44
BAB V PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA
Menurut Deacon dan Firebaugh dalam Timisela: 2015, rumah tangga sebagai satuan sosial memiliki fungsi untuk bertanggung jawab dalam menjaga,
menumbuhkan dan mengembangkan aggota-anggotanya dengan pemenuhan akan kebutuhan agar mampu bertahan, tumbuh dan berkembang dengan terpenuhinya
hal-hal berikut ini: a.
Pemenuhan akan kebutuhan pangan, sandang, papan dan kesehatan untuk pembangunan fisik dan sosial.
b. Kebutuhan akan pendidikan formal dan non formal untuk
mengembangkan intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Hal-hal inilah yang menyebabkan adanya keterlibatan perempuan untuk
bekerja di luar rumah dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya. Untuk melihat upaya yang dilakukan perempuan dalam rangka mempertahankan
keberlanjutan rumah tangganya, dapat menggunakan pendekatan sustainable livelihood. Dalam pendekatan ini, tidak hanya melihat pada tingkat pendapatan
dan pekerjaan dari perempuan saja, tapi juga beban yang dihadapi oleh perempuan dengan melihat seperti apa kemampuan dan kegiatan yang dilakukan perempuan
dalam memanfaatkan aset atau modal yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.
5.1 Profil Perempuan dalam Rumah Tangga Miskin di Kelurahan
Kumpulrejo
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi secara langsung kepada sembilan orang perempuan yang berasal dari rumah tangga miskin yang ada di
Keluarahan Kumpulrejo Kota Salatiga, diketahui profil para perempuan miskin yang dilihat dari aspek ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur, adalah sebagai
berikut:
45
a. Ibu Sarni
Ibu Sarni merupakan seorang kepala rumah tangga perempuan dengan usia 56 tahun, dengan riwayat pendidikan tidak tamat SD. Ibu Sarni
menjadi kepala rumah tangga disebabkan suaminya telah meninggal dunia. Sebagai seorang kepala rumah tangga, ibu Sarni bekerja sebagai juru
masak di panti asuhan. Setiap harinya ibu Sarni bekerja dari jam 04.00 hingga jam 12.00. Setelah bekerja Ibu Sarni memiliki pekerjaan sambilan
dengan berjualan bensin di pinggir jalan. Penghasilan yang diperoleh Ibu Sarni setiap bulannya sebagai juru masak di panti asuhan sebesar Rp.
150.000,00 dan beras 12 kg. Sedangkan pendapatan dari menjual bensin sebesar Rp. 100.000,00 tiap bulannya. Pendapatan yang diperoleh tersebut
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kedua cucunya sehari-hari, seperti biaya makan, membayar listrik, dan lain-lain.
Di sisi lain, kondisi kemiskinan yang dialami oleh Ibu Sarni juga terlihat dari kondisi rumah yang ditinggalinya bersama dengan dua orang
cucunya. Rumah yang saat ini ditempati oleh Ibu Sarni bukanlah rumah miliknya sendiri, melainkan rumah dari yayasan tempat Ibu Sarni bekerja.
Kondisi rumah tersebut juga sangat memprihatinkan karena kondisinya yang sudah hampir roboh, dengan dinding papan, dan lantai yang masih
tanah. Rumah yang ditempati Ibu Sarni tersebut juga tidak cukup luas, karena hanya terdapat satu kamar, dan dapur yang sempit. Selain itu tidak
adanya akses terhadap air bersih, membuat Ibu Sarni dan kedua orang cucunya harus mengambil air bersih di tempat penampungan air di
daerahnya setiap siang dan sore hari. Sedangkan bahan bakan memasak yang paling sering digunakan adalah kayu bakar. Meskipun Ibu Sarni
memiliki gas, namun ia masih sering menggunakan kayu bakar untuk memasak, sedangkan gas hanya di gunakan sesekali saja.a
b. Ibu Sarmi