4
pengangguran. Tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 42,15.
Masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat serius karena pertambahan jumlah penduduk yang tinggi akan menimbulkan berbagai
masalah dan hambatan bagi pembangunan yaitu pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan menciptakan kesempatan kerja baru
sangat terbatas, akibatnya dapat menimbulkan masalah – masalah seperti jumlah industry, angkatan kerja, menurunnya pertumbuhan ekonomi dan
jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan kenyataan – kenyataan yang telah dijelaskan diatas maka
penulis tertarik untuk mengamati masalah pengangguran dan mengaji lebih dalam lagi tentang : “Analisis Faktor – faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Pengangguran di Jawa Timur”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah : 1. Apakah faktor angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum
Regional UMR, dan Investasi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?
5
2. Manakah diantara faktor angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum Regional UMR, dan Investasi yang berpengaruh paling
dominan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor angkatan kerja,
pertumbuhan ekonomi, Upah Minimum Regional UMR, dan Investasi berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?
2. Untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh paling dominan terhadap tingkat pengangguran di Jawa Timur?
1.4. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi pihak universitas khususnya
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan
wacana pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
6
b. Bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan terhadap pemerintah provinsi Jawa Timur serta
sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi pengangguran di Jawa Timur.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan
karya ilmiah yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika nantinya terjun ke masyarakat.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan suatu penelitian mengenai Tingkat
pengangguran dan hasil dari penelitian tersebut adalah :
1. Dharendra Wardhana 2006
Dengan judul penelitian “ Pengangguran Struktural di Indonesia : Keterangan dari Analisis SVAR Dalam Kerangka Analisis Hysterisis”
yang menyatakan bahwa perubahan tingkat pengangguran yang kurang dipengaruhi oleh tingkat perubahan PDB yang nampaknya benar –
benar terjadi. Komponen pembentuk PDB bukan didominasi oleh sektor riil atau didominasi oleh kegiatan yang kurang memiliki multiplier dan
spillover yang tinggi seperti kegiatan konsumsi. Namun dengan ekspansi fiskal guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi, ekspansi
fiskal dapat ditempuh dengan sejumlah cara misalnya program padat karyayang dilakukan pada jaman orde baru yang dapat diterapkan di
Indonesian dan akan lebih berefek besar jika pihak swasta ikut menyokongnya, untuk itu ekspansi fiskal perlu diterapkan di beberapa
sektor perekonomian yang mampu menyerap tenaga kerja berlimpah Labor Intensive.
8
2. Supriyati, Saptana, Sumedi, dan Tri bastuti Purwantini 2002
Dengan Judul “Dinamika Ketenagakerjaan, Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Hubungan Kerja” yang menyatakan bahwa Secara Makro,
penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di pedesaan masih cukup tinggi, sementara sumbangan sektor pertanian terhadap PDB semakin
menurun. Sehingga mengakibatkan semakin menurunnya produktivitas tenaga kerja sektor pertanian. Data yang sama menunjukkan
peningkatan pengangguran terbuka dan tidak kentara di pedesaan relatif besar, walau ada kecenderungan menurun pada tahun 2000. Beberapa
langkah strategis yang dilakukan adalah melalui usaha pengembangan usaha tani komoditas komersial yang bersifat padat tenaga kerja, usaha
- usaha konsolidasi lahan dan management usaha tani serta pengembangan dan pendalaman agroindustri berbasis bahan baku
setempat. 3.
Nugraha Setiawan 2005 Dengan judul Penelitian “Struktur Umur Serta Tingkat Pendidikan
Penganggur Baru Dan Tingkat Pengangguran Di Indonesia” dari hasil penelitian bahwa Penganggur baru di pedesaan proporsinya lebih
sedikit dibandingkan dengan di perkotaan, walau perbedaannya tidak terlampau jomplang. Kondisi ini berbeda dengan penganggur ulangan
yang pernah bekerja, dimana proporsi mereka yang berada di daerah pedesaan jauh lebih sedikit dibandingkan dengan di perkotaan. Jika
dilihat dari struktur umur, penganggur baru lebih didominasi oleh
9
mereka yang berumur muda, dibandingkan dengan penganggur yang pernah bekerja. Keadaan tersebut terlihat sama, baik di pedesaan
maupun perkotaan. Sedangkan, jika ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, penganggur baru memiliki kualifikasi yang lebih bagus dari
para penganggur lama, baik di pedesaan maupun diperkotaan. Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyata di wilayah
pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah, dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besar diakibatkan banyaknya migran
pencari kerja dari pedesaan yang mencari kerja di kota. Dilihat dari struktur umur, tingkat pengangguran yang tinggi berada pada mereka
yang berumur muda. Sedangkan dari sisi pendidikan, yang memiliki tingkat pengagguran tinggi adalah pada kelompok SLTP dan SLTA.
Dari hasil penelitian diatas variabel yang terdapat pada skripsi terdahulu diatas yaitu pengangguran, angkatan kerja, tingkat pendidikan, dan
struktur umur.
2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda dengan penelitian – penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian
yang di lakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan
jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan di atas, yang juga merupakan dasar
acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor – faktor
10
Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Jawa Timur”, dengan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tingkat
Pengangguran Y, sedangkan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angkatan Kerja X
1
, Pertumbuhan Ekonomi X
2
, UMR X
3
, Investasi X
4
2.2. Landasan Teori
.
2.2.1. Pengertian Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja Menurut UU No. 13 Tahun 2003 adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Pengertian tenaga kerja www.nakertrans.go.id
• Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat. diakses 24 Juni 2010
antara lain :
• Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan keja guna menghasilkan barang atau jasa
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat UU Pokok Ketenagakerjaan No. 14 Tahun 1969. Dalam hubungan ini maka pembinaan tenaga
kerja merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan.
11
Definisi orang bekerja dengan tidak bekerja sangat longgar sehingga penentuan batas antara orang yang bekerja dengan pengangguran sangat
tipis. Perbedaan definisi ini juga berbeda antara negara yang satu dengan lainnya, tergantung dari keadaan negara tersebut, terutama dalam
penentuan berapa jam seseorang dapat digolongkan menjadi kelompok yang telah bekerja.
Berdasarkan Undang–undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan yang ditetapkan tanggal 1 Oktober 1998 telah ditentukan
bahwa batasan minimal usia seorang tenaga kerja di Indonesia adalah 15 tahun atau lebih. Namun Indonesia tidak menganut batasan maksimum
usia seorang tenaga kerja, hal ini terjadi karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional yang cukup kuat.
