43
dulunya belum dapat dikategorikan sebagai subyek pajak, dengan meningkatnya pendapatan akan berubah menjadi subyek pajak.
Peningkatan pendapatan perkapita juga akan disertai dengan perubahan struktur perekonomian. Hukum Engel mengatakan bahwa
semakin tinggi pendapatan perkapita, proporsi untuk konsumsi barang non pangan meningkat. Hal ini pada gilirannya akan menambah obyek pajak
baru yang dapat dikenakan, terutama pajak tidak langsung. Seiring dengan perubahan pola konsumsi, struktur perekonomian akan berubah sesuai
dengan peningkatan pendapatan perkapita.
2.3. Kerangka Pikir
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang bermanfaat sebagai modal pembangunan. Titik berat atau fokus pemanfaatan
pajak selalu berbeda dari waktu ke waktu. Reformasi perpajakan tahun 2000 ditempuh sebagai upaya mengoptimalkan potensi pajak dalam menopang
rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara periode tahun 2000 dan seterusnya.
Penerimaan pajak hiburan dapat diartikan sebagai pemasukan keuangan dari wajib pajak kepada pemerintah daerah yang digunakan
sebagai upaya mengoptimalkan potensi pajak dalam menopang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara periode tahun 2000 dan
seterusnya.
44
Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara terus menerus dalam periode tertentu. Apabila terjadi inflasi, maka biaya-biaya umum
harga beras, bahan bakar, tingkat upah, harga tanah, sewa barang-barang modal dan lain sebagainya akan mengalami kenaikan, maka penerimaan
pajak hiburan akan menurun, maksudnya kenaikan tingkat inflasi akan mengakibatkan menurunnya pendapatan riil masyarakat sehingga bila
pendapatan riil menurun, maka masyarakat akan cenderung hanya memenuhi kebutuhan primernya saja, sehingga menyebabkan turunnya penerimaan
pajak hiburan. Sebaliknya apabila inflasi, maka harga-harga barang ikut turun, sehingga masyarakat mampu untuk pergi ke tempat hiburan, tentunya
hal ini akan mempengaruhi Penerimaan Pajak Hiburan di Kota Surabaya, Samuelson, 1993: 296.
Semakin banyak dan bertambahnya jumlah, tempat dan jenis hiburan di Daerah atau Wilayah Kota Surabaya, maka akan mempengaruhi obyek
pajak untuk mengunjungi tempat-tempat hiburan yang akan semakin meningkatkan potensi penerimaan pajak hiburan di daerah Kotamadya
Surabaya. Hal ini terkait juga dengan kewajiban perpajakan, yaitu penyelenggara hiburan tersebut merupakan wajib pajak yang harus
memenuhi kewajiban perpajakan di bidang pajak hiburan. Siahaan, 2005: 301.
Pendapatan perkapita seringkali digunakan sebagai ukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Apabila jumlah pendapatan perkapita meningkat,
maka frekuensi kemampuan masyarakat untuk mengunjungi tempat hiburan
45
akan meningkat juga, sehingga pada akhirnya penerimaan pajak hiburan juga meningkat. Soemarso, 1998: 337.
Gambar 3: Kerangka Pikir
Sumber: Peneliti Tingkat Inflasi
X
1
Biaya-Biaya Umum
Jumlah Tempat Hiburan
X
2
Obyek Pajak
Kemampuan Mengunjungi
Tempat Hiburan Penerimaan Pajak
Hiburan Y
Pendapatan Perkapita
X
3
2.4. Hipotesis