikan SMA. Hubungan pendidikan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan sedang, namun secara statistik tidak signifikan OR=0,42; CI=95; 1,10-1,74; p=0,236. Pada ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus memiliki risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hubungan pendapatan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik signifikan OR=0,26; CI=95; 0,08-0,88; p=0,031. Pada ibu hamil dengan dukungan sosial baik memiliki risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hubungan dukungan sosial terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik signifikan OR=0,06; CI=95; 0,00-0,63; p=0,019. Nilai -2 Log likelihood merupakan parameter yang menunjukkan kesesuaian antara model analisis regresi logistik dan sampel yang dianalisis, makin kecil parameter tersebut makin sesuai antara model dan datanya. Pada penelitian ini nilai -2 Log likelihood sebesar 70,89. Angka ini cukup kecil sehingga antara model dan data sampel cukup sesuai. Nilai Negelkerke R 2 sebesar 40,3 berarti bahwa keenam variabel bebas umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dukungan sosial, dan kejadian preeklampsia commit to user mampu menjelaskan variasi risiko depresi antenatal sebesar 40,3 dan sisanya yaitu sebesar 59,7 dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan sesuai dengan alur kerangka konsep yang ada dengan menghubungkan teori dan temuan penelitian sebelumnya. 1. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal Analisis hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia memiliki risiko depresi antenatal lebih rendah. Presentasi subjek penelitian ibu hamil dengan preeklampsia dibandingkan ibu hamil dengan kehamilan normal yaitu sebesar 33,3 ibu hamil dengan preeklampsia dan 66,7 ibu hamil dengan kehamilan normal. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal OR=0,44; CI=95; 0,11-1,75; p=0,249, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan preeklampsia 0,44 kali lebih rendah memiliki risiko depresi antenatal daripada ibu hamil dengan kehamilan normal. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan Räisänen et al. 2014 dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002- 2010 menemukan bahwa 0,8 dari 511938 ibu hamil mengalami depresi. Ibu hamil dengan preeklampsia lebih berisiko terjadi depresi antenatal, akan tetapi hubungan ini secara statistik tidak signifikan p=0,52. Sebesar 1,2 ibu hamil dengan preeklampsia yang mengalami depresi antenatal. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Qiu et al. 2007 di Peru. Subjek penelitian yang digunakan sejumlah 676 ibu hamil perpustakaan.uns.ac.id commit to user dengan rincian 339 ibu hamil dengan preeklampsia sebagai kelompok kasus, dan 336 ibu hamil normal sebagai kelompok kontrol. Depresi antenatal pada kelompok kasus sejumlah 159 dan kelompok kontrol sejumlah 123. Hubungan antara kejadian preeklampsia dan depresi antenatal ini mempunyai hubungan yang secara statistik signifikan OR=1,54; CI=95; 1,13-2,09. Kim et al. 2013 dalam temuannya di Amerika pada 254 ibu hamil sebagai sampel penelitian, dengan rincian 25 ibu hamil dengan preeklampsia dan 229 ibu hamil normal. Desain penelitian yang digunakan adalah kohort retrospektif. Hasil yang didapatkan adalah sebesar 14 ibu hamil dengan preeklampsia mengalami depresi antenatal dan sebesar 72 ibu hamil normal mengalami depresi antenatal. Kesimpulan dari temuan ini adalah preeklampsia mempunyai hubungan dengan depresi antenatal OR=2,78; CI=95; 1,20-6,41. Menurut Kharaghani et al. 2012 dalam studinya di Tehran terkait preeklampsia dan depresi antenatal dengan menggunakan 312 subjek penelitian dengan rincian 156 sebagai kelompok kasus yaitu ibu hamil dengan preeklampsia dan sebesar 156 sebagai kelompok kontrol yaitu ibu hamil normal. Hasil yang diperoleh sebanyak 113 mengalami depresi antenatal pada kelompok kasus dan sebesar 92 pada kelompok kontrol. Hubungan ini menunjukkan secara statistik signifikan OR=1,79; CI=95; 1,11-2,87. Berdasarkan perbedaan hasil temuan oleh beberapa ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa perbedaan hasil yang diperoleh terkait hubungan kejadian preeklampsia terhadap risiko depresi antenatal dapat dimungkinkan karena perbedaan ras, genetik, metodologi penelitian, subjek penelitian, uji statistik yang digunakan, instrumen penelitian, dan penyakit tertentu yang diderita, misalnya penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes mellitus.

2. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal

Analisis hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki resiko depresi antenatal lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Presentasi subjek penelitian perpustakaan.uns.ac.id commit to user ibu hamil dengan usia non reproduksi dibandingkan ibu hamil dengan usia reproduksi yaitu sebesar 21,3 ibu hamil dengan usia non reproduksi dan 78,7 ibu hamil dengan usia reproduksi. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal OR=1,55; CI=95; 0,29-8,10; p=0,599, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan usia reproduksi memiliki risiko depresi antenatal 1,55 kali lebih rendah dibandingkan dengan usia non reproduksi. Hubungan antara umur dan risiko depresi antenatal memiliki pengaruh positif dan kuat, namun secara statistik tidak signifikan. Hal ini sejalan dengan Qiao et al. 2009 yang mengungkapkan gejala kecemasan dan depresi yang muncul pada ibu hamil di Shanghai sebesar 6,8 dan 4,8. Faktor risiko yang terkait dengan munculnya gejala kecemasan dan depresi adalah usia muda 20 tahun berdasarkan analisis regresi logistik OR=10,09; CI=95; 1,41-71,8. Pearson et al. 2013 juga mengungkapkan bahwa ibu hamil yang berusia 18 tahun 1,28 kali lebih cenderung memiliki risiko depresi antenatal OR=1,28; CI=95; 1,08-1,51; p=0,003. Räisänen et al. 2014 dalam studinya tentang faktor risiko terkait dengan depresi antenatal pada ibu hamil di Finlandia sejak 2002-2010 menemukan bahwa 0,8 dari 511938 ibu hamil mengalami depresi. Usia muda ≤19 tahun mempunyai 1,58 lebih besar risiko depresi antenatal adjusted OR=1,58; CI=95; 1,38- 1,81; p=≤0,001. Berbeda dengan hasil yang diperoleh di atas, Shi et al. 2007 dalam studinya pada 600 ibu hamil di China dengan menggunakan kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale EPDS. Hasil analisis yang diperoleh, salah satu faktor risiko yang berhubungan erat dengan depresi antenatal adalah usia tua. Patel et al. 2010 mengungkapkan bahwa rentang umur 30-50 tahun pada wanita berhubungan erat dengan kejadian depresi. Koleva et al. 2011 mengemukakan bahwa usia tua yaitu 35 tahun sebagai prediktor yang signifikan untuk terjadinya depresi antenatal. Peneliti berpendapat bahwa seperti kehamilan dengan usia 20 tahun dan 35 dan tahun termasuk kategori kehamilan risiko tinggi. Maka, ibu hamil commit to user tersebut cenderung mudah terkena dan merasa depresi. Hal ini dimungkinkan karena kondisi organ reproduksi yang belum maksimal dan kesiapan mental yang belum matang pada usia 20 tahun serta pada usia 35 tahun kondisi organ reproduksi yang sudah menurun kinerjanya seiring bertambahnya usia.

3. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal

Analisis hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil multigravida memiliki resiko depresi antenatal lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil primigravida. Presentasi subjek penelitian ibu hamil multigravida dibandingkan ibu hamil primigravida yaitu sebesar 61,3 ibu hamil dengan multigravida dan 38,7 ibu hamil primigravida. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal OR=0,33; CI=95; 0,09-1,19; p=0,092. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu multigravida memiliki risiko depresi antenatal sepertiga kali lebih rendah daripada primigravida. Hubungan antara paritas dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sedang, dan secara statistik mendekati signifikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ajinkya et al. 2013 dalam studinya di Navi-Mumbai pada 185 ibu hamil. Sebesar 9,18 dari subyek penelitian mengalami depresi antenatal. Paritas erat kaitannya dengan risiko depresi antenatal. Ibu hamil multigravida mempunyai risiko lebih rendah terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu primigravida. Hubungan ini secara statistik mendekati signifikan p=0,0092. Karmaliani et al. 2009 dalam studinya di Pakistan pada 1376 ibu hamil dengan usia kehamilan antara 20-26 minggu. Sebanyak 18 dari jumlah sampel mengalami depresi antenatal. Salah satu faktor risiko yang diteliti dan mempunyai hubungan dengan depresi antenatal adalah paritas. Ibu hamil primigravida mempunyai risiko terjadi depresi antenatal lebih besar dibandingkan ibu hamil multigravida. Hubungan ini secara statistik signifikan OR=2,31; CI=95; 1,37-3,92; p=0,002. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Koleva et al. 2011 mengemukakan bahwa jumlah kehamilan sebelumnya atau paritas mempunyai hubungan yang signifikan terjadinya depresi antenatal. Menurut Notoatmodjo 2007, paritas erat kaitannya dengan pengalaman yang diperoleh. Ibu yang baru pertama kali hamil tentu belum mempunyai pengalaman, jika dibandingkan dengan ibu yang sudah pernah hamil berkali-kali. Peneliti berpendapat bahwa ibu hamil multigravida memiliki risiko depresi antenatal lebih rendah dibandingkan ibu hamil primigravida. Hal ini terkait dengan pengalaman yang dialami ibu. Kecenderungan ibu yang sudah mempunyai pengalaman merasa lebih menikmati kehamilan dengan belajar dari pengalaman sebelumnya.

4. Hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal

Analisis hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki resiko depresi antenatal lebih rendah dibandingkan dengan ibu hamil dengan pendidikan SMA. Presentasi subjek penelitian ibu hamil yang mengalami depresi antenatal dengan pendidikan SMA sebesar 81,8, sedangkan pendidikan SMA sebesar 52,4. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dan risiko depresi antenatal OR=0,42; CI=95; 0,10-1,74; p=0,236. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan SMA memiliki risiko depresi antenatal 0,42 lebih rendah daripada pendidikan SMA. Hubungan pendidikan terhadap risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif dan sedang, namun secara statistik tidak signifikan Hal ini sejalan dengan penelitian Pearson et al. 2013 terkait faktor risiko depresi antenatal dan postnatal pada ibu hamil usia 18 tahun di Inggris. Subyek penelitian sebanyak 3335 ibu hamil. Separuh lebih yaitu sebesar 1691 ibu hamil dengan pendidikan rendah hanya wajib belajar sampai usia 16 tahun. Kesimpulan dari temuan ini bahwa pendidikan rendah meningkatkan 1,27 kali risiko terjadinya depresi antenatal OR=1,27; CI=95; 1,02-1,57; p=0,030. commit to user Temuan dari da Silva 2010 juga demikian, yaitu tentang depresi antenatal di pelayanan kesehatan di Brazil. Sebanyak 255 ibu hamil 21,1 mengalami depresi antenatal. Ibu hamil dengan pendidikan SMA mempunyai hubungan dengan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan PR=1,71; CI=95; 1,22-2,40; p 0,001. Pendidikan erat kaitannya dengan daya tangkap serta daya tanggap seseorang terhadap suatu informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan daya tangkap dan daya tanggap terhadap informasi yang diberikan Mandriwati, 2008. Menurut Notoatmodjo 2007 bahwa tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Peneliti setuju dengan pendapat para ahli di atas yang menjelaskan kaitan pendidikan dengan risiko depresi antenatal. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahamannya sehingga semakin tinggi pula pengetahuannya. Pengetahuan inilah yang dapat digunakan ibu hamil untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

5. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal OR=0,26; CI=95; 0,08-0,88; p=0,031. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pendapatan ≥UMR Kab. Kudus memiliki risiko depresi antenatal seperempat kali lebih rendah daripada ibu dengan pendapatan UMR Kab. Kudus. Hubungan antara pendapatan dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, kuat, dan secara statistik signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian Leigh dan Milgrom 2008 terkait faktor risiko yang terkait dengan depresi antenatal. Sebanyak 367 ibu hamil dengan usia kehamilan dalam rentang 26-32 minggu. Hasil analisis dengan menggunakan regresi linear berganda, pendapatan yang rendah sebagai faktor risiko terjadinya depresi antenatal dan secara statistik signifikan β=-0,05; p0,05. da Silva commit to user 2010 dalam temuannya terkait depresi antenatal di Brazil pada 1264 ibu hamil. Sebanyak 461 ibu hamil 36,6 berada dalam status ekonomi yang rendah dan 118 ibu hamil 25,6 mengalami depresi antenatal. Hubungan antara status ekonomi yang rendah erat kaitannya dengan risiko depresi antenatal dan secara statistik signifikan OR=1,97; CI-95; 1,21-3,19; p=0,001. Peneliti berpendapat bahwa pendapatan erat kaitannya dengan depresi antenatal. Kebutuhan ibu hamil tentu meningkat terlebih untuk persiapan persalinan. Apabila pendapatan tetap tetapi kebutuhan meningkat tentunya menimbulkan masalah dan beban bagi ibu hamil.

6. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal

Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal OR=0,06; CI=95; 0,00-0,63; p=0,019. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan dukungan social baik memiliki risiko depresi antenatal 0,06 kali lebih rendah daripada ibu hamil dengan dukungan sosial rendah. Hubungan antara dukungan sosial dan risiko depresi antenatal memiliki hubungan negatif, sangat kuat, dan secara statistik signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Dibaba et al. 2013 tentang hubungan antara kehamilan yang tidak diinginkan dan dukungan sosial terhadap depresi antenatal di Ethiopia dengan jumlah sampel 627 ibu hamil. Hasil yang diperoleh adalah dukungan sosial mempunyai hubungan yang terkuat dalam temuan ini. Ibu hamil yang memiliki dukungan sosial tinggi 0,26 lebih rendah berisiko terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial rendah. Sama halnya dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial sedang 0,27 lebih rendah berisiko terjadi depresi antenatal dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dukungan sosial rendah. Fall et al. 2013 juga berpendapat sama, kesimpulan temuannya berdasarkan analisis multivariat yang dilakukan bahwa dukungan sosial erat kaitannya dengan depresi antenatal. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Hubungan ini secara statistik signifikan OR=7,66; CI=95; 6,30-9,31; p0,001. Sarafino 2006 berpendapat bahwa akan ada banyak efek dari dukungan sosial karena dukungan sosial secara positif dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi terdekat keluarga merupakan salah satu proses psikologis yang dapat menjaga kesehatan seseorang. Peneliti berpendapat bahwa dukungan sosial sangat penting diberikan bagi ibu hamil untuk mencegah depresi antenatal dan mengatasi masalahnya. Pemberian dukungan ini dapat berupa informasi, pemberian fasilitas yang dibutuhkan, dan ikut serta memeriksakan di fasilitas kesehatan.

C. Keterbatasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia dan risiko depresi antenatal dengan melibatkan variabel umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Penelitian ini masih banyak keterbatasan dan bias yang telah diupayakan untuk mengatasinya. Keterbatasan yang ada diharapkan mampu dikembangkan dan disempurnakan oleh peneliti selanjutnya, keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah : 1. Penelitian ini menggunakan jumlah subyek penelitian yang sedikit yaitu sebanyak 75 ibu hamil. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, hubungan yang diperoleh karena faktor kebetulan sangat besar, dengan penambahan jumlah responden hal ini dapat dijadikan koreksi. 2. Pemilihan subyek penelitian tidak menggunakan randomisasi sehingga semua populasi ibu hamil di RSI Sunan Kudus tidak mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan subyek penelitian. 3. Kualitas data juga dipengaruhi oleh kemampuan subyek penelitian mencerna pertanyaan dalam kuesioner sehingga dapat terjadi bias akibat keterbatasan pengetahuan. perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4. Sebelum pengisian kuesioner tidak dilakukan uji kebohongan dengan kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory, sehingga jawaban yang sudah diberikan pada kuesioner penelitian tidak diketahui ada atau tidaknya kejujuran pada subyek penelitian. 5. Risiko depresi antenatal tidak hanya dilihat dari kejadian preeklampsia, umur, paritas, pendidikan, pendapatan, dan dukungan sosial. Masih banyak faktor risiko yang lain yang dapat menyebabkan depresi antenatal karena pada penelitian ini hanya menyumbang 40,3, misalnya status kehamilan diinginkan atau tidak, kepribadian premorbid , konflik keluarga, dan penyakit penyerta. Dengan adanya keterbatasan penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat dijadikan inspirasi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan penelitian secara lebih mendalam. commit to user 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan