27
2.2.4. Krisis Moneter
2.2.4.1.Pengertian Krisis Moneter
Krisis moneter diartikan sebagai ketidakstabilan tata kehidupan yang terjadi akibat banyaknya faktor yang mempengaruhi diantaranya
bidang ekonomi, politik, hukum dan bidang keamanan Mubyarto, hal. 162.
2.2.4.2.Dampak Krisis Moneter
Dampak krisis ekonomi juga berimbas di kota Surabaya dan berpengaruh besar terhadap semua aspek ekonomi maupun non ekonomi,
salah satunya adalah penerimaan pajak hiburan, dimana jumlah persentase kenaikan maupun penurunan penerimaan pajak dan faktor yang lainnya.
Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah dan kemauan masyarakat yang kuat untuk selamat dari pasca krisis ekonomi, khususnya
pada penerimaan pajak hiburan di Surabaya telah dilewatinya pada tahun 2000, yang ditandai dengan semakin naiknya hasil penerimaan pajak
hiburan yang diterima oleh pemerintah daerah. Disamping itu krisis ekonomi sudah terjadi konstruksi ekonomi
pada tahun 1998 dan Repelita VI di Jawa Timur dengan persentase sebesar -9,55 disertai dengan rata-rata pada tahun 1994-1998 sebesar 3,83
data BAPPEDA Propinsi Jatim .
28
2.2.5. Tingkat Inflasi
2.2.5.1.Definisi Inflasi
Definisi sederhana mengenai inflasi dinyatakan bahwa inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus
menerus selama satu periode tertentu. Apabila kenaikan yang terjadi hanya sekali saja meskipun dengan persentase yang cukup besar atau pada
suatu saat tertentu dan hanya sementara belum tentu menimbulkan inflasi. Nopirin, 2000: 25. Inflasi menurut Boediono 2001: 155 adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara terus menerus. Inflasi adalah proses kenaikan harga pada umumnya atau senantiasa turunnya
nilai uang Manulang, 1993: 83. Di dalam definisi inflasi mencakup 3 aspek:
a. Adanya kecenderungan tendensi harga-harga untuk meningkat yang
berarti, mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan
kecenderungan yang meningkat. b.
Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus sustained yang berarti bukan terjadi bukan pada sewaktu-waktu saja, yakni
akibat adanya kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal tahun. c.
Mencakup pengertian tingkat harga umum General Level Prices yang berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan pada satu atau
beberapa komoditi saja.
29
Jadi dapat disimpulkan inflasi adalah proses kenaikan harga barang secara terus menerus sehingga mengakibatkan melemahnya nilai mata
uang dan masyarakat tidak mempunyai keinginan untuk menyimpan uang. Faktor-faktor yang dapat mendorong kenaikan harga dan
menimbulkan inflasi antara lain: a.
Pemerintah terlalu berambisi untuk menyerap sumber-sumber ekonomi lebih besar dari pada sumber-sumber ekonomi yang dapat dilepaskan
oleh pihak bukan pemerintah pada tingkat harga yang berlaku. b.
Masyarakat berusaha memperoleh tambahan pendapatan relatif lebih besar daripada kenaikan produktivitas mereka.
c. Permintaan barang-barang dan jasa naik lebih cepat daripada tambahan
keluarga output. d.
Adanya kebijakan pemerintah, baik yang bersifat ekonomi atau non ekonomi yang mendorong kenaikan harga-harga.
e. Pengaruh alam yang dapat mempengaruhi produksi dan kenaikan
harga. f.
Pengaruh inflasi luar negeri, ini terlihat melalui pengaruhnya terhadap harga barang-barang impor. Insukindro, 1996: 2-3.
2.2.5.2.Penggolongan Inflasi
a. Penggolongan yang didasarkan atas besarnya laju inflasi dibagi dalam
tiga kategori: 1
Inflasi merayap creeping inflation
30
Ditandai dengan laju inflasi yang rendah kurang dari 10 per tahun. Kenaikan harga berjalan secara lambat, dengan persentase
yang kecil serta dalam jangka relatif lama. 2
Inflasi menengah galloping inflation Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar biasanya
double digit atau bahkan triple digit dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.
Artinya, harga-harga minggu bulan ini lebih tinggi dari minggu bulan lalu dan seterusnya.
3 Inflasi Tinggi Hyper Inflation
Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang
merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Pertukaran uang main cepat dan harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja yang ditutupi dengan mencetak uang. Nopirin,
2000: 27. b.