Jadi dari uaraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat dengan batasan minimal usia tenaga kerja adalah 15
tahun atau lebih.
2.2.1.1. Pengertian Pengangguran
Pengertian pengangguran menurut Anonim 2003 : 12 adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan discouraged
workers atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah
12
diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja future starts.
Dalam Anonim 2003 : 27, pengangguran didefinisikan mereka yang mencari pekerjaan yaitu kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada
saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha yaitu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam rangka mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan yang baru, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan yang biasa disebut penganggur “putus asa”, mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
Pengertian pengangguran secara teknis www.nakertrans.go.id
1. Tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau bekerja mandiri
diakses 24 Juni 2010 adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu yang
2. Saat ini siap untuk bekerja available for work
3. Mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan aktif dalam
mencari kerja tersebut. Tingkat pengangguran adalah perbandingan jmlah penganggur dengan
jumlah angkatan kerja, dinyatakan dalam persen.
Jadi dari beberapa pengertian pengangguran diatas dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang
mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
13
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah diterima bekerja.
2.2.1.2. Jenis-Jenis Pengangguran
Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut Edgar O. Edwards dalam Arsyad, 1999 : 82 perlu diperhatikan beberapa
dimensi antara lain waktu, intensitas pekerjaan, dan produktivitas. Edgar O. Edwards dalam Todaro 2000 : 235 membagi 5 lima jenis
pokok pengerahan tenaga kerja yang tidak optimal underutilization of labour antara lain :
1. Pengangguran terbuka open unemployment yakni, mereka yang
bener-benar tidak bekerja, baik secara sukarela maupun terpaksa. 2.
Pengangguran terselubung under employment yakni, para pekerja yang jumlah jam kerjanya lebih sedikit yang dari sebenarnya mereka
inginkan. 3.
Mereka yang nampak aktif bekerja tetapi sebenarnya kurang produktif the visibly active but underutilized mereka yang tidak digolongkan
dalam pengangguran terbuka atau terselubung, namun bekerja dibawah standar produktivitas optimal. Jenisnya sendiri lebih dari
satu, yakni : a.
Pengangguran terselubung yang terlindungi disguised underemployment
b. Pengangguran yang tersembunyi hidden unemployment
14
c. Pensiun terlalu dini premature retirement
4. Mereka yang tidak mampu bekerja secara penuh the impaired yakni,
para pekerja yang ingin bekerja secara penuh tetapi terbentur pada kondisi fisik yang lemah dan tidak memungkinkan misalnya :
penyandang cacat 5.
Mereka yang tidak produktif the unproductive yakni, mereka yang sesungguhnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan yang prduktif, akan tetapi mereka tidak memiliki sumber daya komplemen yang memadai untuk menghasilkan output.
Pada saat akan membagi jenis-jenis pengangguran yang harus diperhatikan adalah alasan-alasan mengapa pengangguran itu terjadi,
kemudian baru kita akan dapat mempertimbangkan penyebab dari pengangguran, beberapa ahli membagi jenis pengangguran dilihat dari segi
penyebabnya antara lain : • Samuelson 1997 : 366 membagi penyebab dari pengangguran dalam
3 tiga jenis yaitu : 1.
Pengangguran Friksional, terjadi karena adanya perpindahan orang-orang di satu daerah ke daerah lain, dan dari satu jenis
pekerjaan ke pekerjaan lain dan melalui berbagi tingkat siklus kehidupan yang berbeda. Bahkan jika suatu perekonomian berada
pada tingkat dimana tidak ada pengangguran full employment, akan terjadi perputaran turnover karena adanya orang-orang
15
yang baru menyelesaikan studi dan mencari pekerjaan. Atau karena adanya perpindahan dari satu kota ke kota yang lain.
2. Pengangguran Struktural, pengangguran ini terjadi karena
ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan atas satu jenis
pekerjaan bertambah sementara permintaan atas pekerjaan lain menurun dan penawaran tidak dapat melakukan penyesuaian
dengan cepat atas situasi tersebut. 3.
Pengangguran Siklus, terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara keseluruhan rendah. Apabila total pembelanjaan dan output
menurun maka pengangguran akan meningkat dengan segera di segala bidang. Pengangguran ini terjadi bila jumlah kesempatan
kerja menurun sebagai akibat dan terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat.
• Sedangkan jenis-jenis pengangguran dilihat dari penyebabnya menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Depnakertrans
antara lain : 1.
Penganggur Musiman, yaitu seorang yang sedang tidak mempunyai pekerjaan karena pola kegiatannya bersifat musiman.
2. Penganggur Peralihan, yaitu mereka yang menganggur karena
tidak tahu bahwa ada lowongan yang sesuai dengan keinginannya.
16
3. Penganggur Sukarela, yaitu seorang yang memilih untuk lebih
baik menganggur dari pada menerima pekerjaan dengan upah lebih rendah dari biasanya.
4. Penganggur Terpaksa, yaitu orang yang tidak dapat memperoleh
pekerjaan sekalipun mereka bersedia menerima upah lebih rendah dari tingkat yang biasanya berlaku.
5. Pengangguran Bersiklus, yaitu pengangguran yang terjadi karena
pengurangan pekerjaan sebagai akibat fluktuasi berkala dalam tingkat kegiatan perekonomian. Pengangguran bersiklus dikaitkan
penurunan dalam keseluruhan kegiatan ekonomi dan karenanya dapat dikurangi dengan pemulihan yang berkelanjutan dari resesi.
6. Pengangguran Kunjungtural, yaitu pengangguran yang terjadi
dikarenakan suatu kondisi pasang surutnya produksi atau karena adanya perubahan konjungtur turunnya permintaan efektif
terhadap barang dan jasa dalam masyarakat akan menurunkan produksi sehingga mengakibatkan pengurangan pada jumlah
tenaga kerja. 7.
Pengangguran Sektoral, pengangguran sektoral ada dalam industri-industri tertentu.
8. Pengangguran Sementara, yaitu keadaan ketika pekerja untuk
sementara menganggur atau sedang tidak bekerja. 9.
Pengangguran Struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh perubahan didalam struktur ekonomi yang berasal dari faktor
17
tertentu seperti perubahan teknologi atau relokasi industri atau oleh perubahan dalam komposisi angkatan kerja. Pengangguran
struktural terjadi ketika ada ketidakseimbangan antara lowongan pekerjaan dan pekerja yang menganggur karena penganggur
tersebut tidak mempunyai kemampuan yang tepat atau tidak tinggal di tempat yang tepat untuk mengisi lowongan pekerjaan
itu. 10.
