Teknik Analisis Uji Hipotesis

49

3.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.3.1. Teknik Analisis

Pada analisis ini menggunakan dua metode, yaitu: a. Metode Kualitatif Yaitu metode pembahasan yang menganalisis serta membahas permasalahan dalam bentuk atau kata-kata yang kemudian dilakukan analisis guna mendapatkan kesimpulan. b. Metode Kuantitatif Yaitu metode pembahasan yang menggunakan seperangkat alat analisis statistik untuk membuktikan kebenaran analisis kuantitatif dalam penelitian ini. Dalam hal ini digunakan model persamaan sebagai berikut: Y = f X1, X2, X3, …………., Xn ........................................... 1 dimana: Y = Penerimaan Pajak Hiburan X1 = Tingkat Inflasi X2 = Jumlah Tempat Hiburan X3 = Pendapatan Perkapita Bo = Konstanta  1 ,  2 ,  3 ,  4 = Koefisien Regresi 50 i = variabel pengganggu yang mewakili faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak hiburan, namun tidak masuk dalam model. Adapun untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak untuk digunakan dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui nilai R Koefisien Determinasi dengan menggunakan formula sebagai berikut: R 2 =   k Y ~ - Y k Y ~ - Y 2 2 = Total JK Regresi JK ................................................ 3 dimana: Y = nilai pengamatan Y = Nilai Y yang ditaksir dengan model regresi Y ~ = Nilai rata-rata pengamatan R 2 = Koefisien determinasi JK = Jumlah Kuadrat Sulaiman, 2004: 86 Karakteristik utama R 2 adalah: d. Tidak mempunyai nilai negatif e. Nilainya berkisar antara 1 atau 0 R 2 1

