Prinsip-Prinsip BRI Dalam Penyaluran Kredit

diperuntukkan bagi mereka yang memimpin satuan-satuan kerja yang melakukan kegiatan penunjang dimana pengendalian oleh pimpinan tidak terlalu ketat, namun tidak mengabaikan fungsi pengawasan.

C. Prinsip-Prinsip BRI Dalam Penyaluran Kredit

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap berbagai aspek. Berdasarkan penjelassan pasal 8 Undang- Undang Perbankan yang Diubah, yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang kemudian terkenal dengan sebuta n “The five C of credit analysis” atau 5 C’s. Prinsip-prinsip yang biasa dijadikan acuan dalam penilaian pemberian kredit perbankan tersebut adalah 52 1. Prinsip Kepercayaan Setiap pemberian kredit sebenarnya harus selalu disertai oleh kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditur akan bermanfaatnya kredit bagi debitur sekaligus kepercayaan bahwa debitur dapat membayar kembali kreditnya. 2. Prinsip Kehati-hatian 52 Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 24-28. Universitas Sumatera Utara Prinsip kehati-hatian prudent adalah salah satu konkretisasi daari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit. Untuk mewujudkan prinsip ini maka berbagai jenis usaha pengawasan dilakukan, baik oleh bank yang bersangkutan internal maupun oleh bank luar eksternal yang dalam hal ini adalah bank sentral. 3. Prinsip 5 C a. Character Watak Watak, sifat, kebiasaan peminjam kredit sangat berpengaruh pada pemberian Kredit. Kreditur pihak pemberi utang dapat meneliti apakah calon penerima kredit masuk kedalam Daftar orang Tercela DOT atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapt diperoleh dari supplier dan customer dari peminjam kredit. Selain itu dapat pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat diakses oleh pegawai Bank bidang perkreditan dengan menggunakan password dan komputer yang terhubung secara on-line dengan Bank Sentral atau Bank Indonesia. Dalam hal ini yaitu adanya keyakinan dari pihak Bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan mempunyai rasa tanggung-jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya. b. Capacity Kemampuan Universitas Sumatera Utara Yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewaajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dilakukannya yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Kapasitas atau kemampuan peminjam kredit adalah berhubungan dengan kemampuan seorang peminjam kredit untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan peminjam kredit dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain- lain. Disini kreditur atau bank perlu mengetahui, apakah nasabah mempunyai pengetahuan yang cukup dibidang usaha tersebut, apakah nasabah cukup berpengalaman mengelola usahanya. c. Capital Modal Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki peminjam kredit atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan peminjam kredit dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal peminjam kredit. Semakin banyak modal yang ditanamkan, peminjam kredit akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya.Modal yang ada pada peminjam hakekatnya akan mengurangi resiko modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak yang ada dalam perusahaan.Disini bank berfungsi hanya menyediakan tambahan modal. Untuk mengetahui sejumlah mana kemampuan nasabah dapat menyediakan modal sendiri dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan. d. Condition Of Economy Kondisi Ekonomi Bank harus menilai sampai dimana dan berapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanan pemerintah di bidang ekonomi terhadap prospek industri Universitas Sumatera Utara dimana perusahaan pemohon kredit termasuk di dalamnya,disini apakah pelaksanaan usaha dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat berjalan lancar serta menguntungkan.Keadaaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon peminjam kredit juga harus diperhatikan untuk memperhitngkan kondisi ekonomi yang akan terjadi dimasa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pagar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya. e. Collateral JaminanAgunan Disini debitur harus menunjukkan jaminan untuk mendapatkan krdit yang diberian oleh pihak bank. Jaminan dibuthkan untuk berjaga-jaga seandainya peminjam kredit tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman. Dalam hal ini jaminan ini merupakan keamanan pelunasan kredit, nasabah diharuskan menyediakan harta kekayaan untuk dijadikan jaminan. Yang dapat dijadikan jaminan adalah barang bergerak maupun barang tidak bergerak. 4. Prinsip 5 P, yakni: a. Party Para Pihak Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pembayaran kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu “ Kepercayaan “ terhadap para pihak, dalam hal ini debitur. Bagaimana karakternya, kemampuannnya dan sebagainya. b. Purpose Tujuan Universitas Sumatera Utara Tujuan dari pemberian juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif yang benar-benar dapat menaikkan Income perusahaan. Dan harus pila diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit. c. Payment Pembayaran Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Jadi, harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitur mempunyai sumber pendapatan dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya. d. Profitability Perolehan Laba Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu, kreditur harus dapat berantisipasi, apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar dari bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali credit. Cash Flow, dan sebagainya. e. Protection Perlindungan Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitur. Untuk itu, perlindungan dari kelompok perusahaan atau jaminan dari Holding atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Universitas Sumatera Utara Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal diluar yang disskenariokan atau diluar prediksi semula. 