Pengangguran Teknologi, yaitu pengangguran yang terjadi ketika peran manusia mulai digantikan dengan mesin atau tehnologi.
11. Pengangguran Tersamar, istilah pengangguran tersamar
menggambarkan gejala meskipun tidak seorangpun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja dipekerjakan dalam
tugas-tugas yang sebelumnya dapat dilakukan dengan baik oleh sedikit pekerja.
12. Pengangguran Terselubung, yaitu keadaan menganggur suatu
angkatan kerja yang tidak dilaporkan karena mereka tidak giat mencari kerja disebabkan oleh alasan tertentu.
13. Pengangguran Tersembunyi, yaitu gejala yang meskipun tidak
ada seorang pun yang menganggur, sejumlah besar tenaga kerja melakukan tugas yang seharusnya dapat dilaksanakan dengan
baik oleh tenaga kerja yang lebih sedikit jumlahnya. 14.
Pengangguran Tersisa, yaitu pengangguran yang terdiri dari orang-orang yang sulit untuk ditempatkan, orang cacat atau
18
orang-orang yang sedang tidak bekerja dan karenanya secara teknis menganggur www.nakertrans.go.id
diakses 24 Juni 2010.
2.2.2. Angkatan Kerja
2.2.2.1. Pengertian Angkatan Kerja
Angkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga
hal, yaitu : Dumairy, 1997 : 75 a.
Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat. Dan tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak
memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal. c.
Mampu yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan untuk memiliki dan melakukan pekerjaan, kata “bersedia” berarti orang yang
bersangkutan dapat secara aktif maupun pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.
Menurut iwan dan suparmoko 1999 : 67 angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap
untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tigkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.
19
Yang dimaksud dengan angkatan kerja menurut Dumairy 1997 : 74 adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja
atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak bekerja, dan sedang mencari pekerjaan.
Penggolongan angkatan kerja berdasarkan pendekatan angkatan kerja dibagi menjadi dua yaitu :
• Golongan yang bekerja. • Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.
Menurut Badan Pusat Statistik BPS dari hasil sensus penduduk tahun 1980, angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :
a. Mereka yang selama seminggu sebelum pemecahan melakukan
suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan dan lamanya bekerja paling sedikit satu hari selama seminggu.
b. Mereka yang selama satu minggu sebelum pemecahan tidak
melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah :
a. Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang tidak
masuk kerja kerena cuti, sakit, mogok, mangkir, atau perusahaan menghentikan kegiatannya sementara.
b. Petani – petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak
bekerja karena menunggu pemanenan, atau menunggu hujan untuk meggarap sawah.
20
c. Orang – orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter,
tukang cukur, pialang dan lain sebagainya. Sedangkan angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan
mencari pekerjaan adalah : a.
Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan.
b. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang
menganggur dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. c.
Mereka yang sedang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapat pekerjaan.
Untuk golongan pengangguran ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:
a. Pengangguran penuh, yaitu orang yang sma sekali tdak bekerja dan
berusaha mencari pekerjaan. b.
Setengah pengangguran, yaitu orang yang kurang dimanfaatkan dalam bekerja, dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan
pendapatan. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan
kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak
mencari pekerjaan
Menurut Simanjuntak 1998 : 3 angkatan kerja atau labor force
diartikan sebagai penduduk yang dikelompokkan sebagai golongan
21
yang bekerja dan yang menganggur atau yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan potensial labor force yaitu kelompok bukan
angkatan kerja yang sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja, yang dikelompokkan atas golongan yang sedang bersekolah,
mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.
Besarnya penyedia tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara
meereka sebagian orang sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang dan jasa. Mereka dinamakan golongan yang
bekerja. Sebagian lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakan pencari kerja atau penganggur.
Jumlah yang bekerja dan pencari kerja dinamakan angkatan kerja atau labor force.
Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja. Dinyatakan dalam persen.
Jadi : Angkatan Kerja = Yang bekerja + Penganggur
Tingkat Pengangguran =
22
Menurut Badan Pusat Statistik BPS dari hasil sensus penduduk tahun 1990, angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :
1. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan
suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan dan lamanya bekerja paling sedikit satu minggu.
2. Mereka yang selama satu minggu sebelum pencacahan tidak
melakukan pekerjaan kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah pekerja tetap, pegawai pemerintah yang sedang tidak melakukan
pekerjaan atau cuti, para petani yang menunggu musim panen, orang yang bekerja sesuai keahlian seperti dokter dan lain-lain.
2.2.2.2. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Menurut Dumairy 1997 :74 yang temasuk bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja ataupenduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, terdiri dari :
1. Sekolah maksudnya adalah pelajar dan mahasiswa.
2. Mengurus rumah tangga maksudnya adalah ibu – ibu yang bukan
wanita karier dan kegiatannya hanya mengurus rumah tangga. 3.
Menerima Pendapatan bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya pensiunan, penderita cacat dan sebagainya
Dari definisi diatas dapat disimpulakn bahwa bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja,
tidak sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pekerjaan, yakni
23
yang masing – masing kegiatannya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan
langsung atas jasa kerjanya. Berikut ini untuk lebih jelasnya, disajikan skema dari kerangka
komponen penduduk dan tenaga kerja.
Gambar 1 : Komponen Penduduk dan Tenaga Kerja
Sumber : Simanjutak, J. Payaman, 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Penerbit LPFE-UI, Jakarta, Hal 15.
Penduduk
Tenaga Kerja Angkatan kerja
Tidak Kentara Kentara
Menganggur Bekerja
Setengah Menganggur Bekerja Penuh
Penghasilan Rendah Produktifitas Rendah
Sekolah Bukan Tenaga Kerja
Bukan Angkatan Kerja
Mengurus Rumah
Tangga
Menerima Pendapatan
24
Jadi kesimpulan dari pengertian angkatan kerja adalah bagian tenaga kerja yang sesungguhnya terlihat dalam kegiatan produktifitas
untuk menghasilkan barang dan jasa.
2.2.2.3. Pengertian Kesempatan Kerja
Kata “Employment” dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja “To Employ” yang berarti menggunakan suatu proses untuk proses
memberikan pekerjaan atau sumber penghidupan. “Employment” dinyatakan dengan banyaknya jumlah orang yang dimaksudkan yaitu
sejumlah orang ada dalam pekerjaan dan mempunyai pekerjaan. Kesempatan kerja berarti kemungkinan untuk mendapatkan
pekerjaan dengan imbalan upah yang memadai kemungkinan bekerja erat hubungan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengertian
memiliki pekerjaan ada dua unsur yaitu : 1.
Lapangan Pekerjaan. 2.
Orang – orang yang dipekerjakan atau melakukan pekerjaan. Menurut Suroto 1992 : 22 pengertian “Employment” secara jelas
dalam bahasa Inggris yaitu : suatu kesempatan kerja yang sudah memiliki. Menurut Suroto 1992 : 22 pengertian kesempatan kerja
adalah besarnya jumlah tenaga yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk nasional tiap tahunnya, selain itu kesempatan kerja mengandung
arti bahwa dengan adanya waktu yang tersedia memungkinkan dilaksanakan aktivitas yang dinamakan dengan bekerja. Kesempatan
kerja baru dapat diwujudkan apabila waktu itu telah tersedia sebuah
25
lapangan kerja yang memungkinkan untuk mendapatkan suatu aktivitas yang dinamakan bekerja.
Faktor – faktor yang sangat penting dalam kesempatan kerja adalah unsur manusia, maka diperlukan pendekatan terhadap
pendekatan terhadap sumber daya manusia. Pengertian kesempatan kerja disimpulkan bahwa jumlah tenaga
kerja yang terpakai untuk perekonomian, dimana dengan tersedianya waktu yang memungkinkan dilaksanakannya aktivitas yang bersifat
produktif, untuk lebih memperjelas bila dilihat dalam skema kerangka komponen penduduk dan tenaga kerja.
2.2.2.4. Hubungan Pengangguran dan Angkatan Kerja
Menurut iwan dan suparmoko 1999 : 67 angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap
untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tigkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.
Berdasarkan pengertian diatas bahwa dengan adanya tingginya Angkatan kerja maka kesempatan kerja yang ada akan berkurang atau
menurun karena tingginya tingkat Angkatan kerja maka tingkat penyedia kerja terbatas dibandingkan dengan Angkatan kerja yang ada
sehingga yang terjadi adalah tingkat pengangguran.
26
2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi
2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barang – barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini timbul sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan
idiologis yang diperlukan. Pertumbuhan ekonomi juga berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Sukirno, 2004 : 9 2.2.3.2.
Ukuran Pertumbuhan Ekonomi
Dalam menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu Negara dihitung pendapatan nasional riil, yaitu produk nasional
bruto riil atau Produk Domestik Bruto riil. Formula yang digunakan untuk menetukan tingkat pertumbuhan ekonomi adalah cara1
PN riil
1
– PN riil g = x 100..................Sukirno, 2002 :56
PN riil Dimana :
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi
PN riil
1
PN riil = Pendapatan nasional tahun pertumbuhan ekonomi dihitung
= Pendapatan nasional pada tahun sebelumnya
27
Sedangkan suatu Negara yang tidak melakukan perhitungan pendapatan nasional menurut harga tetap, untuk menentukan tingkat
pertumbuhan ekonomi perhitungan harga dilakukan secara dua tahap : 1.
Menghitung pendapatan nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan nasional pada harga masa kini.
2. Menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi. Menghitung pendapatan
nasional riil dengan mendeflasikan pendapatan pada harga masa kini dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
100 PN riil =
x PN masa kini i………….Sukirno, 2002 : 56 HI
Dimana :
1
PN riil = Pendapatan nasional tahun I
HI
1
PN masa kini i = Pendapatan nasional pada harga masa tahun 1
= Indeks harga atau pendeflasi pendapatan nasional
Untuk tingkat pembukaan ekonomi di Surabaya, penelitian ini menggunakan alat indicator PDRB Produk Domestik Regional
Brutu yaitu nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah tertentu regional dalam waktu satu tahun.
2.2.3.3. Devinisi Pertumbuhan Ekonomi ada 3 Komponen.
1. Pertumbuhan bagi ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya
secara terus menerus persediaan barangnya.
28
2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam menyediakan aneka macam barang – barang kepada penduduknya.
3. Bidang kelembagaan dan idiologi sehingga menjadi inovasi yang
menghasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dan dapat dimanfaatkan secara tepat.
2.2.3.4. Faktor – Faktor Penunjang dan Penghambat Pertumbuhan Ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan pertumbuhan pandapatan perkapita menurut adanya
kenaikan Produk Domestik Bruto atau Pendapatan Nasiaonal PDB. Pendapatan Domestik Bruto sangat ditentukan oleh penggunaan faktor –
faktor produksi yaitu : a.
Kapital. Faktor kapital merupakan faktor produksi yang sangat penting
dalam menentukan tinggi rendahnya pendapatan nasional. Namun sering disalah artikan bahwa tanpa kapital, perekonomian suatu negara
dikatakan tidak dapat berkembang sama sekali. Hal ini seluruhnya benar karena kapital bukan merupakan faktor satu – satunya yang menentukan
pertumbuhan ekonomi. Kapital sering kali hanya merupakan pelengkap dari pada faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi pada permulaan
pertumbuhan.
29
b. Sumber daya alam
Sering dikatakan bahwa suatu negara yang tidak memiliki sumber daya alam akan lambat dalam mencapai kemajuan ekonomi yang
lebih tinggi, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena yang terpenting adalah kemampuan penduduknya yang tinggi untuk
melakukan pembangunan. Seperti halnya kapital, sumber daya alam bukan merupakan faktor penentu dalam pertumbuhan ekonomi akan
tetapi lebih merupakan hasil dan bukan sebab bagi keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
c. Teknologi
Pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan dengan perbaikan teknologi. Teknologi adalah cara untuk mengolah atau menghasilkan
suatu jenis barang atau jasa tertentu. Teknologi mempunyai hubungan dengan inovasi yaitu penemuan baru, penemuan komoditi baru,
menemukan cara produksi baru, dan sebagainya. d.