Penggolongan yang didasarkan atas pernah tidaknya inflasi tersebut, dibedakan menjadi beberapa inflasi, yaitu:
1 Inflasi ringan dibawah 10 per tahun.
2 Inflasi sedang antara 10-30 per tahun.
3 Inflasi berat antara 30-100 per tahun.
4 Hiperinflasi di atas 100 per tahun.
31
c. Macam inflasi berdasarkan asal inflasi:
1 Domestic Inflation.
Adalah inflasi yang berasal dari dalam negeri misalnya karena defisit anggaran belanja yang biayanya dengan Pencetakan uang
baru, panen yang gagal dan sebagainya. 2
Imported Inflation. Adalah inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi ini timbul
karena kenaikan harga di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang dalam negeri, Budiono, 2001: 158.
d. Jenis inflasi menurut sebabnya, dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1 Inflasi permintaan demand-pull inflation.
Inflasi ini timbul karena permintaan dalam negeri baik masyarakat maupun pemerintah akan berbagai barang sangat kuat dan besar,
melebihi keluarga output yang ada dalam perekonomian tersebut. Keadaan ini terjadi misalnya pengeluaran pemerintah meningkat
dan dibiayai dengan Pencetakan uang. Kebijakan tersebut akan mengakibatkan naiknya harga barang-barang dan dengan
sendirinya akan mengakibatkan laju inflasi.
32
Gambar 1. Demand Pull Inflation
Y
D
Y
D o
P
Y
1
Y
o
E
o
E
1
Y
s
P
1
P
o
Y
Sumber: Nopirin, Ph.D. 2000. Ekonomi Moneter, Buku 2, Edisi Pertama, Cet. 10, Yogyakarta: BPFE, hal. 29
Terjadinya demand pull inflation dapat dijelaskan sebagai berikut: Naiknya pengeluaran pemerintah, akan mengakibatkan
pergeseran kurva Y
D o
ke Y
D
dan harga serta keluaran naik, masing-masing dari P
o
ke P
1
dan keluaran naik Y
o
ke Y
1.
Bila kenaikan harga tersebut naik terus menerus, maka jelas bahwa
kenaikan harga tersebut akan mengakibatkan inflasi, Nopirin,
2
. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor:
2000: 30. Inflasi penawaran cost push inflation.
Biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul
biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total aggregate supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi
33
a Perjuangan Serikat buruh yang berhasil menuntut kenaikan
upah. b
Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manager dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga
yang lebih tinggi. c
Kenaikan harga bahan baku industri. Kenaikan biaya produksi pada gilirannya akan menaikkan harga
dan turunnya produksi. Jika proses ini berjalan terus, maka timbullah cost push inflation, Nopirin, 2000: 30.
Gambar 2: Cost Push Inflation
Y
D
P
o
P
1
P
Y Y
1
Y
o
Y
s
E
1
E
o
Y
s o
Sumber: Nopirin, Ph.D. 2000. Ekonomi Moneter, Buku 2, Edisi Pertama, Cet. 10, Yogyakarta: BPFE, hal. 31
Akibat kenaikan ongkos, kurva Ys bergeser dari Ys
o
ke Ys dan harga naik dari P
o
ke P
1
. Bila kenaikan ini terjadi terus menerus, maka laju inflasi akan dapat diamati dari perubahan harga tersebut.
34
Perbedaan antara inflasi permintaan dan penawaran adalah pada demand pull inflation kenaikan harga diikuti oleh kenaikan
pengeluaran, sedang cost push inflation adalah kenaikan harga disertai oleh penurunan pengeluaran. Nopirin, 2000: 31.
2.2.5.3.Cara Mengatasi Inflasi
Cara mengatasi inflasi dapat dilakukan melalui beberapa kebijaksanaan antara lain:
a Kebijaksanaan Moneter.
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui jumlah yang beredar. Uang diatur oleh bank sentral melalui cadangan minimum yang
dinaikkan agar jumlah uang menjadi lebih kecil, sehingga dapat menekan laju inflasi.
b Kebijaksanaan Fiskal.
Menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi harga
kebijaksanaan fiscal yang berupa pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan
total, sehingga inflasi dapat ditekan. Pajak di masa inflasi dapat digunakan untuk mencegah atau menghambat inflasi, atau dapat
digunakan untuk memberikan proteksi terhadap produksi dalam negeri.
35
c Kebijaksanaan dan yang berkaitan dengan output.
Kenaikan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor harga cenderung meningkat dan
menurunkan harga, dengan demikian kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.
d Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing.
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan selling harga serta berdasarkan pada index harga tertentu untuk gaji atau upah.
2.2.6. Jumlah Tempat Hiburan.