5. Prinsip 3 R yakni: a. Returns Hasil yang Diperoleh Returns, yakni yang merupakan hasil yang akan diperoleh oleh debitur, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan nanti mestilah dapat di antisipassi oleh calon kreditur. Artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan lain, seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya. b. Repayment Pembayaran Kembali Kemampuan membayar dari pihak debitur tentu saja juga mesti dipertimbangkan, dan apakah kemampuan membayar tersebut match dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. c. Risk Bearing Ability Kemampuan Menanggung Resiko Hal lain yang perlu diperhatiakan juga adalah sejauh mana terdaapatnya kemampuan debitur untuk menanggung resiko. Misalnya dalam hal terjadi halhal diluar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu, harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan danatau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi resiko tersebut. Universitas Sumatera Utara Disamping prinsip-prinsip tersebut diatas, maka beberapa prinsip lain dalam hal pemberian kredit yang berhubungan dengan debitur yang harus diperhatikan oleh suatu bank adalah sebagai berikut 53 1. Prinsip Matching Yaitu harus selalu match antara pinjaman dengan aset perseroan. Jangan sekali-kali memberikan suatu pinjaman yang berjangka waktu pendek untuk kepentungan pembiayaan investasi yaang berjangka waktu panjang. Karena hal tersebut akan mengakibatkan terjadinya Mismatch. 2. Prinsip Kesamaan Valuta Maksudnya penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit sedapat- dapatnya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama, sehingga resiko gejolak nilai valuta dapat dihindari meskipun untuk itu tersedia apa yang disebut dengan Currency Hedging. 3. Prinsip Perbandingan Antara Pinjaman Dengan Modal Maksudnya mestilah ada hubungan yang Prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya yang terlewat besaar disebut perusahaan yang High Gearing. Sebaliknya jika pinjamannya lebih kecil dibandingkan modal disebut Low Gearing. Post permodalan Earnigs yang akan didapat oleh perusahaan tidak Fixed, yaitu dalam bentuk deviden, sementara Cost terhadap suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu kelangsungan suatu perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal tidak Reasonable. 4. Prinsip Perbandingan Antara Pinjaman Dengan Assets. 53 Ibid., hal. 28-29. Universitas Sumatera Utara Alternatif lain untuk menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan assets, yang juga dikenal dengan Gearing Ratio. 5. Prinsip Kehati-Hatian Dalam Penyaluran Kredit Yang Dilakukan Oleh PT. Bank Rakyat Indonesia PERSERO TBK Setiap tahapan proses pemberian kredit ritel, harus senantiasa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian tersebut tercermin dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan. Dalam rangka mempertahankan portofolio kredit yang sehat, maka risiko kredit BRI harus dikelola dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Pemisahan Pejabat Kredit Berdasarkan bidang tgasnya, pjabat kredit dibedakan menjadi 2 dua, yaitu: 1 Pejabat kredit bidang Relationship Management RM, yang bertanggung-jawab atas Credit Relationship serta upaya pengembalian pinjaman Performing Loan. 2 Pejabat kredit bidang Credit Risk Management CRM, yang bertanggung-jawab atas pengendalian risiko kredit, manajemen portofolio kredit dan pengelolaan kredit bermasalah. Tugas, tanggung-jawab serta penentuan pejabat kredit yang menangani bidang RM dan CRM akan dijelasskan sebagai berikut: a Penerapan Four Eyes Principle Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan kewenangan kredit memutus kredit yang harus dilakukan bersama Universitas Sumatera Utara oleh minimal 2 dua Pejabat Kredit Lini, yang salah satu atau kedua-duanya mempunyai limit kewenangan yang cukup, baik dilaksanakan dengan cara simetri maupun asimetri. Pelaksanaan searah simetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secara bersama - sama oleh dua Pejabat Kredit Lini Bidang RM dan Pejabat Kredit Lini Bidang CRM yang salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit yang cukup. Pelaksanaan secara asimetri, yaitu putusan kredit yang dilakukan secra bersama-sama oleh dua Pejabat Kredit Lini jajaran RM atau jajaran CRM, dimana salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kredit yang cukup. b Penerapan Risk Scoring System Risk Scoring System adalah suatu sistim yang digunakan untuk menilai risiko kredit secara obyektif dan realistik, sehingga menghasilkan skor risiko yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk perhitungan biaya risiko dan untuk perencanaan dan manajemen portofolio. b. Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah Kredit yang masuk dalam kategori kredit bermassalah Kurang Lancar, Diragukan dan Macet pengelolaannya harus dipindahkan dari jajaran RM kepada jajaran CRM atau petugass di jajaran Rm yang ditunjuk diberikan PDWK untuk menangani kredit bermasalah. Dalam hal jajaran CRM atau RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah telah menerima pelimpahan pengelolaan kredit bermasalah, maka pengelolaan Universitas Sumatera Utara kredit tersebut sepenuhnya menjadi tanggung-jawab jajaeran CRM atau RM yang ditunjuk menangani kredit bermasalah. Universitas Sumatera Utara BAB IV TANGGUNG JAWAB HUKUM BANK DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET STUDI PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KABANJAHE

A. Pengaturan Hak Dan Kewajiban Dalam Kontrak BRI Dan Nasabah

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Dan Hambatannya Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai

12 171 144

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI UPAYA HUKUM DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KLATEN.

0 3 15

PENDAHULUAN UPAYA HUKUM DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KLATEN.

0 4 16

PENUTUP UPAYA HUKUM DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KLATEN.

0 2 4

TANP Tanggung Jawab Hukum Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Boyolali.

0 3 13

PENDAHULUAN Tanggung Jawab Hukum Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Boyolali.

0 3 14

TANGGUNG JAWAB HUKUM DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) CABANG Tanggung Jawab Hukum Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Boyolali.

0 3 19

UPAYA HUKUM OLEH BANK DALAM MENYELESAIKAN KREDIT MACET (Studi Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Cabang Imam Bonjol).

0 0 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK DAN KREDIT MACET A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Kredit Bank 1. Pengertian Perjanjian Kredit - Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaba

0 1 34

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Tanggung Jawab Hukum Bank Dalam Menyelesaikan Kredit Macet (Studi pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kabanjahe)

0 1 17