45
a. Ibu Sarni
Ibu Sarni merupakan seorang kepala rumah tangga perempuan dengan usia 56 tahun, dengan riwayat pendidikan tidak tamat SD. Ibu Sarni
menjadi kepala rumah tangga disebabkan suaminya telah meninggal dunia. Sebagai seorang kepala rumah tangga, ibu Sarni bekerja sebagai juru
masak di panti asuhan. Setiap harinya ibu Sarni bekerja dari jam 04.00 hingga jam 12.00. Setelah bekerja Ibu Sarni memiliki pekerjaan sambilan
dengan berjualan bensin di pinggir jalan. Penghasilan yang diperoleh Ibu Sarni setiap bulannya sebagai juru masak di panti asuhan sebesar Rp.
150.000,00 dan beras 12 kg. Sedangkan pendapatan dari menjual bensin sebesar Rp. 100.000,00 tiap bulannya. Pendapatan yang diperoleh tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua cucunya sehari-hari, seperti biaya makan, membayar listrik, dan lain-lain.
Di sisi lain, kondisi kemiskinan yang dialami oleh Ibu Sarni juga terlihat dari kondisi rumah yang ditinggalinya bersama dengan dua orang
cucunya. Rumah yang saat ini ditempati oleh Ibu Sarni bukanlah rumah miliknya sendiri, melainkan rumah dari yayasan tempat Ibu Sarni bekerja.
Kondisi rumah tersebut juga sangat memprihatinkan karena kondisinya yang sudah hampir roboh, dengan dinding papan, dan lantai yang masih
tanah. Rumah yang ditempati Ibu Sarni tersebut juga tidak cukup luas, karena hanya terdapat satu kamar, dan dapur yang sempit. Selain itu tidak
adanya akses terhadap air bersih, membuat Ibu Sarni dan kedua orang cucunya harus mengambil air bersih di tempat penampungan air di
daerahnya setiap siang dan sore hari. Sedangkan bahan bakan memasak yang paling sering digunakan adalah kayu bakar. Meskipun Ibu Sarni
memiliki gas, namun ia masih sering menggunakan kayu bakar untuk memasak, sedangkan gas hanya di gunakan sesekali saja.a
b. Ibu Sarmi
Ibu Sarmi merupakan seoarang kepala rumah tangga perempuan dengan usia 58 tahun, dan riwayat pendidikan terakhir adalah SD. Ibu
46
Sarmi terpaksa harus menjadi kepala rumah tangga karena suaminya tidak bertanggung jawab dan pergi meninggalkan ia dan seorang anaknya.
Sebagai seoarang kepala rumah tangga, Ibu Sarni bekerja serabutan sebagai penjual hasil-hasil bumi. Hasil bumi yang sering dijual oleh Ibu
Sarmi berupa kelapa dan pisang, yang dibelinya dari kebun orang lain, karena Ibu Sarmi tidak memiliki aset berupa lahan pertanian. Penghasilan
yang di peroleh setiap harinya sekitar Rp 80.000,00 jika dagangannya laris manis. Namun ada kalanya Ibu Sarmi tidak memiliki barang dagangan, hal
ini ibu Sarmi tidak bekerja. Saat sedang tidak bekerja, biasanya Ibu sarmi menerima panggilan sebagai tukang pijat, dengan bayaran seikhlasnya dari
pelanggannya. Pendapatang yang di peroleh Ibu Sarmi tersebut digunakan untuk membayar uang sekolah anaknya yang masih duduk di bangku STM,
biaya makan, membayar listrik, dan membeli kebutuhan hidup lainnya. Aset yang dimiliki oleh Ibu Sarmi adalah rumah yang sederhana,
dengan dinding tembok yang belum di plester, lantai yang masih tanah, jendela yang tidak tertutup, dan pintu papan. Pada saat membangun rumah,
Ibu Sarmi dibantu oleh teman-temannya. Meskipun sudah memiliki MCK pribadi, namun untuk memperoleh akses terhadap air bersih, Ibu Sarmi
masih meminta air kepada saudaranya. Kondisi ini disebabkan kaena Ibu Sarmi tidak memiliki kemampuan finansial yang memadahi untuk
memasang PAM.
c. Ibu Tukiyem
Ibu Tukiyem merupakan seorang perempuan dengan usia 60 tahun, dengan riwayat pendidikan SD, yang juga ikut bekerja di luar rumah untuk
membantu suaminya yang bekerja sebagai tukang kebun di panti wredha. Ibu Tukiyem bekerja sebagai perawat di panti wredha, yang bertugas untuk
mengurus orang-orang tua, mulai dari mandi, hingga makan. Ibu Tukiyem mulai bekerja pukul 04.30-15.00. Sedangkan penghasilan yang diperoleh
setiap bulannya sebesar Rp 250.000,00, beras 12 kg, gula 0,5 kg, 1 buah sabun dan odol.penghasilan yang diperolehnya tersebut digunakan untuk
47
memenuhi kebutuhan hidupnya dan suami sehari-hari, termasuk juga untuk membayar hutang.
Sedangkan untuk kondisi rumah yang di tinggali oleh Ibu Tukiyem, merupakan rumah milik yayasan tempat Ibu Tukiyem bekerja. Di rumah
yang sederhana tersebut, hanya terdapat 1 kamar, dapur, kamar mandi, dan sebuah ruang tamu yang tidak cukup luas, dengan dinding tembok, lantai
plester, dan terdapat beberapa bagian yang rusak. Karena Ibu Tukiyem memiliki masalah dalam mengaskses air bersih, biasanya setiap sore hari ia
mengambil air bersih di tempat penampungan air di daerahnya. Bahan bakar yang digunakan Ibu Tukiyem untuk memasak adalah gas
dan kayu bakar, namun biasanya Ibu Tukiyem lebih sering mneggunakan kayu bakar yang dirasa lebih ekonomis.
d. Ibu Sri Sudarmani