Jumlah Tempat Hiburan. Landasan Teori

35 c Kebijaksanaan dan yang berkaitan dengan output. Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor harga cenderung meningkat dan menurunkan harga, dengan demikian kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. d Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing. Kebijaksanaan ini dilakukan dengan selling harga serta berdasarkan pada index harga tertentu untuk gaji atau upah.

2.2.6. Jumlah Tempat Hiburan.

Hiburan adalah segala jenis pertunjukan, permainan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran. Tempat hiburan merupakan sarana yang disediakan dengan berbagai jenis hiburan dan fasilitas di dalamnya, sesuai dengan yang diinginkan bagi setiap orang yang membutuhkan hiburan. Atau bisa diartikan suatu tempat dimana orang atau masyarakat akan memperoleh kesenangan, hiburan untuk mengisi liburan, menghilangkan kepenatan dan kejenuhan karena kesibukan dalam bekerja refreshing. Pemerintah propinsi sebagai daerah otonom, telah memberikan wewenang yang lebih luas kepada Kabupaten Kota untuk mengatur dan mengembangkan potensi dan sumber daya yang ada di daerah, termasuk diantaranya wewenang pengaturan dalam bidang sektor kepariwisataan. 36 Demikian halnya dalam pelaksanaan wewenang pengaturan urusan bidang sektor kepariwisataan, pemerintah kota melalui Dinas Pariwisata Kota Surabaya telah berhasil mengeluarkan produk hukum berupa peraturan daerah Kota Surabaya No. 6 tahun 2003 tentang Kepariwisataan dan keputusan Walikota No. 54 tahun 2003 tentang perubahan atas keputusan Walikota No. 45 tahun 2003 tentang tata cara pelaksanaan sanksi administrasi pelanggaran peraturan Daerah Kota Surabaya No. 6 tahun 2003 serta keputusan Walikota No. 59 tahun 2003 tentang ketentuan waktu jam operasional kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi dan hiburan umum, keputusan Walikota Surabaya No. 58 tahun 2003 tentang ketentuan waktu jam operasional kegiatan usaha obyek dan daya tarik wisata rekreasi hiburan umum dan keputusan Walikota Surabaya No. 2 tahun 2004 tentang tata cara penyelenggaraan usaha pariwisata rekreasi dan hiburan umum akan dijadikan landasan hukum dalam pelaksanaan usaha kepariwisataan di Kota Surabaya. Dengan memperhatikan Visi Kota Surabaya yaitu SURABAYA METROPOLITAN MADANI 2010 dan misi Kota Surabaya, yaitu mengembangkan wawasan pembangunan yang berbasis BUDI PAMARINDA Budaya-Pendidikan-Maritim-Industri dan Perdagangan, maka Dinas Pariwisata mempunyai Visi yaitu mewujudkan Surabaya sebagai daerah tujuan wisata. Dalam hal ini pemerintah kota Surabaya khususnya Dinas Pariwisata memiliki tugas sebagai pembina terhadap obyek-obyek wisata 37 di Surabaya membutuhkan respon balik yang positif dalam mensosialisasikan Peraturan Daerah dan Surat Keputusan dan Surat Keputusan Walikota tentang usaha kepariwisataan. Usaha rekreasi dan hiburan umum di kota Surabaya dari waktu ke waktu telah menunjukkan perkembangan yang signifikan dengan berkembang-pesatnya jumlah tempat-tempat hiburan seperti Karaoke Keluarga, Karaoke Dewasa, salon, acara musik gelanggang permainan dan lain-lain, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga diharapkan dapat berlangsung secara bertahap dan mencapai sasaran yang optimal. Anonim, 2004: 5-6. 2.2.6.1.Subyek Pajak Hiburan. Subyek pajak hiburan dalam arti yang menanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan. Secara sederhana subyek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan. Dengan demikian setiap konsumen, selain membayar tiket hiburan, diwajibkan pula membayar pajak hiburan kepada penyelenggara. 2.2.6.2.Obyek Pajak Hiburan. Obyek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan atau tempat hiburan itu sendiri dengan dipungut bayaran. Obyek pajak hiburan meliputi berbagai jenis hiburan, dengan demikian obyek pajak hiburan, meliputi: 38 a. Pertunjukan film; b. Pertunjukan kesenian; c. Pertunjukan pagelaran; d. Penyelenggaraan diskotik, musik hidup, karaoke, klab malam, ruang musik, balai gita singing hall, pub, ruang selasa musik, klub eksekutif, dan sejenisnya; e. Permainan bilyard, bowling; f. Permainan ketangkasan, termasuk mesin keping dan sejenisnya; g. Panti pijat, mandi uap, usaha kebugaran jasmani; h. Pertandingan olah raga; i. Penyelenggaraan tempat-tempat wisata, taman rekreasi, seluncur, kolam pemancingan, kolam renang, pasar malam, sirkus dan sejenisnya; j. Rental kaset VCD dan sejenisnya; k. Pertunjukan dan keramaian umum lainnya. Pada beberapa daerah, obyek pajak hiburan diperluas menjadi termasuk pelayanan yang disediakan padat hiburan, termasuk penjualan makanan dan minuman. Pada pajak hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak; yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, dan kegiatan keagamaan. Siahaan, 2005: 300. 39 Dalam pemungutan pajak hiburan, yang dipengaruhi oleh semakin bertambah banyaknya tempat hiburan yang ada di Surabaya, maka dapat dikatakan sebagai obyek pajak atau jumlah tempat hiburan kena pajak. Oleh karena itu diharapkan potensi pemungutan pajak hiburan akan semakin besar pula, yang berarti bahwa penerimaan pajak untuk daerah Kotamadya Surabaya akan semakin besar, tentu saja hal tersebut akan menyebabkan pendapatan pajak untuk Kota Surabaya ikut meningkat.

2.2.7. Pendapatan Perkapita