27
Gambar 1.12 pemasangan struktur precast
1.4 Tujuan
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk membandingkan perhitungan tegangan pada balok tinggi dengan metode elemen hingga finite element method
dengan hasil metode heft 240.
1.5 Batasan Masalah
Pada analisa ini, penulis membatasi permasalahan untuk penyederhanaan sehingga tujuan dari penulisan tugas akhir ini dapat dicapai, yaitu :
1. Model struktur bangunan adalah balok tinggi h= L dengan panjang 3 meter, lebar3 meter dan tebal 0,5 meter.
2. Beban yang bekerja adalah beban vertikal statis ekivalen sebesar 400 kN yang bekerja pada balok dengan perletakan sederhana sendi-rol.
3. Menganalisa tengangan yang terjadi akibat beban terpusat. Analisa struktur yang dilakukan adalah dengan finite element method
untuk dua dimensi. 4. Sebagai perbandingan dari nilai tegangan yang diperoleh dengan metode
elemen hingga akan dikontrol dengan metode Heft 240.
Universitas Sumatera Utara
28
1.6 Metode Pembahasan
Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah analisa dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku yang berhubungan
dengan pembahasan tugas akhir ini serta masukan – masukan dari dosen pembimbing. Perhitungan dan pemasukan matriks – matriks finite element
method dilakukan dengan bantukan program Microsoft Excel 2010. Sedangkan sebagai perbandingan nilai tegangan yang didapatkan dengan menggunakan
metode Heft 240.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Balok tinggi merupakan struktur yang mengalami beban seperti pada balok biasa, tetapi mempunyai angka perbandingan tinggi lebar yang besar, dan angka
perbandingan bentang geser tinggi efektif tidak melebihi 2 sampai 2,5 dimana bentang geser adalah bentang bersih balok untuk beban terdistribusi merata.
Lantai beton yang mengalami beban horizontal , dinding yang mengalami beban vertikal, balok berbentang pendek yang mengalami beban horizontal, dinding
yang mengalami beban vertikal balok berbentang pendek yang mengalami beban yang sangat berat.
Karena geometri inilah maka balok tinggi ini lebih berprilaku dua dimensi, bukan satu dimensi, dan mengalami tegangan dua dimensi. Sebagai akibatnya
bidang datar sebelum melentur tidak harus tetap datar setelah melentur. Distribusi regangannya tidak lagi linier, dan deformasi geser yang diabaikan pada balok
biasa menjadi sesuatu yang cukup berarti dibandingkan dengan deformasi lentur murni. Akibatnya, blok tegangan menjadi nonlinier meskipun masih pada taraf
elastis. Pada keadaan limit dengan beban batas, distribusi tegangan tekan pada beton tidak akan lagi mengikuti bentuk parabola yang digunakan pada balok
biasa.
2.2 Pengenalan Balok Tinggi