3.3.2. Uji Hipotesis

a. Melakukan uji F untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 51 1 Merumuskan Hipotesis Ho :  1 =  2 =  3 =  4 = 0 ………..tidak ada pengaruh Hi :  1   2   3   4  0 ……….. ada pengaruh 2 Menentukan tingkat signifikan  sebesar 5 atau 0,05. 3 Menghitung nilai F untuk mengetahui hubungan secara simultan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan rumus sebagai berikut: F hitung = Galat KT Regresi KT ............................................................. 4 dimana: KT regresi = Kuadrat Tengah Regresi KT galat = Kuadrat Tengah Residual Sulaiman, 2004 : 10 4 Membandingkan F hitung dengan F tabel dengan ketentuan sebagai berikut: Derajat bebas pembilang adalah k dan derajat bebas penyebut adalah n-k-1 dengan convidence internal sebesar 90. Keterangan: n = Jumlah sampel k = Jumlah parameter regresi Sulaiman, 2004: 10 52 Uji F ini digunakan untuk mengetahui apakah Ho diterima atau ditolak dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Apabila F hitung F tabel , maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya variabel bebas secara simultan mempengaruhi variabel terikat. 2 Apabila F hitung F tabel , maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. Gambar 4: Kurva Distribusi Penolakan Penerimaan Hipotesis Secara Simultan Sumber: Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga, i tingkat signifikansi pengaruh ah-langkah sebagai berikut: 1 aruh Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho t-hitung t-tabel halaman 80. b. Melakukan Uji t untuk menguj beberapa variabel secara parsial. Dengan menggunakan langk Merumuskan hipotesis. Ho :  1 =  2 =  3 =  4 = 0 ………..tidak ada peng Hi :  1   2   3   4  0 ……….. ada pengaruh 53 2 Menentukan tingkat signifikansi  sebesar 5 atau 0,05. 3 Menentukan besarnya t-hitung dengan menggunakan n: persamaa T hitung = ββi Se .................................................................... βi 5 Se = Standar error 4: 87 n-k-1, internal a pengaruh antara variabel bebas tidak ada pengaruh antara variabel bebas Gambar 5: Kurva Distribusi Penolakan Penerimaan Hipotesis Secara Parsial. dengan keterangan: i = Koefisien regresi Sulaiman, 200 Membandingkan t hitung dengan t tabel dengan uji t dua arah. Dengan ketentuan derajat kebebasan sebesar kepercayaan 95, kaidah keputusannya adalah: 1 Apabila t hitung t tabel atau –t hitung -t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ad dengan variabel terikat. 2 Apabila -t tabel  t hitung  t tabel , maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya dengan variabel terikat. Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho t R hitung t R tabel Daerah Penolakan Ho R tabel -t 54 Sum 3.3.3. earah dan ni tidak akan terjadi jika terpenuhi beberapa asumsi, ya a. pat dalam model g salah nol akan semakin besar. Akibatnya model adap adanya sebagai berikut: ber: Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga, halaman 79. Asumsi Klasik Model regresi yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Square atau OLS merupakan model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias yang terbaik Best Linier Unbiased Estimator atau uji BLUE, artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut secara pasti dapat dikatakan liner atau s tidak bias. Kondisi i ng disebut dengan asumsi klasik sebagai berikut: Multikolinearitas Artinya antara variabel independent yang terda memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1. Konsekuensi yang sangat penting bagi model regresi yang mengandung multikolinearitas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan bertambahnya variabel independent, tingkat signifikansi yang digunakan untuk menolak hipotesis yan regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir nilai variabel independent. Dugaan secara sederhana terh Multikoliniearitas di dalam regresi adalah 55 1 Koefisien determinasi berganda R 2 tinggi. 2 Koefisien korelasi sederhana tinggi. aan regresi antar variabel independent. Jika nya signifikan. Algifa b. digunakan akan mendek kan dengan melakukan pengujian korelasi rangking spearman. Korelasi rangking spearman rs dapat dihitung dengan formula: rs = 1 – 6 3 Membuat persam koefisien regersi ri, 2000: 84 Heteroskedastisitas Artinya variansi variabel dalam model tidak sama. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah penaksir estimator yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil maupun dalam sampel besar, walaupun sampel penaksir yang diperoleh menggambarkan populasinya tidak bias dan bertambahnya sampel yang ati nilai sebenarnya konsisten. Ini disebabkan oleh variansnya yang tidak minimum tidak efisien. Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitas dalam suatu regresi dapat dilaku       1 NN 2 menyatakan bahwa di 2 yang : dar deviasi S dan ranking nilai mutlak - di : Selisih rangking stan error e. Nilai Y Y ˆ 56 N : Banyaknya sampel Algifari, 2000: 86 Cara mendeteksi Heteroskedastisitas 1 Metode grafik yaitu menghubungkan antara Y dan e 2 , dimana e 2 = Y - Y ˆ , apabila hubungan Y dan e 2 tidak sistematis rman. Uji ini digunakan untuk menguji relasi rank Spearman lebih nilai tabel. Suhary c. si yang disusun menurut urutan waktu. Penyimpangan ini biasany lkan menaksir nilai variabel dependen seperti makin membesar satu mengecil seiring bertambahnya Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 2 Uji korelasi rank Spea heteroskedastisitas apabila nilai ko besar dari adi dan Purwanto, 2004: 529. Autokorelasi Artinya merupakan korelasi antara anggota serangkaian observa a muncul pada observasi yang menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih lanjut lagi, model regresi yang dihasi tidak dapat digunakan untuk pada nilai variabel independent tertentu. Algifari, 2000: 88. Cara mendeteksi autokorelasi: 57 1 Metode grafik yang menghubungkan antara error e atau residu dengan waktu, apabila terdapat hubungan yang kkan 2 ntuk uji DW adalah: erkisar antara d u dan 4- si. Suharyadi dan Purwanto, 2004: 529 Gambar 6 : d Durbin-Watson relasi negatif Sumber: Gujarati. 1993. Ekonometrika Dasar, Jakarta: Erlangga, 3.3.4. sistematis baik meningkat atau menurun, menunju adanya autokorelasi. Uji Durbin Watson dimana rumus u e t – e t-1 2 e 2 . Apabila nilai dw b d u , maka tidak terjadi autokorela Menolak Ho Bukti autokorelasi positif Menerima H0 atau H0 Atau kedua-duanya Daerah keragu- raguan Menolak Ho Bukti autokorelasi positif Daerah keragu- raguan d L 4 d d L d u du 4 2 4 – – H0 : tidak ada autokorelasi positif H0 : tidak ada autoko halaman 216. Pendeteksian BLUE Best Linier Unbiased Estimator Persamaan regresi di atas harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator, artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka yang harus dipenuhi oleh regresi linier berganda yaitu: 58 i variabel explanatory harus harus non i multikolinier antar variabel explanatory. ar mengikuti sebaran ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran. besar, penaksir nilai parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira mendeteksi nilai parameter. d. Estimate; Uji diharapkan sekecil mungkin. a. Nilai tengah atau rata-rata bersyarat mean value dari komponen pengganggu i, yang ditimbulkan dar sama dengan nol. b. Varian komponen pengganggu i harus konstan dan harus memenuhi syarat homoskedastisitas. c. Tidak terjadi autokorelasi antar komponen pengganggu i. d. Variabel yang menjelaskan X Variabel Explanatory stokastik yaitu tetap dalam penyempelan berulang, atau jika stokastik didistribusikan secara independent dari gangguan i. e. Tidak terjad f. Komponen pengganggu i harus terseb normal dengan nilai tengah sama dengan 0, dengan varians sebesar  2 . Sifat BLUE dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Best; pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan terhadap  dan . b. Linier; sifat c. Unbiased; nilai jumlah sampel sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Kota Surabaya Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasati tersebut terungkap bahwa Surabaya churabhaya masih berupa desa ditepian sungai Brantas sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang sungai Brantas. Surabaya Surabhaya juga tercantum dalam pujasastra Negara Kertagama yang ditulis oleh Prapanca tentang perjalanan pesiar baginda Hayam Wuruk pada tahun 1365 dalam pupuh XVII bait ke-5, baris terakhir. Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M prasasti Trowulan 1365 M Negara Kertagama, para ahli menduga bahwa Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut hipotesis Von Faber, Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat pemukiman baru bagi prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan tahun 1270 M. Hipotesis yang lain mengatakan bahwa Surabaya dulu bernama Ujung Galuh. Versi lain mengatakan bahwa nama Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup dan mati Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon setelah mengalahkan tentara Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah kraton di