Faktor Sosial Faktor sosial juga mempunyai peran yang tidak kalah
pentingnya. Faktor ini penting sekali namun sering dilupakan atau dianggap ringan. Faktor sosial juga dapat menjadi faktor penghambat
dalam mencapai sasaran dalam pertumbuhan. Faktor sosial diantaranya adalah adat istiadat, keamanan, politik, dan sebagainya. Pada umumnya
faktor – faktor tesebut terdapat hubungan yang positif antara jumlah dan kualitas faktor – faktor produksi itu dan produk domestik bruto. Semakin
30
banyak digunakan alat kapital, tenaga kerja dan sebagainya maka semakin tinggi pula tinggkat pendapatan suatu negara.
e. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam kaitanya dengan peningkatan PDB suatu negara. Dari sisi
jumlahnya, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi, maka semakin tinggi pula kegiatan produksi tersebut. Namun
hal ini tidak berlaku sepenuhnya, karena adanya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang, sehingga setelah tinggat penggunaan
tenaga kerja tertentu, jumlah produk total yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut akan berkurang. Dengan kata lain setelah jumlah
tertentu dari tenaga kerja tersebut maka produk marginal tenaga kerja tambahan menjadi negatif. Pada saat itu akan terjadi pengangguran
tenaga kerja sehingga dengan demikian faktor tenaga kerja tidak cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, tetapi juga harus diperhatikan kualitas
dari tenaga kerja tersebut.
2.2.3.5. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi ini biasa didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor – faktor apa saja yang menentukan output
perkapita dalam jangka panjang dan penjelasan mengenai bagaimana faktor – faktor tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi proses
pertumbuhan ilmu ekonomi tidak hanya terdapat satu teori pertumbuhan saja tetapi banyak teori pertumbuhan ekonomi, antara lain :
31
a.
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik menurut Sukirno 1997 : 259
Mengenai rasio modal produksi dapat dengan mudah mengalami perubahan. Dengan perkataan lain untuk menciptakan sejumlah tertentu
produksi, dapat digunakan berbagai jumlah modal yang berbeda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula dan sesuai
dengan yang diperlukan. b.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar, menurut Sukirno 1993 : 287
Teori Harrod-Domar tetap mempertahankan pendapat dari ahli ekonomi terdahulu yang menekankan tentang peranan pembentukan
modal dalam menciptakan Pertumbuhan Ekonomi. Tetapi berbeda dengan pendapat kaum klasik dan Keynes yang memberikan perhatian
pada aspek dari pembentukan modal saja. c.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik ada empat faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang – barang modal, luas tanah dan kekayaan alam. Walaupun
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, namun para ahli ekonomi klasik lebih banyak menumpahkan perhatianya kepada
pertumbuhan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi. Para ahli ekonomi klasik berpendapat bahwa hukum hasil lebih yang
semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus
32
berlangsung. Pada awalnya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlimpah, tingkat pengambilan modal dari investasi yang dibuat
adalah tinggi. Maka para pengusaha akan memperoleh keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru dan pertumbuhan ekonomi
terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan
menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitass marginal penduduk telah negatif. Maka kemakmuran masyarakat nenurun kembali.
Apabila keadaan ini tercapai, ekonomi dikatakan telah mencpai keadaan tidak berkembang. Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai
tingkat cukup hidup. Menurut ahli ekonomi klasik bahwa setiap masyarakat tidak akan mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak
berkembang tersebut. Maka hanya mampu mengundurkan terjadinya keadaan tersebut.
Berdasarkan teori pertumbuhan klasik tersebut, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan antara pendapatan perkapita dan
pendapatan penduduk yang disebut dengan teori penduduk optimal. Teori ini menjelaskan apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi
marginal akan lebih tinggi dari pada pendapatan perkapita. Maka pertumbuhan penduduk akan menaikkan pendapatan perkapita. Tapi
apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil lebih yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi yaitu produksi
marginal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karena itu pendapatan
33
nasional dan pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan
pada suatu jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita
mancapai nilai yang maksimal. Jumlah penduduk pada saat itu dinamakan penduduk optimal.
d. Teori pertumbuhan Schumpeter
Teori ini menekankan tantang pentingnya peranan pengusaha dalam mekanciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini ditunjukan
bahwa peran pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Inovasi
tersebut meliputi : memperkenalkan barang – barang baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran pasar yang baru, mengembangkan sumber
hahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan – prubahan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efesiensi.
Didalam mengemukakan teorinya schumpeter memulai analisisnya dengan memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam
keadaan tidak berkembang. Pada waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk
mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana merekan akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal, investasi yang baru
ini akan mempertinggi kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan masyarakan akan bertambah dan tingkat konsumsi akan bertambah
34
tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan – perusahaan lain untuk menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman
modal baru. Menurut schumpeter, investasi dibedakan menjadi 2 golongan yaitu menanaman modal autonomi dan penanaman modal
terpengaruh. Menurut schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu
perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat
jalannya. Yang pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat “keadaan tidak
berkembang atau stationary state”. Sukirno. 2004 : 434 2.2.3.6.
Ciri-Ciri Pertumbuhan Ekonomi
Proses Pertumbuhan Ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Yang termasuk dalam faktor
ekonomi adalah : sumberdaya manusia, modal usaha, teknologi, dan sebagainya. Ekonomi tidak bisa lepas dari faktor non ekonomi seperti
lembaga sosial, kondisi politik dan nilai-nilai modal dalam suatu bangsa, faktor-faktor ekonomi ini menunjang Pertumbuhan Ekonomi.
Menurut Kuznet dalam Todaro, 1983 : 149, tiga komponen
Pertumbuhan Ekonomi yaitu : 1.
Peningkatan output nasional yang terus dan terpeliharanya merupakan manifestasi Pertumbuhan Ekonomi dan kemampuan menyediakan
berbagai macam barang adalah tanda kematangan ekonomi.
35
2. Kemajuan teknologi memberikan dasar atau pra kondisi untuk
Pertumbuhan Ekonomi selanjutnya memang sesuatu yang diperlukan. Tapi kondisinya belum cukup untuk merealisasikan pertumbuhan
yang potensial yang terdapat dalam teknologi baru.
2.2.3.7. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Pengangguran
Gambaran secara menyeluruh dari kondisi perekonomian suatu daerah dapat diperoleh dengan mengukur dengan tingkat pertumbuhan
ekonominya yang kita kenal dengan konsep Produk Domestik Regional Bruto PDRB sebagai salah satu indikator makro ekonomi. Dalam
konsep penghitungan PDRB, yang dihitung adalah nilai bruto dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua unit ekonomi dalam
wilayah yang diukur. Salah satu aspek untuk melihat kinerja perekonomian adalah seberapa efektif penggunaan sumber-sumber daya
yang ada sehingga lapangan pekerjaan merupakan concern dari pembuat kebijakan. Angkatan kerja merupakan jumlah total dari pekerja dan
pengangguran, sedangkan pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang menganggur. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
memiliki hubungan yang erat karena penduduk yang bekerja berkontribusi dalam menghasilkan barang dan jasa sedangkan
pengangguran tidak memberikan kontribusi. Studi yang dilakukan oleh ekonom Arthur Okun mengindikasikan hubungan negatif antara
pertumbuhan ekonomi dengan pengangguran, sehingga semakin tinggi
36
tingkat pengangguran, semakin rendah tingkat pertumbuhan ekonomi. www.bi.go.id, diakses tanggal 14 July 2010
2.2.4. Pengertian Upah Minimum Regional UMR
Pengertian upah menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan adalah hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu
pekerjaan danatau jasa yang telah atau akan dilakukan www.nakertrans.go.id
Upah Minimum Regional adalah suatu standart pengupahan buruhpekerja dalam setiap daerah dalam kurun waktu tertentu. Pada tiap-
tiap daerah besarnya upah minimum regional UMR berbeda-beda yang didasarkan pada tingkat kesejahteraan ekonomi rakyat.
diakses 24 Juni 2010.
Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan kepada tiga fungsi upah, yaitu :
1. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya
2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang
3. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas
kerja Simanjuntak, 1998 : 110
37
Jadi upah minimum regional merupakan standart pengupahan pekerja atau buruh yang diterima dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja yang besarnya pada tiap-tiap daerah berbeda-beda untuk mendorong produktivitas kerja.
2.2.5.1. Teori Upah
Teori-teori upah dapat dijelaskan dengan menggunakan ajaran Karl Marx yang menjelaskan tiga hal, yaitu :
a. Teori Nilai
Bahwa hanya yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang
dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. b.
Pertentangan Kelas Bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal
untuk mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian akan timbul pengangguran besar-besaran. Dengan adanya pengangguran sangat
besar ini maka pengusaha dapat menekan upah. Konsekuensi dari sistem ini maka tidak ada jalan lain bagi buruh kecuali untuk bersatu
merebut capital dari pengusaha menjadi milik bersama. c.
Konsekwensi antara teori nilai dan pertentangan kelas Sebagai konsekwensi dari dua ajaran Marx, teori nilai dan
pertentangan kelas adalah terbentuknya masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini seseorang tidak menjualkan tenaganya kepada orang
lain, akan tetapi masyarakat itu akan mengatur dan apa berapa jumlah
38
produksi. Tiap orang harus bekerja menurut kemampuannya, dan tiap orang memperoleh menurut kebutuhannya from each according to his
ability, to each according to his needs Teori neo klasik mengemukakan bahwa dalam rangka
memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor- faktor produksi sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang digunakan
menerima atau diberi imbalan sebagai nilai pertambahan hasil marginal dari faktor produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha
memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal seseorang sama dengan upah yang di terima
orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neo Klasik, karyawan memperoleh upah senilai dengan pertambahan hasil
marginalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan seseorang tersebut kepada
pengusaha. Dari teori-teori upah yang ada sebelumnya sebenarnya sampai saat ini
belum ditemukan satu teori yang dapat diterima secara umum mengenai pengangguran, akan tetapi banyak analisis seolah-olah bermuara ke satu
pendapat bahwa pengangguran itu dapat terjadi karena tingkat upah tidak cukup fleksibel untuk menyeimbangkan pasar.
39
Gambar 2. Upah yang Fleksibel dan Tidak Fleksibel
a Upah Yang Flaksibel
b Upah Yang tidak Fleksibel
Sumber : Samuelson Paul A, 1997, Makro Ekonomi, Erlangga, Jakarta, hal 368
Grafik sebelah kiri a gambar 2. Menunjukkan terdapat penawaran dan permintaan kompetitif dimana keseimbangan pasar terjadi pada titik E
dan tingkat upah adalah W. Pada tingkat keseimbangan yang diciptakan oleh pasar kompetitif, perusahaan akan mau mempekerjakan pekerja yang
memenuhi kualifikasi dan mau bekerja pada tingkat upah yang berlaku. Banyak tenaga kerja yang diterima tercermin pada garis A ke E. Sebagian
dari angkatan kerja yang ditunjukkan oleh EF, sebenarnya mau bekerja akan tetapi dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Para pencari kerja yang
menganggur yaitu sebanyak E ke F merupakan pengangguran sukarela dalam arti bahwa mereka tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang
berlaku.
Bekerja Pengangguran
Sukarela
D S
L F
D E
S A
H
H
L W
W
1
W
Pengangguran Terpaksa
Bekerja
D S
G H
J S
E D
L L
40
Grafik sebelah kanan b mengasumsikan bahwa dalam situasi dimana terjadi goncangan terhadap perekonomian pasar, pasar tenaga kerja berada
pada tingkat upah yang terlalu tinggi. Harga tenaga kerja adalah W’ dan bukan pada tingkat keseimbangan pasar yaitu W. Pada tingkat upah yang
terlalu tinggi, pekerja yang sedang mencari pekerjaan lebih banyak bila dibandingkan dengan kesempatan kerja. Jumlah pekerja yang mau bekerja
pada tingkat upah W’ adalah sebanyak G pada kurva penawaran, akan tetapi perusahaan hanya mau menerima pekerjaan sejumlah H tampak
pada kurva permintaan. Karena tingkat upah melebihi tingkat upah keseimbangan pasar, maka terdapat surplus tenaga kerja. Para pekerja
yang menganggur yang digambarkan dengan garis terputus-putus sepanjang HG disebut pengangguran terpaksa.
Jumlah orang yang bekerja biasanya tergantung dari besarnya permintaan atau demand dalam masyarakat. Permintaan tersebut biasanya
dipengaruhi oleh kegiatan ekonomi dan tingkat upah. Sedangkan penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah
orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui permintaan atau penyediaan
tenaga kerja dinamakan pasar kerja. Besarnya penempatan dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut.
41
Gambar 3. Supply dan Demand dari Tenaga Kerja
Sumber : Simanjuntak, J Payaman, 1998, Pengantar Ekonomi Sumber daya Manusia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, hal 4
Kurva permintaan untuk tenaga kerja sebagai suatu masukan faktor mempunyai kemiringan yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah
digambarkan oleh garis D yang menunjukkan suatu penurunan produktivitas tenaga kerja marginal pada saat tenaga kerja yang digunakan
bertambah. Posisi dan kemiringan dari kurva permintaan untuk suatu jenis tenaga kerja akan tergantung pada produktivitas dan elastisitas permintaan
terhadap harga untuk produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja tersebut. Kurva penawaran untuk tenaga kerja mempunyai kemiringan yang
bergerak dari kiri digambarkan oleh garis S yang berarti semakin tinggi tingkat upah maka semakin besar jumlah tenaga kerja yang ditawarkan.
Posisi dan kemiringan dari kurva penawaran untuk tenaga kerja akantergantuung keahlian dari tenaga kerja yang bersangkutan dan
mobilitas mereka. W
W
E
W
1
L
D L
L
S
L
E
L
D
42
Dengan asumsi bahwa informasi yang ada adalah senpurna mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan
jumlah tenagakerja selalu sama dengan permintaan. Ditunjukkan pada titik E dimana garis S dan D berpotongan dimana tingkat upah berada di W
E
dan jumlah tenaga kerja berada di L
E
Dalam kenyataan titik E equilibrium itu tidak pernah tercapai karena informasi mengenai pasar kerja tidak pernah sempurna dan hambatan-
hambatan institusional selalu ada. Sebagai contoh bila tingkat upah minimum ditetapkan pada titik W
. Bila permintaan sama dengan penyediaan maka tidak terjadi pengangguran.
1
bukan pada W
E
, maka jumlah penyediaan tenaga kerja adalah L
S
sedangkan permintaan hanya sebesar L
D
. Selisih antara L
S
dan L
D
Teori neoklasik akan cocok digunakan dalam konteks negara dengan pasar tenaga kerja yang terintegrasi. Bagi negara berkembang seperti
Indonesia yang masih memiliki karakteristik pasar tenaga kerja dualistik maka diperlukan pendekatan teori yang lain.
merupakan jumlah pengangguran.
43
Gambar 4. Dampak Upah Minimum di Sektor Formal dan Informal
Sumber : Suryhadi Asep, 2003, Kebijakan Upah Minimum dan
Dampaknya Terhadap Pasar Tenaga Kerja, Kongres ke XV Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia ISEI, batu, hal 27
Jika tidak terdapat distorsi di pasar tenaga kerja maka tingkat keseimbangan akan tercapai pada titik E, dimana kurva D
F
dan D
1
berpotongan. Tingkat keseimbangan upah adalah pada W berlaku pada sektor formal maupun non formal. Jumlah keseluruhan tenaga kerja adalah
ON, ON bekerja disektor formal dan NN bekerja disektor informal. Jika upah minimum ditetapkan pada tingkat W
M
maka jumlah tenaga kerja akan berkurang menjadi ON
1
. Hal ini akan memaksa sebagian pekerja disektor formal untuk pindah ke sektor informal sehingga jumlah tenaga
kerja yang bekerja di sektor informal akan meningkat menjadi N
1
N. Akibatnya tingkat upah di sektor informal akan tertekan menjadi W
1
2.2.5.2. Hubungan Teori Upah Dengan Pengangguran
.
Menurut Teori neo klasik bahwa dalam rangka memaksimumkan keuntungan tiap-tiap pengusaha menggunakan faktor-faktor produksi
W
1
W
1
W
1
W
1
N W
1
W W
1
N N
1
44
sedemikian rupa sehingga faktor produksi yang digunakan menerima atau diberi imbalan sebagai nilai pertambahan hasil marginal dari faktor
produksi tersebut. Ini berarti bahwa pengusaha memperkerjakan sejumlah karyawan sedemikian rupa sehingga nilai pertambahan hasil marginal
seseorang sama dengan upah yang di terima orang tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa menurut teori Neo Klasik, karyawan memperoleh upah
senilai dengan pertambahan hasil marginalnya. Dengan kata lain, upah dalam hal ini berfungsi sebagai imbalan atas usaha kerja yang diberikan
seseorang tersebut kepada pengusaha. Jadi dengan keutungan Perusahaan yang tinggi dan jumlah Upah yang
diterima karyawan yang kecil maka perusahaan akan menambah Angkatan kerja karena tingkat upah yang diterima karyawan sekarang kecil sehingga
perusahaan berani menambah tenaga kerja dengan upah yang sekarang guna meningkatkan keuntungan perusahaannya.
2.2.5. Investasi
Dapat diartikan sebagai pengeluaran penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Sukirno, 2004 :
121 Merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
suatu kegiatan usaha, karena investasi sangat dibutuhkan sebagai faktor
45
penunjang dalam memperlancar proses produksi. Menurut penggunaanya, pengeluaran untuk investasi dibagi menjadi tiga bagian
yaitu : untuk keperluan konstruksi, rehabilitasi atau perbaikan, dan ekspansi atau perluasan konstruksi adalah pembangunan atau pendirian
sesuatu yang sama sekali baru. Apabila bangunan itu pada suatu saat rusak dan kemudian diperbaiki, maka pengeluaran ini adalah
pengeluaran untuk keperluan rehabilitasi. Sedangkan apabila bangunan tadi diperluas, maka perluasan inilah yang dimaksud ekspansi. Rosyidi,
2003 : 168. Cara pembagian investasi menurut jenisnya :
a. Autonomous investment dan Induced invesment
Autonomous invesment investasi otonom adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi pendapatan, tetapi dapat berubah
oleh karena adanya perubahan faktor diluar pendapatan. Misal tingkat teknologi, kebijakan para pengusaha dan sebagainya.
Induced investment investasi terimbas adalah bersebelahan dengan investasi otonom. Investasi ini dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan. b.
Public investment dan Private investment Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang
dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud ialah pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan,
maupun desa.
46
Private investment adalah investasi yang dilakukan oleh pihak swasta.
c. Domestic investment dan Foreign investment
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri. Foreign investment adalah penanaman modal luar negeri.
d. Gross investment dan Net investment
Gross investment investasi bruto adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Atau investasi
yang dilakukan pada suatu Negara daerah tertentu pada atau selama suatu periode tertentu.
Net investment investasi netto adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan.
Rosyidi, 2003 : 169-172 Secara umum faktor yang mempengaruhi investasi adalah apabila
seorang pemilik modal atau para pengusaha menggunakan uangnya membeli barang-barang modal, maka pembelanjaan itu dinamakan
investasi. Akan tetapi berhasil tidaknya pemilik modal dalam menjalankan usahanya dalam kenyataan akan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang dapat menentukan, yaitu : a.
Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang. Kegiatan perusahaan untuk mendirikan industri dan memasang
barang-barang modal baru dinamakan kegiatan memakan waktu, dan apabila investasi tersebut telah selesai dilaksanakan, yaitu pada
47
waktu industri atau perusahaan itu sudah mulai menghasilkan barang atau jasa yang menjadi hasil produksinya, maka pemilik
modal akan melakukan kegiatan terus-menerus selama beberapa tahun.
b. Perubahan dan perkembangan teknologi.
Pada umumnya semakin banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan pengeluaran yang dilaksanakan, maka semakin banyak pula
jumlah kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha. c.
Tingkat pendapatan nasional dan perubahannya. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa hubungan antara
pendapatan nasional dan investasi merupakan hal yang saling berkaitan, dimana investasi itu pada umumnya cenderung untuk
mencapai tingkat yang lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya dan begitu juga sebaliknya semakin
rendah jumlah investasi akan mempengaruhi tingkat pendapatan nasional.
d. Keuntungan yang dicapai perusahaan.
Apabila perusahaan-perusahaan itu melakukan investasi dengan menggunakan tabungan atau modal khas, maka perusahaan yang
dimaksud tidak lagi dikenai biaya-biaya yang harus dibayar untuk jangka waktu berikutnya.
48
e. Tingkat bunga.
Menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para
pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanam modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanam modal
itu, yaitu persentasi keuntungan netto tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar modal yang diperoleh, lebih besar dari
tingkat bunga. Sukirno, 2004 : 122
Di dalam waktu tertentu misalnya dalam tempo satu tahun, dalam perekonomian akan banyak individu dan perusahaan yang
mempertimbangkan untuk melakukan investasi. Hal ini dijelaskan dalam hubungan Marginal Efficieny of Capital dengan Investasi. Berbagai
proyek investasi ini memiliki tingkat pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan menghasilkan keuntungan
yang tinggi dan ada pula proyek yang keuntungannya rendah. Berdasarkan atas jumlah modal yang akan ditanam dan tingkat
pengembalian modal yang diramalkan akan diperoleh keuntungan, analisis makro ekonomi membentuk suatu kurva yang dinamakan
Efisiensi Modal Marginal Marginal Efficiency of Capital atau MEC.
49
Gambar 1 : Hubungan antara MEC dan Investasi
Sumber : Sukirno. 2004, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. : 125
Berdasarkan hal-hal yang dilakukan efisiensi modal marginal dapat didefinisikan suatu kurva yang menunjukkan suatu hubungan diantara
tingkat pengembalian modal dan jumlah modal yang akan di investasikannya. Untuk memperjelas arti konsep modal marginal dapat
dijelaskan berikut, sumbu tegak menunjukkan nilai investasi yang akan dilakukan. Pada kurva Marginal Efficiency of Capital ditunjukkan
dengan tiga buah titik A,B,C. Titik A menggambarkan bahwa tingkat pengembalian modal adalah sebesar R
dan investasi adalah I . Ini
berarti titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian terdapat investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak
R atau lebih tinggi, dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal
Tingkat Pengembalian Modal
50
yang diperlukan adalah sebanyak I . Titik B dan C juga memberikan
gambaran yang sama. Titik A menggambarkan wujudnya kesempatan untuk menginvestasikan dengan tingkat pengembalian modal R
1
atau lebih dan modal yang diperlukan adalah I
1
, dan titik C menggambarkan untuk mewujudkan usaha yang dapat menghasilkan tingkat
pengembalian modal sebanyak R
2
atau lebih, diperlukan modal sebanyak I
2
2.2.5.1. Hubungan Investasi Dengan Pengangguran
. Sukirno, 2004 : 124-125
Investasi merupakan modal yang sangat vital bagi investor dengan adanya modal maka investor dapat membangun perusahaan ataupun
menambah perlengkapan produksi. Dengan adanya investasi maka perusahaan dapat membuka lapangan kerja sehingga terjadinya
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat yang sedang mencari pekerjaan. Maka dengan adanya investasi tingkat pengangguran dapat
dikurangi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Untuk menciptakan Kesejahteraan Penduduk di Jawa Timur yang Merata dibutuhkan Penanganan terhadap Jumlah Pengangguran di Jawa
Timur. Tingkat Pengangguran di Jawa Timur dipengaruhi beberapa faktor antara lain Angkatan Kerja, Pertumbuhan Ekonomi, UMR dan Investasi.
Berdasarkan pemikiran diatas maka dapat dijelaskan hubungan variabel terikat terhadap variabel bebas sebagai berikut :
51
a. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Angkatan Kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang dikelompokkan sebagai mereka yang bekerja dan yang menganggur atau mencari kerja. Jika
angkatan kerja mengalami kenaikan maka akan berpengaruh pada kesempatan kerja yang semakin rendah sehingga tingkat pengangguran
mengalami kenaikan. b.
Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang menurun akan berdampak pada pendapatan nasional menurun pula, maka secara tidak
langsung akan mempersempit lapangan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi menurun tetapi tenaga kerja terus bertambah akan berakibat
pada peningkatan pengangguran. c.
Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Upah UMR. Upah Minimum Regional adalah hak pekerja atau buruh yang
diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau
buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Jika upah rendah akan berpengaruh terhadap
penawaran tenaga kerja yang rendah pula. Hal ini akan berdampak pada tingkat pengangguran yang tinggi.
52
d. Pengaruh Tingkat Pengangguran terhadap Investasi.
Investasi merupakan modal awal dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya. Dengan adanya investasi maka perusahaan dapat
menambah faktor – faktor produksi baik itu barang maupun jasa, tanpa adanya investasi maka perusahaan tidak dapat membuka lapangan
pekerjaan dan tidak adanya penawaran pekerjaan bagi masyarakat yang sedang mencari kerja atau lowongan kerja sehingga yang terjadi adalah
meningkatnya jumlah pengangguran yang ada pada suatu daerah. Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka yang ada dan
untuk memperjelas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di Jawa Timur, dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Kerangka Konseptual Antara Variabel Bebas Dan Terikat
Sumber : Peneliti
Angkatan Kerja X
1
Pertumbuhan Ekonomi X
2
Upah Minimum Regional UMR
X
3
Investasi X
4
Tingkat Kesempatan Kerja
Investasi
Penawaran Tenaga Kerja
Lapangan Pekerjaan
Tingkat Pengangguran Y
53
2.4. Hipotesis